CHAPTER TWO

EXO HIGH SCHOOL

exo-high-school1.jpg

EXO HIGH HEELS

[ TWO ]

 

~ ~ ~

 

Kyungsoo menghela nafas panjang begitu ia membuka pagar rumahnya, ia sudah disambut sesosok makhluk hitam lengkap dengan cengiran lebarnya.

 

“Selamat pagi, Kyungsoo sunbae.” Sapa Kai penuh semangat.

 

“Selamat pagi, Jongin-ssi.” Balas Kyungsoo sambil lalu. Ia mulai menyandang ranselnya dan berjalan menuju ke halte bus. Sama sekali tidak memperdulikan Kai yang masih mengikutinya dengan langkah-langkah riang dan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.

 

Kyungsoo sudah amat sangat terbiasa dengan kehadiran sosok Kai yang tiba-tiba dimanapun dirinya berada. Hampir setiap pagi semenjak Kai menjadi tetangga Kyungsoo 5 tahun yang lalu,namja berkulit gelap itu selalu menyambut Kyungsoo di depan pagar rumahnya. Hanya untuk sekedar mengucapkan ‘Selamat Pagi’.

 

Namun semenjak Kai memasuki sekolah yang sama dengan Kyungsoo awal tahun ajaran baru kemarin, Kai mempunyai kebiasaan baru selain menunggu Kyungsoo di depan pagar rumahnya dan mengucapkan selamat pagi kini ia juga mengikuti Kyungsoo sampai ke halte bus hingga mereka berdua mencapai ke sekolah mereka. Kai tidak melakukan hal lain selain menyapa Kyungsoo dan berjalan di belakang Kyungsoo dengan jarak 3 meter. Tidak pernah ada pembicaraan yang terjadi diantara mereka.

 

Kai akan selalu duduk di ujung kiri bangku halte, sedangkan Kyungsoo di ujung sebelah kanan. Kai akan selalu mengamati sosok Kyungsoo yang duduk menunggu bus sambil membaca buku ataupun mendengarkan music dengan sebuah senyuman penuh makna. Sejak kepindahannya 5 tahun yang lalu, Kai sudah mengagumi sosok Kyungsoo.

 

Berawal sejak hari kedua setelah ia pindah. Saat itu Kai mendapati Kyungsoo berdiri di depan pintu rumahnya sambil memegang box makanan berukuran sedang yang diketahui Kai adalah box milik Ibunya yang kemarin ia berikan kepada keluarga Kyungsoo. Ibunya memberikan kue-kue kecil sebagai salam perkenalan sebagai tetangga baru. Kini box itu berada ditangan Kyungsoo. Kai sedikit bingung dengan kedatangan Kyungsoo. Namun sebelum sempat menanyakan keperluan Kyungsoo, namja mungil itu sudah menyunggingkan senyum yang sangat manis. Membuat Kai terpana.

 

“Aku hanya ingin mengembalikan box ini kepada bibi Kim, keluarga kami sangat menyukai kuenya. Dan ini aku juga membuatkan sedikit kue. Tapi aku tidak yakin rasanya akan seenak buatan bibi Kim. Terimalah, ini sebagai ucapan terima kasih kami dan juga salam selamat datang untuk keluargamu.” Kyungsoo menyodorkan box itu kehadapan Kai masih sambil tersenyum manis. Kedua pipinya yang sedikit chubby berwarna kemerahan membuatnya terlihat semakin manis dimata Kai. Matanya bulat dan jernih. Membawa Kai yang saat itu baru berusia 11 tahun seakan tenggelam dalam sebuah samudera yang sejuk dan menenangkan. Betapa mempesonanya sosok Kyungsoo saat itu dimata Kai. Sejak saat itulah, Kai menetapkan hatinya sebagai milik Kyungsoo seutuhnya.

 

Bus tujuan ke sekolah mereka tiba. Kyungsoo terlihat berdiri dari duduknya dan bersiap-siap mengantri masuk bersama para penumpang yang lain. Kai segera mengikuti langkah Kyungsoo. Berdiri masih di belakang Kyungsoo dengan jarak yang tidak terlalu dekat ataupun tidak terlalu jauh.

 

Walaupun Kyungsoo berasal dari keluarga yang tergolong kaya, namun namja manis itu lebih suka menggunakan kendaraan umum daripada membawa mobil sendiri ataupun sekedar menyuruh supir untuk mengantarkannya ke sekolah. Hal itu membuat Kai semakin kagum pada Kyungsoo dan merasa sangat berterima kasih dengan kebiasaan Kyungsoo ini karena dengan ini Kai jadi bisa lebih leluasa mengikuti Kyungsoo.

 

Kai mendapatkan bangku kosong dideretan belakang bus. Sedangkan Kyungsoo berada dibarisan 3 dari depan. Kai merasa tidak pernah bosan mengamati sosok Kyungsoo. Kapanpun dan dimanapun. Walaupun keberanian untuk mengungkapkan perasaanya pada Kyungsoo masih belum kunjung datang, namun Kai selalu berharap agar suatu ketika saat itu datang padanya.

 

Masih tidak melepaskan pandangannya dari Kyungsoo, kini Kai tengah tersenyum geli saat melihat Kyungsoo tengah cemberut setelah membaca sebuah pesan dari ponselnya. Entah pesan dari siapa, yang pasti Kai sangat menikmati ekspresi cemberut Kyungsoo dan bibirnya yang tengah mengerucut menggemaskan itu. Kyungsoo terlihat memasukkan ponselnya ke dalam tas ranselnya dengan sedikit menggerutu. Ia kemudian mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya dan mulai sibuk membaca dan menulis sesuatu kedalam buku kecilnya. ‘Ia terlihat begitu mempesona saat sedang serius.’ Kai membatin dalam hati.

 

Semakin lama bus semakin penuh dengan penumpang. Terlihat seorang wanita yang tengah hamil sedang berdiri di lorong bus karena tidak mendapatkan bangku. Posisinya dekat dengan bangku Kyungsoo, dan setelah melihat keadaan wanita itu yang sibuk menutupi perutnya agar tidak tergencet para penumpang lain, Kyungsoo buru-buru bangkit dari duduknya dan mempersilahkan wanita hamil itu untuk duduk dibangkunya. Wanita itu tersenyum bahagia dan sibuk berterima kasih pada Kyungsoo yang hanya membalasnya dengan anggukan kepala dan senyum lebar.

 

Sekali lagi, Kai dibuat terpesona dengan sosok manis yang sangat baik hati itu. Kai merasa bangga dan tidak menyesal telah menetapkan hatinya sebagai milik Kyungsoo. Sedikit konyol sebenarnya apa yang tengah Kai pikirkan ini. Namun Kai sama sekali tidak perduli. Sejauh dirinya masih diperbolehkan untuk berada disekitar Kyungsoo, ia sudah merasa begitu bahagia dan bersyukur. Terdengar gombalkah? Tapi percayalah itu semua memang kenyataan yang Kai rasakan pada sosok Kyungsoo.

 

Tidak terasa kini mereka sudah sampai di halte yang berada di dekat sekolah mereka. Kai dan Kyungsoo turun bersama para pelajar lain yang memakai seragam yang sama seperti yang mereka kenakan. Kyungsoo sudah berjalan lebih dulu dan Kai bersiap-siap menyusul langkah namja itu ketika tiba-tiba saja langkah Kai dihentikan oleh sebuah tepukan pelan dipundak kirinya.

 

Chogiyo,” Kai membalikkan badannya dan melihat wanita hamil yang tadi berada di dalam bus kini berdiri di hadapannya.

 

Ne?” Kai menatap bingung wanita itu yang kini menyodorkan sebuah buku kehadapan Kai.

 

“Sepertinya buku ini milik pemuda yang tadi memberikan bangkunya padaku. Aku melihat kau memakai seragam yang sama sepertinya, jadi aku pikir mungkin kau bisa mengembalikan buku ini? Aku tidak bisa berlari mengejarnya.” Jelas wanita itu. Kai menerima buku yang disodorkan wanita itu dan membuka sampul depannya. Tulisan tangan Kyungsoo yang rapi terlihat di lembar pertama.

 

 

“Do Kyungsoo”

 

 

Kai tersenyum lebar sembari menutup buku agenda itu.

 

“Kebetulan. Aku mengenal baik pemilik buku ini.” ucap Kai sembari tersenyum simpul.

 

“Ah, benarkah? Kebetulan sekali. Sampaikan salam terima kasihku sekali lagi pada pemuda itu. Dia pemuda yang sangat baik dan manis.”

 

“Ya, sangat manis.” Gumam Kai masih tidak melenyapkan senyumnya.

 

~o(^.^)o~o(^.^)o~o(^.^)o~

 

Chagiya, kau baik-baik saja?” suara berat itu membuat Baekhyun tersentak kaget.

 

“A-apa?!” tanya Baekhyun dengan ekspresi bingung.

 

“Kau melamun.” Balas Chanyeol. Ia melirik Baekhyun yang duduk di sebelahnya sekilas dan kembali memfokuskan perhatiannya pada jalanan di depannya.

 

“Benarkah?” Baekhyun justru balik bertanya. Sungguh bodoh. Apa yang sedang Baekhyun pikirkan saat ini? Otaknya seperti berhenti bekerja. Mungkin ini lah efek dari mendapatkan kejutan terlalu sering dalam kurun waktu yang relatif singkat. Baekhyun merasa apa yang sedang ia alami saat ini hanya mimpi. Dan Baekhyun masih bingung bagaimana cara membangunkan dirinya dari mimpi yang membingungkan ini karena sungguh Baekhyun merasa semua ini sudah tidak lucu lagi.

 

Chanyeol masih fokus menyetir sedangkan Baekhyun sibuk mengurutkan semua kejadian-kejadian aneh yang ia alami mulai dari kemarin sampai pagi ini. Dan semua merujuk pada satu kesimpulan. GAME SIALAN !!! Baekhyun menggeram kesal. Permainan bodoh.

 

Kalau bukan karena permainan ini, Baekhyun tidak akan pernah melamar Park Chanyeol.

 

Kalau bukan karena permainan ini, Baekhyun tidak akan pernah merasa malu untuk pergi ke sekolah.

 

Kalau bukan karena permainan ini, Chanyeol tidak akan pernah datang ke rumahnya di pagi buta.

 

Kalau bukan karena permainan ini, Baekhyun tidak akan pernah mendapatkan serangan jantung di pagi buta hanya karena melihat Chanyeol berada di rumahnya.

 

Kalau bukan karena permainan ini, Ibu Baekhyun tidak akan pernah memaksanya untuk masuk kedalam mobil bersama orang yang ia panggil ‘calon menantunya’.

 

Kalau bukan karena permainan ini, Baekhyun tidak akan pernah berada dalam jarak sedekat ini dengan Park Chanyeol.

 

“Ehem, Ch-Chanyeol-ssi?” Baekhyun menghentikan pikirannya yang sudah semakin tidak jelas. Ia putuskan untuk berbicara yang sebenarnya mengenai keadaan membingungkan ini pada Chanyeol.

 

“Ya?” balas Chanyeol. Ia menoleh sekilas pada Baekhyun dan tidak lupa menyunggingkan senyum lebar andalannya yang selalu berhasil membuat semua orang mengagumi senyum itu.

 

“Jangan terlalu serius menanggapi apa yang aku katakan kemarin. Kau tahu kan, semua permainan yang aku lakukan bersama teman-temanku? Ini termasuk dalam permainan kami. Jadi, Chanyeol-ssi, kau—“

 

“Chanyeol.” Potong Chanyeol.

 

“—Chanyeol? Apa?” Baekhyun menatap Chanyeol bingung. ‘Barusan pemuda ini memanggil namanya sendiri? Apa yang tadi ingin aku katakan?’ Baekhyun merasa seperti mendadak terserang amnesia.

 

“Singkirkan partikel tambahan itu dari namaku. Kau tidak perlu seformal itu pada tunanganmu sendiri. Bisa kau lakukan itu kan,chagi?” Chanyeol menatap Baekhyun dengan intens. Kedua bola matanya yang besar itu terlihat berbinar penuh harap. Membuat Baekhyun yang melihatnya merasa seperti terhipnotis dan melupakan semua hal.

 

“Ah. Ne, chagiya.” Baekhyun tiba-tiba menjadi latah dan mengikuti ucapan Chanyeol. Baekhyun terkejut dengan apa yang barusan ia ucapkan. Ia ingin meralat semua saat lagi-lagi Chanyeol memotong ucapannya.

 

“Bagus sekali. Aku lebih suka mendengar yang ini. Baiklah, ayo turun. Aku antar kau ke kelas.” Chanyeol membuka seatbeltBaekhyun sebelum ia menyandang ranselnya dan keluar dari mobil. Baekhyun sama sekali tidak menyadari kalau mereka sudah sampai di sekolah. Ia masih duduk terpaku di tempatnya sampai tiba-tiba pintu di sebelah kirinya terbuka. Membuatnya terlonjak kaget.

 

ChagiyaKajja.” Tanpa menunggu lebih lama lagi. Chanyeol menarik tangan Baekhyun keluar dari mobilnya. Menutup pintu penumpang dan segera mengunci mobilnya.

 

Chanyeol masih menggenggam tangan Baekhyun sembari mereka berjalan sepanjang koridor menuju ke kelas Baekhyun di lantai 2. Sejak turun dari mobil tadi, mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian semua siswa dan siswi. Mereka benar-benar terkejut melihat Ketua Organisasi Sekolah mereka berangkat bersama salah satu siswa yang terkenal karena sering bertindak aneh bersama teman-temannya. Lebih terkejut lagi saat mengetahui Chanyeol menggandeng tangan Baekhyun erat dan tidak melepaskannya sampai mereka sampai di depan pintu ruang kelas Baekhyun.

 

Baekhyun dan Chanyeol berdiri saling berhadapan. Yang satu terlihat tersenyum lebar dan satunya lagi terlihat seperti tengah ketahuan mencuri jawaban pada saat ujian. Baekhyun tidak beranjak memasuki kelasnya karena tangannya masih di genggam Chanyeol. Sedangkan Chanyeol sendiri tidak beranjak pergi karena ia masih ingin melihat wajah Baekhyun yang saat ini terlihat gugup. Menurut Chanyeol ini sangat menggemaskan. Ide jahil pun terlintas di otak Chanyeol.

 

“Baiklah, aku kembali ke kelas dulu. Sampai bertemu nanti saat makan siang, chagiya.” Chanyeol melepas genggamannya dan terlihat Baekhyun menghembuskan nafas lega. Chanyeol tersenyum simpul kemudian menundukkan kepalanya sejajar dengan wajah Baekhyun. Dan sebelum Baekhyun dapat mencerna apa yang sebenarnya sedang Chanyeol lakukan namja tinggi itu mendaratkan sebuah kecupan manis dipipi kanannya.

 

Seketika itu juga suasana dalam kelas Baekhyun ataupun koridor yang sedari tadi dipenuhi siswa siswi yang menyaksikan moment kebersamaan Baekhyun – Chanyeol menjadi heboh. Siulan-siulan ramai terdengar dari teman-teman sekelas Baekhyun dan banyak sekali suara dengungan tidak jelas dari gerombolan para siswi-siswi di koridor yang membuat kepala Baekhyun ikut berdengung pusing mendengarnya. Baekhyun mengedipkan matanya berulang kali berusaha menghilangkan rasa terkejutnya. Ia bisa melihat Chanyeol di hadapannya tersenyum semakin lebar, bahkan kini sambil terkekeh pelan. Baekhyun merasakan kedua pipinya memanas.

 

“Selamat belajar.” Ucap Chanyeol kemudian sambil membelai rambut Baekhyun yang berwarna magenta itu dengan lembut. Setelah itu ia berjalan pergi menuju kelasnya yang berada diujung koridor. Kelas unggulan dimana para siswa ranking atas berada.

 

Baekhyun masih berdiri ditempatnya. Tidak bergerak ataupun bernafas. Apakah Baekhyun sudah mati?

 

“Bumi memanggil Baekhyun. Bumi memanggil Byun Baekhyun.” Suara cempreng Chen mengembalikan kesadaran Baekhyun. Ia alihkan perhatiannya pada Chen yang berdiri di hadapannya. Chen masih menyandang tas ranselnya. Sepertinya ia baru saja sampai.

 

“Apakah aku melewatkan sesuatu?” tanya Chen sambil menatap Baekhyun lekat. Ia berusaha menahan senyumnya melihat wajah Baekhyun yang masih terlihat merona.

 

“Oh Tuhaaan, kuatkan lah jantungku selama menjalani sisa hari ini.” Hanya itu yang keluar dari bibir Baekhyun yang sukses membuat Chen tertawa terbahak-bahak tanpa perasaan.

 

“Tertawa lah sepuasnya Kim Jongdae. Tunggu saja hari pembalasanmu.” Baekhyun meninggalkan Chen dan berjalan menuju kebangkunya. Chen menyusulnya beberapa menit kemudian setelah tawanya reda. Sungguh sial bagi Baekhyun harus bertahan dengan makhluk menyebalkan ini berada di sebelahnya sampai jam makan siang namti.

 

~o(^.^)o~o(^.^)o~o(^.^)o~

 

 

Masih hari yang sama @ Lapangan olahraga_EXO HIGH SCHOOL

 

YA?!, Kkamjong aku berbicara padamu.” Teriakan Sehun membuat Kai terlonjak kaget.

 

Waeyo, Sehunnie?” tanya Kai pada sahabatnya yang terlihat cemberut karena merasa tidak diperhatikan sedari tadi.

 

“Kau kenapa? Dari tadi kau terus saja melamun. Apa kau melamunkan hal jorok?” Sehun berbisik-bisik pada kalimat terakhirnya.

 

Pletak

 

“Akh!!? Appo.” Sehun mengusap-usap kepalanya yang terkena jitakan maut Kai. “Kenapa kau memukulku?” seru Sehun tidak terima. Untung saja saat ini kelas mereka sedang melakukan jadwal olahraga dan berada di lapangan yang luas, kalau saja mereka berada di dalam kelas saat ini maka Sehun dan Kai pasti sudah dikeluarkan dari kelas karena berisik.

 

“Jangan berbicara yang tidak-tidak. Kenapa kau sekarang suka sekali berbicara hal-hal berbau dewasa, eoh?” Kai menggulung lengan seragam olahraganya sebatas siku karena ia merasa sedikit gerah setelah melakukan praktek lompat tinggi.

 

“Bukankah itu karena aku terlalu sering bergaul denganmu?” jawab Sehun dengan ekspresi datar tanpa dosa andalannya.

 

Ya! Dasar bocah, apa kau bilang? Coba katakan sekali lagi.” Kai memiting kepala Sehun menggunakan lengannya dan mulai menjitaki kepala Sehun.

 

“Hahaha, aku hanya bercanda. Lepaskan aku. Kai, kau bau sekali. Lepaskan aku, Kkamjong. Akh! Appo?!” Sehun berusaha melepaskan dirinya dari pitingan Kai. Ia terus tertawa bahkan setelah Kai melepaskan dirinya. Sehun terlihat sangat bahagia telah berhasil membuat sahabatnya kesal.

 

“Aku tidak akan membelikanmu Bubble tea lagi seumur hidupku.” Ancam Kai yang langsung membuat Sehun menghentikan tawanya.

 

Ya! Jangan seperti itu.” Sehun terlihat mulai merajuk sekarang. Kai tahu sekali Bubble tea merupakan sesuatu yang sangat Sehun sukai didunia ini setelah kakak tirinya, Luhan.

 

“Panggil aku hyung, dan aku akan melupakan semua kesalahanmu hari ini.” Kai menampakan smirk khasnya.

 

“Aish, shireo.” Sehun menolak mentah-mentah syarat Kai. Sehun paling benci jika sudah membicarakan soal perbedaan umur dan panggilan formal yang harus ia sertakan. Sehun selalu merasa menjadi anak kecil jika ia memanggil semua orang dengan panggilan Hyung. Apalagi dengan Kai yang jelas-jelas mereka berada dalam satu tingkat pendidikan. Walau memang pada kenyataanya Kai memang lahir 4 bulan lebih awal dari Sehun.

 

“Ya sudah… Tidak ada Bubble tea selamanya.” Kai menyilangkan kedua lengannya di depan dada. Ia berusaha menahan tawanya melihat wajah cemberut Sehun yang sebenarnya terlihat sangat menggemaskan.

 

“Kai, h—hyung… Mianhae.” Ucap Sehun lirih pada akhirnya. Ia menundukkan wajahnya tidak mau melihat ekspresi kemenangan Kai. Dalam hati Sehun menyumpah-nyumpahi Kai dengan sepenuh hati.

 

“Hahaha, bagus sekali.” Kai tertawa puas telah berhasil membuat Sehun memanggilnya hyung. “Akan aku belikan Bubble tea nanti sepulang sekolah.” Lanjut Kai.

 

Sehun mengangkat kepalanya dengan segera begitu mendengar kata ‘belikan’ ‘Bubble tea’ dan ‘sepulang sekolah’. Wajahnya sangat berbinar. Kai bahkan sampai bingung, apa yang membuat sahabatnya ini begitu mencintai Bubble tea.

 

Hyung, jeongmal saranghae. Hahaha.” Sehun berseru penuh semangat. Ia berlari kearah Kai dan memeluk namja berkulit gelap itu dengan erat. Sangat erat. Sepertinya Sehun sengaja ingin membalas dendam pada Kai. Terlihat senyum evil dibibirnya.

 

Ya! Sehun-ah lepaskan aku. Kau mau membunuhku, eoh?” Kai meronta dalam pelukan Sehun. Kai benar-benar ingin menonjok wajah yang tengah tersenyum tanpa dosa di hadapannya ini, jika saja ia tidak ingat apa yang akan Luhan lakukan pada Kai jika Sehun sampai terluka. Kedua saudara itu benar-benar menyebalkan. Kai hanya bisa menggerutu kesal dalam hati.

 

Kai dan Sehun kembali duduk ditanah memperhatikan teman-teman sekelas mereka yang masih melakukan praktek lompat tinggi. Seiring dengan keterdiaman mereka berdua. Kai kembali melamun. Kai mengeluarkan buku agenda Kyungsoo yang sedari tadi ia bawa di saku celana training olahraganya. Kai membuka-buka buku agenda berukuran tidak terlalu besar itu. Tidak terlalu banyak tulisan yang terdapat dalam buku itu. Hanya beberapa jadwal rapat Organisasi dan materi-materi pelajaran kelas Kyungsoo. Dan juga coretan-coretan mengenai kerangka acara festival musim panas 3 minggu lagi. Kai beranggapan bahwa agenda ini sebenarnya benda yang penting bagi Kyungsoo. Kai masih bergulat dengan hatinya, kapan ia akan mengembalikan agenda ini pada Kyungsoo? Apakah Kyungsoo tengah mencari-cari agenda ini sekarang? Kai tidak bisa tenang memikirkannya.

 

“Whoaaa… Huang Zitao terbang!!!” seru Sehun kencang begitu melihat Tao melompati palang lompat tinggi dengan sangat baik. Tao terlihat seperti melayang saat tubuhnya terbang melintasi palang tinggi itu. Sehun berteriak di dekat telinga Kai sembari memukul pundak Kai keras. Sontak saja Kai terlonjak kaget. Jantungnya serasa ingin melompat keluar mendengar teriakan Sehun.

 

Babo. Kau mengagetkanku.” Kai memegang dadanya sebagai isyarat ia sedang terkejut.

 

Sehun mengalihkan perhatiannya pada Kai. Ia menaikkan sebelah alisnya karena bingung dengan reaksi Kai yang menurutnya terlalu berlebihan.

 

“Kenapa kau sekaget itu?” tanya Sehun penasaran. Matanya tiba-tiba menangkap sebuah benda yang berada dalam genggaman Kai. Sehun mengerutkan keningnya bingung.

 

“Kai, sejak kapan kau jadi rajin begini? Kau bahkan menyempatkan belajar disaat seperti ini?” tanya Sehun lagi dengan nada bingung. Kai mengikuti arah pandang Sehun dan ia menyadari agenda Kyungsoo masih ia pegang.

 

Aniyo. Ini bukan buku pelajaran Sehun-ah. Seseorang menjatuhkan ini tadi di bus. Dan aku berniat mengembalikannya.” Jelas Kai.

 

“Benarkah? Milik siapa? Apa aku mengenalnya? Aku ingin melihatnya.” Sehun merebut buku itu dari tangan Kai.

 

Ya! Kau tidak boleh melihatnya?!” seru Kai berusaha mengambil kembali buku milik Kyungsoo itu. Namun gagal. Sehun kini sudah terlanjur membuka buku agenda itu dan membaca isinya.

 

“Do Kyungsoo?” Sehun menatap Kai dengan tidak percaya. “Wakil Ketua Organisasi sekolah? Tetanggamu yang bermata besar itu?” tanya Sehun berusaha meyakinkan dirinya bahwa Kyungsoo yang ia maksud sama dengan Kyungsoo sang pemilik buku agenda.

 

“Bermata besar dan sangat manis asal kau tahu saja.” Ucap Kai meralat perkataan Sehun. Mendengar kalimat Kai, Sehun hanya memutar bola matanya dengan bosan. Ia sudah mengetahui bahwa Kai mempunyai perasaan khusus pada sunbae mereka itu.

 

“Ayo kita kembalikan buku ini, Kai. Ini kesempatan yang bagus untukmu. Kau bisa melihat namja yang kau suka.” Seru Sehun antusias.

 

“Aku sudah melihatnya setiap hari, Sehun-ah.” Balas Kai sambil merebut kembali agenda Kyungsoo dari tangan Sehun.

 

“Ya…ya…ya… Kau memang sudah melihatnya setiap hari selama 5 tahun penuh dan kau tidak pernah bosan untuk melihatnya lagi dan lagi. Apa aku salah?” ucap Sehun yang sukses membuat Kai diam kehilangan kata-kata. Kai tidak bisa membantah ucapan Sehun barusan, karena memang apa yang sahabatnya katakan itu benar adanya.

 

“Kau berpikir terlalu lama, Kkamjong. Kajja, kita temui namjabermata bulatmu.” Sehun menarik Kai untuk bangun dari tanah dan menggelandangnya pergi menjauhi lapangan. Sama sekali tidak menghiraukan seongsaengnim yang masih mengarahkan pelajaran seputar lompat tinggi. Sebenarnya tidak terlalu masalah, karena Sehun dan Kai memang sudah menyelesaikan praktek lompatan mereka dan sudah mendapatkan nilai.

 

“Hey. Jangan sembarangan memberikan nama pada Kyungsoosunbae.” Kai memukul pundak Sehun, tidak terima namja yang ia sukai dipanggil seenaknya oleh orang lain.

 

“Aish, Kyungsoo sunbae?” Sehun memutar kembali bola matanya dengan bosan. “Kau masih saja terlalu resmi Kai. Kenapa kau tidak memanggilnya Kyungsoo-ah? Atau Soo Baby? Kyungsoochagi? Atau—“

 

“Tutup mulutmu, Ohmija?!” Kai memotong ucapan Sehun yang sudah semakin membuat telinganya merah.

 

Ya!! Jangan memanggilku seperti itu. Kita kan satu angkatan. Aku bukan juniormu, Kkamjong.” Kini giliran Sehun yang memukul pundak Kai karena tidak terima dengan panggilan yang diberikan Kai padanya.

 

Sepanjang perjalanan menuju ke kelas Kyungsoo, Kai dan Sehun masih terus beradu mulut. Suara mereka sedikit mengusik ketenangan kelas-kelas yang memang saat ini masih melangsungkan pelajaran. Bahkan seorang guru dengan terang-terangan keluar dari kelas yang diajarnya untuk menegur Sehun dan Kai agar tidak berisik. Dengan kompak mereka berdua hanya membalasnya dengan sebuah cengiran lebar.

 

~o(^.^)o~o(^.^)o~o(^.^)o~

 

Waktu yang sama @ Ruang Organisasi Kesiswaan_EXO HIGH SCHOOL

 

Kyungsoo terlihat sibuk mencari-cari sesuatu dari dalam ranselnya. Semua isi dalam tasnya sudah ia pindahkan ke atas meja kerjanya namun masih saja benda yang ia cari tidak bisa ia temukan. Kyungsoo mulai panik. Semua jadwal rapat dan materi mengenai festival musim panas 3 minggu lagi ada dalam agenda itu.

 

“Mungkinkah tertinggal di bus? Ahh… Bagaimana ini?” Kyungsoo mulai mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Ia menenggelamkan kepalanya pada kedua lengan yang ia silangkan diatas meja kerjanya yang berantakan. Kyungsoo termasuk orang yang suka mengorganisir segala sesuatunya dengan sangat baik. Ia tidak menyukai kekacauan dan sangat membenci jika ada sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan rencananya.

 

“Kyungsoo-ah, kau kenapa?” suara berat itu membuat Kyungsoo mengangkat kepalanya dan kini ia dihadapkan pada sosok Chanyeol yang sedang menatapnya dengan ekspresi bingung.

 

“Chanyeol-ah… aku menghilangkan agendaku.” Kyungsoo mulai mengeluarkan keluh kesahnya pada Chanyeol.

 

“Agenda?” tanya Chanyeol, masih terlihat tidak mengerti kenapa sebuah agenda bisa begitu membuat Kyungsoo berantakan seperti ini.

 

Ne. Agenda itu berisi materi-materi mengenai festival musim panas 3 minggu lagi. Aku baru saja akan mengetiknya menjadi sebuah proposal agar bisa segera kita ajukan kepada Kepala Sekolah, tapi aku kehilangan agendaku. Apa yang harus aku lakukan?”  Kyungsoo seperti nyaris menangis saat ini. Chanyeol yang melihatnya buru-buru menenangkan sahabatnya ini.

 

“Soo-ah, jangan terlalu dipikirkan. Aku akan membantu menyusunnya kembali. Jangan bersedih lagi.” Chanyeol menepuk-nepuk kepala Kyungsoo pelan, berusaha menghiburnya. Dan Kyungsoo selalu saja tidak bisa jika tidak tersenyum apabila berada di dekat Chanyeol.

 

“Ehem, permisi?” sebuah suara terdengar dari arah pintu ruang Organisasi Kesiswaan. Dengan serempak Chanyeol dan Kyungsoo mengalihkan perhatian mereka kearah datangnya suara.

 

Kyungsoo mengerutkan keningnya bingung begitu melihat sosok Kai berdiri di ruang Organisasi sambil mengenakan seragam olahraga bersama dengan seorang namja berambut pelangi yang Kyungsoo ketahui sebagai adik Luhan hyung.

 

“Jongin-ssi, ada apa?” tanya Kyungsoo pada tetangganya itu.

 

Kai terlihat gugup dan salah tingkah. Sehun mengamati sahabatnya ini dengan sedikit tidak sabar.

 

“Ngg… aku hanya ingin mengembalikan ini pada Kyungsoo sunbae. Tadi ada yang memberikannya padaku saat turun dari bus.” Kai mengulurkan buku agenda Kyungsoo ke hadapan pemiliknya.

 

Omo, buku agendaku?!” seru Kyungsoo histeris. Tanpa sadar ia langsung melompat dari kursinya dan menghampiri Kai. Ia mengambil buku agenda itu dan memeluknya dengan erat didada.

 

“Maaf, baru sempat mengembalikannya sekarang.” Ucap Kai kemudian yang membuat Kyungsoo menghentikan aksi konyolnya dengan seketika.

 

“Ah, tidak apa-apa. Terima kasih, Jongin-ssi.” Kai tersenyum simpul melihat Kyungsoo.

 

“Dia hampir saja mati karena kehilangan agenda itu. Kau sudah menyelamatkan hidupnya.” Chanyeol ikut mengeluarkan suaranya. “Tidak kah kau harus memberikan imbalan yang setimpal pada mereka, Soo-ah?” Chanyeol melanjutkan menggoda Kyungsoo, membuat Kyungsoo hanya mampu berdiri salah tingkah di hadapan Kai. Rona kemerahan terlihat dipipi chubby Kyungsoo.

 

“Chanyeol-ah. Berhenti menertawakanku.” Kyungsoo memukul lengan Chanyeol karena kesal dijadikan bahan ledekan di hadapan dua orang juniornya.

 

“Hahaha, mianhae… mianhae. Aku hanya bercanda.” Chanyeol kembali menepuk-nepuk puncak kepala Kyungsoo pelan.

 

Ada sepasang mata yang menatap moment keceriaan Kyungsoo dan Chanyeol dengan tidak suka. Kai dengan mata kepalanya sendiri melihat namja yang disukainya sedang bersenda gurau dengan namja lain. Dan entah kenapa Sehun merasa Kai seperti tengah menyembunyikan sesuatu. Sehun mengamati perubahan ekspresi pada wajah Kai denga seksama.

 

“Kai?” panggil Sehun. “Kita kembali ke kelas sekarang?” ajaknya sambil menarik lengan Kai untuk keluar.

 

“Ah, terima kasih sebelumnya, Jongin-ssi.” Ucap Kyungsoo kemudian. Kai tidak membalas ucapan terima kasih Kyungsoo. Ada sesuatu yang tengah ia pikirkan. Dan hal ini jujur saja sangat mengganggu hati dan pikirannya.

 

“Bukankah dia yang tinggal di sebelah rumahmu itu?” tanya Chanyeol setelah kepergian Kai dan Sehun dari ruang Organisasi Kesiswaan.

 

Ne.” jawab Kyungsoo tanpa melihat kearah Chanyeol. Kyungsoo buru-buru mengecek sesuatu dalam buku agendanya. Kyungsoo segera membuka lembar terakhir buku agendanya dan betapa terkejutnya ia saat mendapati lembar terakhir itu telah menghilang digantikan dengan sebuah bekas sobekan disana. Kyungsoo menatap bekas sobekan itu dengan berbagai macam pikiran menghinggapi otaknya. Mungkinkah…

 

~o(^.^)o~o(^.^)o~o(^.^)o~

 

Jam makan siang @ Kantin_EXO HIGH SCHOOL

 

Luhan terlihat duduk seorang diri di salah satu bangku kantin. Rambut orange-nya terlihat mencolok ditengah-tengah lautan kepala manusia berambut hitam ataupun cokelat. Luhan tengah sibuk bersenandung pelan sambil membuat irama sederhana dengan jari yang ia ketuk-ketukkan ke kotak bekal makan siang buatannya. Kotak bekal berukuran lumayan besar itu terlihat masih tertutup rapat dan belum tersentuh. Karena memang Luhan tengah menunggu seseorang untuk makan bersama seperti hari-hari sebelumnya.

 

Sosok yang Luhan tunggu terlihat memasuki kantin. Posturnya yang tinggi membuat Luhan dengan mudah menyadari keberadaanya. Luhan menegakkan tubuhnya dan dengan riang ia melambaikan tangan pada sosok tinggi itu.

 

“Wufan?!” seru Luhan dengan kerasnya. Ia sama sekali tidak memperdulikan semua tatapan yang kini tertuju padanya. Baginya menjadi pusat perhatian adalah hal yang sudah biasa.

 

Kris melihatnya, ia sedikit mengerutkan kening melihat warna rambut baru kekasihnya yang mencolok itu. Luhan masih melambaikan tangan sambil tersenyum riang. Kris membawa langkahnya menuju ke tempat Luhan berada. Hanya Luhan yang ia ijinkan untuk memanggilnya dengan nama Chinanya selain tentu saja kedua orang tua dan keluarganya di China.

 

“Jadi, kali ini orange?” ucap Kris sembari mendudukkan pantatnya pada kursi yang berseberangan dengan Luhan.

 

“Apa kau menyukainya?” mata Luhan berbinar saat ia berbicara. Kris tidak pernah bosan menatap sepasang manik mata jernih itu.

 

Kris menggelengkan kepalanya pelan. “Terlalu mencolok.” Jawabnya singkat dengan ekspresi serius.

 

Senyum lebar Luhan seketika lenyap begitu mendengar komentar sang kekasih. Kris menahan senyumnya melihat raut sedih Luhan. Menurut Kris wajah sedih Luhan terlihat lucu sekali. Benar-benar tidak cocok dengan warna rambutnya. Oke, ini tidak ada hubungannya. Kris menggelengkan kepalanya perlahan.

 

“Aku hanya bercanda, Lu. Aku menyukainya.” Ucap Kris kemudian, membuat Luhan kembali tersenyum ceria.

 

“Benarkah?” Luhan meyakinkan.

 

Ne.” jawab Kris sambil menganggukkan kepalanya sekali. “Apapun warna rambutmu, mau itu pirang, silver, gold, pink, merah atau orange sekalipun, semua itu cocok untukmu dan aku menyukainya. Sepertinya lama kelamaan kau bisa mencampur semua warna di kepalamu seperti Sehun.” Lanjut Kris.

 

“Hahaha, aku sangat menyukai rambut Sehunnie yang sekarang. Boleh kuganti warna rambutku seperti itu, Wufan?” Kris menatap wajah memohon Luhan yang terlihat menggemaskan. Kris benar-benar gemas dengan kekasihnya ini. Kalau saja mereka sedang tidak berada di tempat umum, Kris pasti sudah menggigit ujung hidung mancung Luhan dengan gemas, seperti kebiasannya saat Luhan sudah mulai bertingkah menggemaskan seperti saat ini.

 

Walau pada kenyataanya Luhan 6 bulan lebih tua dari Kris, namun namja manis itu terlihat masih sangat kekanakan. Namun jangan salah, Luhan sebenarnya mempunyai sisi yang sangat dewasa dalam hal berpikir. Ia hanya suka bertingkah seperti anak-anak. Mungkin itulah alasan kenapa wajah Luhan terlihat masih seperti siswa tingkat pertama ketimbang siswa tingkat terakhir. Kris sangat iri dengan wajah Luhan yang selalu mengecoh semua orang tentang umur aslinya.

 

“Kenapa kau masih meminta persetujuan dariku? Bukankah walaupun ku larang kau tetap akan melakukan apapun yang kau suka?”

 

“Wufan-ah…” Luhan mengeluarkan suara merajuknya. Ia tidak menyukai ucapan Kris barusan. Membuatnya terdengar egois.

 

“Xiao Lu, bisakah kita mulai makan sekarang? Aku lapar.” Luhan dengan segera melupakan ucapan Kris yang mengganggu tadi dan buru-buru membuka kotak bekalnya.

 

“Aku membuat bibimbap hari ini.” Luhan mengangsurkan sepasang sumpit yang masih baru pada Kris. Setelah itu Luhan mendorong dua kotak bekal makannya kehadapan Kris, membuat Kris mengerutkan keningnya bingung.

 

“Kenapa kau juga memberikan kotak bekal milikmu padaku? Kau tidak makan, Lu?” tanya Kris pada Luhan yang kini terlihat duduk manis di hadapannya sambil menyilangkan kedua lengan di atas meja.

 

“Aku hanya membawa satu sumpit. Aku ingin disuapi, aa~” Luhan membuka mulutnya meminta Kris menyuapinya.

 

Kalian lihat? Luhan suka sekali bertingkah menggemaskan seperti ini. Membuat Kris harus bersabar dan menahan dirinya untuk tidak menerkam kekasihnya saat ini juga. Sebenarnya Luhan yang seperti ini hanya berlaku jika di depan Kris. Luhan suka sekali bermanja-manja dengan Kris. Luhan suka saat Kris membuang image dinginnya saat sedang bersamanya. Mereka tidak terlalu ambil pusing dengan lingkungan sekolah, karena hubungan mereka sudah menjadi perhatian sejak mereka tingkat dua dulu. Semua penghuni EXO HIGH SCHOOL mengetahui bahwa Kris itu milik Luhan dan Luhan itu milik Kris. Pasangan ini begitu populer di EXO HIGH SCHOOL. Semua beranggapan bahwa Kris – Luhan merupakan pasangan yang sangat serasi. Yang satu sangat tampan dan satunya lagi sangat manis dan baik hati. Mereka berdua bagai tokoh dongeng.

 

“Dasar, rusa kecil.” Kris tersenyum kecil sebelum akhirnya menyodorkan sepotong bibimbap kemulut Luhan yang terbuka. Luhan menerima suapan Kris dengan ekspresi riang.

 

“Makan dari tangan orang lain itu lebih nikmat, Wufan.” Luhan tertawa riang disela kegiatan mengunyahnya. Kris juga mulai sibuk memakan bekal buatan Luhan. Walaupun kemampuan memasak Luhan tidak sebaik Kyungsoo, namun Kris merasa masakan Luhan tetap yang paling enak. Setidaknya kau memang harus mengatakan itu kan jika kekasihmu yang membuatkan bekal untukmu?

 

Gege, kenapa gege meninggalkanku?” tiba-tiba seorang namjatinggi dengan lingkaran hitam di kedua matanya muncul dan duduk di sebelah Kris.

 

“Ah, halo Tao?” sapa Luhan pada sepupu Kris itu.

 

“Halo, Luhan gege. Kris gege tadi meninggalkanku. Saat aku mencari kekelasnya ia sudah tidak ada. Teman sekelasnya bilang ‘Kris sedang menemui istrinya di kantin’. Jadi aku langsung pergi kesini.” Jelas Tao panjang lebar mengenai kronologi kedatangannya.

 

“Hahaha, benarkah mereka mengatakan hal itu?” Luhan tertawa keras mendengar penjelasan Tao. Namja yang duduk di tingkat pertama  sekaligus satu kelas dengan adik tirinya ini merupakan anak dari bibi Kris (adik Ibu Kris). Ia memutuskan melanjutkan sekolahnnya di Korea dan kini tinggal bersama keluarga Kris sejak tahun ajaran baru 6 bulan yang lalu.

 

“Iya. Mereka mengatakan seperti itu. Walaupun aku belum terlalu lancar berbicara bahasa Korea, tapi aku tahu apa yang mereka katakan.” Tao masih meyakinkan Luhan bahwa ia tidak berbohong. Tao sebenarnya suka sekali berbicara. Hanya saja ia masih belum terlalu menguasai bahasa Korea. Ia sangat suka mengikuti kemanapun Kris pergi dan ia suka sekali bercanda dan sesekali bersenandung bersama Luhan, menyanyikan lagu-lagu Mandarin yang selalu mengingatkan Tao akan rumahnya. Tao merupakan anak yang sangat manis. Walaupun wajahnya terlihat menyeramkan, namun sebenarnya ia sangat manis dan suka sekali ber-aegyo seperti Sehun.

 

“Sudahlah.” Kris menyela perbincangan Luhan dan Tao agar tidak semakin rancu. “Tao, kau tidak memesan makanan?”

 

“Aku bingung, gege. Apa yang harus aku pesan? Disini tidak ada masakan china. Aku belum terlalu suka makanan korea” jawab Tao dengan sedikit cemberut. Ia memang termasuk orang yang pilih-pilih makanan. Perutnya tidak bisa menampung sembarang makanan.

 

“Kau bisa memesan sandwich atau spagethi di counter Bibi Jung disana, Tao.” Kris menunjukkan sebuah arah counter makanan yang terlihat ramai antrian para siswa siswi.

 

“Atau kau mau bibimbap ini? Aku yang memasaknya Tao. Kau mau mencobanya?” Luhan menawarkan bekalnya. Tao terlihat berpikir untuk beberapa saat. Ia tengah menimbang-nimbang saran siapa yang akan ia turuti. Dan pada akhirnya…

 

“Baiklah. Aku makan spagethi saja. Maaf, Luhan gege Lain kali aku akan mencicipi masakanmu.” Tao kemudian beranjak pergi untuk memesan makanan.

 

Mereka bertiga pada akhirnya makan bersama sambil sesekali bercanda ataupun berbincang mengenai berbagai hal. Kris masih sibuk menyuapi Luhan dan dirinya sendiri. Tao sibuk menggulungspagethi-nya dengan garpu sebelum memasukkannya kedalam mulut. Tiba-tiba seseorang datang menyela kegiatan mereka.

 

Ya!? Apa-apaan ini?!” tiga kepala dengan serempak menoleh pada Sehun yang berdiri di sebelah meja mereka dengan ekspresi tidak suka.

 

“Sehunnie? Wae?” tanya Luhan disela-sela kunyahannya.

 

“Kenapa kakak ipar menyuapi hyung seperti itu?” ucap Sehun. Mendengar ucapan Sehun, Kris menjadi salah tingkah. Ia memang masih sedikit canggung dengan adik tiri Luhan ini. Bukan karena Kris tidak menyukai Sehun, hanya saja ia merasa sedikit takut jika Sehun tidak menyukai hubungannya dengan Luhan. Melihat betapa dekatnya pasangan kakak adik ini, walaupun mereka bukan saudara sedarah.

 

“Eh? Eum… “ Kris mengusap-usap tengkuknya dengan gugup. “Maaf, Sehun, aku hanya—“

 

“Aku juga mau disuapi seperti Luhan hyung.” Sehun memotong kalimat Kris. Ia segera mendudukkan dirinya di sebelah Luhan. “Kakak ipar, suapi aku juga ya…” Kris hanya bisa bengong melihat tingkah calon adik iparnya ini. Bagaimana mungkin dua orang yang tidak benar-benar memiliki hubungan darah bisa begitu mirip?

 

Ya!? Sehunnie, kenapa kau tidak makan bekalmu sendiri?” Luhan terlihat protes dengan ulah adiknya.

 

Sehun mengerucutkan bibirnya, “Ini semua karena, hyung. Kenapa hyung harus berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali? Aku jadi lupa memasukkan kotak bekalku kedalam tas.”

 

“Aku sudah membangunkanmu berulang kali Sehunnie. Siapa suruh kau susah sekali dibangunkan?”

 

“Ahh… Aku tidak mau tahu. Aku mau makan. Kakak ipar suapi aku, aa~”

 

“Ah… N-Ne.” Kris pun menyuapi Sehun pada akhirnya.

 

“Hm… Makan dari tangan orang lain lebih enak.” Sungguh keadaan yang sangat membingungkan. Bagaimana bisa Kris terjebak dalam keadaan yang sangat aneh ini. Kekasihnya dan adik dari kekasihnya, dua orang ini tidak pernah berhenti memberikan kejutan dihidup Kris.

 

“Ah, halo Huang Zitao.” Sapa Sehun saat ia menyadari ada sosok Tao di sebelah Kris.

 

Tao mengalihkan perhatian dari makanannya dan menatap Sehun. Ia tersenyum kecil dan membalas sapaan Sehun.

 

Annyeong Sehunnie.”

 

“Huang Zitao, kau sangat hebat dalam melakukan lompat tinggi. Tadi kau seperti terbang. Aku bahkan berpikir kau bisa menjadi atlit lompat tinggi skala internasional dengan kemampuanmu itu.” Sehun memulai obrolan dengan teman sekelasnya itu.

 

Aniyo, gamsahamnida.” Balas Tao dengan canggung. Ia tidak biasa mendapat pujian seperti ini. Di China dulu ia selalu dijauhi teman-temannya karena kemampuannya dalam menguasai ilmu bela diri wushu. Semua orang takut pada Tao dan menganggap Tao sebagai anak yang suka berkelahi dan sering terlibat masalah dengan preman. Padahal jujur saja, Tao tidak pernah sekalipun memukul orang. Keluarganya hanya menuntutnya menguasai ilmu bela diri untuk pertahanan diri.

 

“Kumohon, berhentilah memanggilku chagi, Chanyeol.” Sebuah suara terdengar didekat meja Kris. Merasa kenal dengan nama yang disebut, Kris memutar kepalanya untuk melihat siapa yang barusan berbicara. Sedangkan Sehun yang merasa kenal dengan suara orang yang berbicara itu ikut mengalihkan perhatiannya kearah datangnya suara.

 

Benar seperti dugaan Sehun, itu adalah suara Baekhyun. “Baekhyun hyung?!” panggil Sehun pada namja berambut magenta itu.

 

“Sehunnie? Baekhyun melihat Sehun.

 

“Eh? Kris hyung? Luhan hyung? Kalian sedang makan siang?” Chanyeol yang sedang menggenggam tangan Baekhyun segera menariknya menuju ke meja Kris. Baekhyun mau tidak mau mengikuti seretan namja tinggi itu.

 

Ne, Chanyeol-ah.” Jawab Luhan. “Annyeong Baekhyun-ssi.” Luhan menyunggingkan senyum manis pada Baekhyun yang terlihat salah tingkah mendapat sapaan hangat dari sunbae yang ia kagumi.

 

A—annyeong Luhan sunbae.” Jawab Baekhyun.

 

Chanyeol mendudukkan dirinya di sebelah Kris dan dengan segera ia menarik tangan Baekhyun agar duduk di sebelahnya. Kursi di kantin ini terdiri dari sebuah bangku papan panjang yang bisa menampung lima orang di masing-masing sisi kanan dan kiri sebuah meja panjang.

 

“Semuanya lihat ini, tadaahh~” Chanyeol dengan riang menaruh sebuah kotak bekal mungil berwarna kuning di atas meja di hadapan semua teman-temannya.

 

Luhan, Kris, Sehun, dan Tao menatap kotak bekal itu dengan ekspresi bingung. Apanya yang menarik dari kotak bekal yang sudah umum terlihat dimata mereka itu?

 

“Hahaha, menarik sekali, sunbae.” Ujar Sehun sembari tertawa. Ia bahkan tidak tahu sebenarnya apa yang sedang ia tertawakan.

 

“Ibu mertua memberikanku bekal ini tadi pagi.” Chanyeol menjelaskan dengan riang. Senyum tidak pernah lepas dari bibirnya. Ia mulai membuka bekalnya dan mengagumi masakan yang ada didalamnya.

 

“Ibu mertua?” seru Kris, Luhan dan Sehun serempak. Sedangkan Tao hanya mengamati Chanyeol yang sibuk mencium masakan Ibu Baekhyun satu persatu dengan takjub.

 

Ne.” jawab Chanyeol masih tidak memperhatikan ekspresi teman-temannya. “Baekhyunnie chagi, kau mau aku suapi? Ini aa~ buka mulutmu.” Chanyeol menyodorkan sendok berisi makanan ke depan mulut Baekhyun.

 

“Tolong berhentilah memanggilku seperti itu. Ini sangat memalukan.” Baekhyun ingin sekali bersembunyi di bawah meja saat ini. Sejak memasuki kantin, tidak ada sepasang matapun yang tidak memperhatikannya dan Chanyeol. Baekhyun jengah dan sedikit terganggu dengan semua tatapan-tatapan itu. Walaupun Baekhyun memang suka menjadi pusat perhatian, tapi untuk kasus kali ini, ia sangat benci menjadi pusat perhatian. Karena ini semua membuatnya serasa ingin tewas karena malu.

 

“Apanya yang memalukan memanggil tunanganmu sendiri dengan panggilan ‘sayang’? Luhan hyung apa kau akan malu jika Krishyung memanggilmu chagi?” Chanyeol menatap Luhan dengan mata bulatnya.

 

“Tentu saja tidak. Aku akan sangat senang. Bukan begitu,chagiya?” Luhan tersenyum manis sekali pada kekasihnya yang lebih memilih diam, tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga orang lain.

 

“Kita tidak benar-benar bertunangan. Ayolah Park Chanyeol. Aku sudah menjelaskannya padamu. Ini hanya permainan yang kami buat. Kau tidak perlu menanggapinya dengan serius seperti ini. Sehun-ah, bantu aku menjelaskan semuanya pada Chanyeol.” Baekhyun menatap Sehun dengan sebuah tatapan memohon.

 

“Eh? Ng… Eum, sepertinya sudah saatnya aku kembali ke kelas. Aku lupa aku belum mengerjakan PR Choi seongsaengnim. Tao, kau mau kembali ke kelas bersama? KajjaAnnyeong semuanya.” Sehun buru-buru bangkit dari kursinya dan menarik tangan Tao pergi bersamanya sebelum Tao sempat menjawab ajakan Sehun.

 

Ya!? Bocah kurang ajar. Mau kemana kau?!” Baekhyun akan berlari mengejar Sehun saat tangan besar Chanyeol kembali menahannya.

 

“Sudahlah, Baekhyunnie chagi. Kita jalani saja semua ini. Kau sudah terlanjur melamarku kemarin dan aku sudah menerima lamaranmu. “ ucap Chanyeol masih sibuk memakan bekal yang Ibu Bekhyun berikan padanya pagi tadi saat ia menjemput Baekhyun. Ibu Baekhyun sangat baik pada Chanyeol. Sepertinya Nyonya Byun sudah jatuh hati pada Chanyeol sejak saat namja itu memperkenalkan dirinya sebagai tunangan Baekhyun pagi tadi.

 

“Ini hanya permainan, demi Tuhan Chanyeol.” Baekhyun sudah benar-benar frustasi. Kenapa ia bisa sampai terjebak dalam situasi seperti ini gara-gara permainan konyol itu?

 

“Byun Baekhyun, jawab pertanyaanku.” Chanyeol menghentikan kegiatan makannya. Ia letakkan sendok yang ia pegang dan kini ia menatap Baekhyun dengan ekspresi serius. Benar-benar sangat serius. Tidak ada senyum yang biasanya selalu tersungging dibibirnya. Baekhyun menjadi gugup ditatap seperti itu. Tatapan Chanyeol mengunci kedua bola mata Baekhyun. Membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan kemanapun. Sungguh ajaib.

 

“Apa kau membenciku?” tanya Chanyeol dengan suara yang sama seriusnya dengan tatapan matanya. Baekhyun merasa susah untuk berbicara. Tenggorokannya tiba-tiba seperti tersumbat.

 

“Bu—bukan seperti itu. A—aku tidak membencimu. Aku ha—“

 

“Oke, kalau begitu kau menyukaiku.” Ucap Chanyeol seenaknya. Senyum lebar sudah kembali menghiasi wajahnya. Baekhyun merasa menyesal pernah berpikir bahwa namja ini tampan. Oke, Chanyeol memang tampan. Tapi Baekhyun kini sangat membencinya. Oke, oke… Baekhyun tidak membencinya. Ia hanya tidak suka dengan tingkah Chanyeol yang seenaknya.

 

“Haah… Park Chanyeol, lakukan apapun yang kau suka. Aku menyerah.” Baekhyun menghela nafas keras. Kalau memang tidak bisa dilawan, Baekhyun ikuti saja permainan yang dibuat Chanyeol.

 

“Bagus sekali. Sekarang buka mulutmu, aa~” Baekhyun mengikuti instruksi Chanyeol, ia membuka mulutnya untuk menerima suapan Chanyeol.

 

“Ahh~ manisnya~” seru Luhan dan Chanyeol bersamaan saat memperhatikan pipi Baekhyun yang menggembung saat mengunyah makanannya. Mendengar seruan itu, Baekhyun tidak bisa menyembunyikan semburat kemerahan dipipinya. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain agar mereka tidak melihat wajah merahnya.

 

Mereka berempat masih melanjutkan kegiatan makan siang mereka. Tanpa menyadari seseorang tengah memperhatikan mereka dari arah pintu masuk kantin.

 

Kyungsoo menahan nafas memperhatikan adegan yang sedang terjadi di hadapannya. Pandangannya terpaku pada sosok Chanyeol yang saat ini terlihat sedang menyuapi Baekhyun dan sibuk menggoda namja berambut magenta itu. Sesekali Chanyeol dan Baekhyun berbincang dengan Luhan dan Kris. Kyungsoo sudah berdiri disana cukup lama, dan entah apa yang membuatnya tetap bertahan disana menyaksikan adegan yang bisa dibilang menyakitkan itu.

 

Kyungsoo memutuskan untuk pergi dari sana. Ia sangat terkejut ketika ia berbalik sosok Kai sudah menyambutnya. Sejak kapan ia berada disini? Kyungsoo baru saja akan menanyakannya saat tiba-tiba saja Kai menyodorkan secarik kertas yang terlihat lusuh ke hadapan Kyungsoo. Ia menerima kertas itu karena merasa familiar dengan benda tersebut. Tentu saja ia familiar, karena begitu Kyungsoo membuka kertas itu tulisan tangannya yang rapi terlihat disana.

 

 

Park Chanyeol, Can I call you my everything?

Call you my baby?

 

 

Tulisan yang iseng dibuat Kyungsoo tadi pagi saat berada di dalam bus. Setelah ia mendapat pesan dari Chanyeol yang memberitahunya bahwa ia sedang menjemput Byun Baekhyun. Tulisan yang tadi ia cari dalam buku agendanya dan hanya sebuah bekas sobekan yang ia temukan.

 

“Jadi…” ucapan Kai membuat Kyungsoo menengadahkan kepalanya mengamati sosok Kai yang terlihat lain dari biasanya. Tidak ada senyum seperti yang biasa Kyungsoo dapatkan ketika ia bertemu dengan pemuda ini.

 

 

“Sejak kapan sunbae menyukai Park Chanyeol?”

 

 

 

[ To be Continued ]


Sorry typos ^^

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
fulgensius #1
Chapter 4: Ini ktany ad diblog admin kn ? Gw udh luat tpi ffny pke pass dan gw blom dpt passny, author bagi pass ny coba
can_tbeempty #2
Chapter 4: Ayo thoorr lanjutiiinn. Penasaran bgt, bagus bgt ceritanyaa. Suka bgt sama karakternya lay hahaha gemes
fulgensius #3
Chapter 4: Blum dilnjut jga thor :') syng bgt klo gk dilnjutin ffnya keren bgt, gw msih nunggu ff in dilnjutin smpe skrng, dilnjutin coba thor :') smangat thor ! Pen nya sih moment krishan nya diprbanyk hehhehehe :'D
keyhobbs
#4
Chapter 4: ahh....kenapa mesti kepotong d situ??pokoknya mesti d lanjut nih...
keyhobbs
#5
Chapter 4: ahh....kenapa mesti kepotong d situ??pokoknya mesti d lanjut nih...
sendulce #6
Chapter 4: kmvrt tbc disaaat yg errrrrrrrr~
authornim please update^^ love this story pake bangget lahhhh
kannykim
#7
Chapter 4: wowww sweeettt bgt ^_^
kapan ff ini di lanjut thor? aku jatuh cinta nih ma chanbaek, krishan. hehehe

please di lanjut ya thor ^_^
aku tungguin loh!
VidyZu #8
Wow... Kayaknya seru nih... Baca ah... Perkenalan tokoh aja udah asdfghjkl...
lilaulil #9
Chapter 4: Aaaaak . Chapter ini asdfghjkl sumpah! Sekali lagi gue dibuat suka banget sama chanbaek! Tp kasihan kyungsoo. Kai juga kasihan. Sudah kai sini sama aku aja *ditimpuk sendal*
lilaulil #10
Chapter 3: Oke banyak secret admirer ternyata kyahahaha~