CHAPTER ONE

EXO HIGH SCHOOL

EXO HIGH SCHOOL

[ ONE ]

 

~ ~ ~

 

“Kalian pasti bercanda!?” seru Baekhyun dengan suara melengking. Membuat semua kepala yang berada di kantin EXO HIGHSCHOOL menoleh ke mejanya.

 

“Kau tahu sekali aku tidak pandai bercanda kan, Byun Baekhyun?” jawab seorang namja berlesung pipi dengan ekspresi datar.

 

“Ck. Wajah datarmu tidak bisa menipuku, Yixing. Aku tahu sekali isi kepalamu. Pasti kau otak dari ide gila ini,kan?!” Baekhyun mengarahkan jari telunjukkan kemuka Yixing yang dengan sigap memundurkan kepalanya.

 

Aniyo. Kau membuat praduga tak bersalah.” Yixing atau yang biasa dipanggil Lay itu menyingkirkan telunjuk Baekhyun dari depan wajahnya. “Semua ini sudah menjadi kesepakan kami bersama.” Lanjut Yixing sambil mengedarkan pandangannya ke empat rekannya.

 

Ne. Seperti yang sudah hyung ketahui, minggu ini giliranmu menjalankan tugas. Dan ini lah tugas dari kami. ME-LA-MAR PARK CHAN-YEOL.” Kali ini sebuah suara bass dari namja berkulit gelap sukses menjadi pengantar kematian Baekhyun.

 

10 menit yang lalu, Byun Baekhyun dan kelima sahabatnya yang terdiri dari Zhang Yixing alias Lay, Kim Jongin alias Kai, Oh Sehun, Xiumin, dan Chen berkumpul di meja mereka yang biasanya di pojokan kantin untuk mengadakan rapat mingguan mereka. Untuk sekedar pemberitahuan, sejak tahun ajaran baru 6 bulan yang lalu, mereka mempunyai sebuah tradisi untuk melakukan sebuah permainan setiap minggunya. Permainan apakah itu? Mereka menyebut ini dengan ‘Permainan Mental’.

 

Aturan mainnya cukup sederhana. Setiap satu minggu sekali, satu orang yang mendapatkan giliran menjadi ‘korban’ harus melaksanakan tugas yang diberikan padanya. Tugas diberikan oleh kelima anggota grup yang lain. Dan jika si ‘korban’ menolak untuk menjalankan tugasnya, maka ia akan mendapatkan hukuman dari masing-masing anggota grup yang artinya ia harus menjalankan lima hukuman sebagai ganti dari satu tugas. Setiap orang sudah mempunyai giliran mereka masing-masing. Dan untuk minggu ini, si korban adalah Byun Baekhyun.

 

Seperti yang sudah dikatakan namja berkulit gelap di atas yang kemudian kita ketahui namanya adalah Kai, tugas Baekhyun minggu ini adalah melamar seseorang bernama Park Chanyeol. Oke, MELAMAR!!! Garis bawahi itu. Baekhyun tahu sekali, ini semua pasti ide Lay. Setelah minggu lalu Baekhyun menyuruhnya untuk menyatakan cinta pada Choi seongsaengnim. Namja keturunan Cina yang merupakan siswa pertukaran pelajar itu pasti ingin menuntut balas pada Baekhyun.

 

“Kau berpikir terlalu lama, Baekhyun-ah.” Lay membuyarkan lamunan Baekhyun.

 

“Tinggal putuskan, hyung. Tugas atau hukuman?” suara menggemaskan dari namja berambut sewarna pelangi, Oh Sehun ikut menyambung. Cerita kenapa Sehun bisa mendapatkan warna rambut seperti itu juga karena tugas dari permainan ini dua pekan yang lalu.

 

“Jika kau mundur, kau tahu apa yang akan menantimu esok hari kan, Byun Baekhyun?” sekali lagi Kai mengeluarkan suaranya sambil menyunggingkan smirk-nya kearah Baekhyun.

 

“Aish, jinjja.” Baekhyun menarik rambutnya dengan frustasi. “Aku akan melakukannya. Tapi… tidak adakah orang lain selain Park Chanyeol? Bisakah tidak orang itu yang harus kulamar?” Ia memandang kelima rekannya dengan puppy eyes andalannya. Tapi mereka sudah cukup kebal dengan wajah imut itu dan memilih mengabaikan aksi merajuk Baekhyun.

 

“Tidak ada tawar menawar dalam permainan kita, Baekhyun-ah. Laksanakan atau menyerah? Tinggal pilih.” Xiumin yang berwajah bulat dan menggemaskan itu mengeluarkan suara untuk pertama kalinya.

 

“Arrghh…” pekik Baekhyun frustasi.

 

Kajja, hyung. Cepat pergi lamar Park Chanyeol, hush hush…” Sehun mulai mengeluarkan sifat evil-nya yang selalu berhasil ia sembunyikan dengan wajah polosnya itu.

 

“Kalau aku sampai dikeluarkan dari sekolah setelah ini, aku bersumpah akan membunuh kalian semua.” Baekhyun bangkit dari duduknya dan menatap tajam kelima rekannya sambil mengeluarkan ancamannya. Namun alih-alih merasa takut, kelima rekannya justru tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi marah Baekhyun.

 

“HAHAHA”

 

 

“Ah! Hampir saja lupa.” Seru Chen tiba-tiba. Dengan serempak Kai, Sehun, Lay, Xiumin dan Baekhyun mengalihkan perhatian mereka pada Chen, yang kini terlihat sedang sibuk mencari-cari sesuatu disaku celana seragamnya.

 

“Ini dia. Tadaaahh~” Chen mengacungkan sebuah cincin perak sederhana ke tengah-tengah meja mereka.

 

“Ige mwoya?!” Seru Baekhyun dengan tampang bingung yang sangat lucu.

 

“Bukan kah kita membutuhkan cincin untuk melamar seseorang?” jawab Chen dengan ekspresi serius yang langsung mengundang tawa dari rekan-rekannya, minus Baekhyun tentu saja.

 

“Ini sangat sempurna. Cepat, hyung. Sebentar lagi waktu istirahat akan selesai.” Sehun dengan penuh semangat menaruh cincin itu ke dalam genggaman tangan Baekhyun dan mendorong-dorong tubuh Baekhyun untuk segera menuju ke tempat dimana Park Chanyeol kini sedang duduk bersama teman-temannya disudut lain kantin.

 

Baekhyun melangkahkan kaki perlahan meninggalkan mejanya. Semua rekannya yang tegabung dalam geng XOXO itu menyerukan kalimat-kalimat bernada penyemangat namun ditelinga Baekhyun terdengar seperti nyanyian kematian.

 

Hyung, fighting!!” seru Kai dan Sehun.

 

“Kau pasti bisa, Baekhyun-ah.” Ucap Xiumin.

 

“Semoga beruntung, Baek.” Sambung Lay.

 

“Tuhan memberkatimu, Baekhyunnie.” Rasanya Baekhyun ingin berbalik dan mencekik Chen setelah mendengar ucapannya barusan. Namun Baekhyun hanya bisa berpura-pura tidak mendengar semua kalimat bodoh yang diucapkan para sahabatnya itu dan meneruskan langkahnya menuju meja Park Chanyeol dan kelima rekannya berada.

 

Baekhyun kini sudah berdiri di sebelah Chanyeol. Tapi sepertinya keberadaanya belum diketahui oleh namja yang populer karena ketampanan dan juga karena merupakan cucu dari pemilik yayasan sekolah itu. Berbeda halnya dengan kelima rekannya (Kris, Suho, Luhan, Kyungsoo, dan Tao) yang kini sedang mengamati Baekhyun dengan pandangan yang seolah berkata –Kenapa ada anak tersesat disini?

 

Sekali lagi Baekhyun berusaha mengabaikan semua tatapan penuh tanda tanya yang tertuju padanya. Ia fokuskan perhatiannya pada tugasnya agar segera berakhir dan ia bisa terbebas dari tekanan batin ini.

 

“Baekhyun-ssi, ada yang bisa kami bantu? Kau membutuhkan sesuatu?” suara manis dari namja yang tak kalah manis itu membuat Baekhyun sedikit salah tingkah. Luhan, namja berdarah China – Korea itu merupakan sosok yang sangat Baekhyun kagumi sebagai seniornya.

 

Baekhyun memutar kepalanya kearah dimana para anak manusia yang mengakui diri mereka sebagai sahabatnya itu untuk meminta sedikit belas kasihan agar tugas kali ini cukup berhenti sampai disini. Namun apa yang dilihat Baekhyun disana? Kelima rekannya justru sekarang tengah standby dengan ponsel mereka masing-masing. Berusaha mengabadikan moment berharga yang akan Baekhyun pertunjukkan sambil berusaha menahan tawa mereka agar camera ponsel yan mereka pegang tidak bergoyang saat mengambil gambar. Baekhyun berdecak sekali dan kembali mengarahkan perhatiannya pada sosok-sosok high class di hadapannya. Dan kini pandangannya bertemu langsung dengan sepasang mata indah milik Park Chanyeol.

 

Baekhyun menelan ludahnya dengan susah payah. Seumur hidupnya, dia belum pernah merasa gugup sampai seperti ini. terima kasih kepada para sahabatnya.

 

“Ehem.” Baekhyun berdehem, berusaha membersihkan tenggorokannya agar ia dapat lancar  berbicara. Chanyeol masih menatapnya dengan ekspresi bingung. Begitu pula dengan kelima rekannya. Dan juga seluruh pengunjung kantin siang ini.

 

Dengan mengabaikan semua tatapan penasaran dari pengunjung kantin, Baekhyun berlutut di hadapan Chanyeol. Baekhyun mengumpulkan segenap kekuatannya untuk menatap mata Chanyeol dengan serius. Chanyeol membalas tatapan Baekhyun tanpa berkedip. Namja tampan itu menunggu apa yang akan Baekhyun lakukan selanjutnya.

 

Suasana kantin pada jam istirahat makan siang yang biasanya selalu ramai dan berisik tiba-tiba menjadi sangat hening. Hanya suara klik klik klik yang diyakini Baekhyun berasal dari ponsel teman-temannya. Bahkan karena terlalu hening Baekhyun berani bersumpah, ia bisa mendengarkan suara debaran jantungnya yang tidak terkendali saat ini. Untuk kesekian kalinya Baekhyun berusaha mengabaikan keadaan sekitarnya.

 

Masih dengan menatap kedua manik mata Chanyeol, Baekhyun mengacungkan cincin pemberian Chen tadi ke hadapan Chanyeol. Baekhyun menarik nafas panjang sebelum mengeluarkan kalimat kematiannya…

 

“Maukah kau menikah denganku?” suara Baekhyun sebenarnya tidak terlalu keras. Tapi kini suaranya begitu bergema di tengah-tengah suasana kantin yang sunyi.

 

Bekhyun dengan sangat jelas dapat mendengar suara tawa tertahan dari rekan-rekannya beserta bunyi klik yang masih terus terdengar dari ponsel mereka. ‘Aku akan membunuh kalian semua setelah ini’ rutuk Baekhyun dalam hati. Tapi sekarang bukan saatnya untuk memikirkan sahabat-sahabat gilanya. Ada hal yang jauh lebih penting daripada memikirkan mereka. Nasib Baekhyun.

 

Setelah sukses mengucapkan kalimat lamarannya barusan, Baekhyun tidak lagi berani menatap wajah Chanyeol. Dia menundukkan kepalanya. Menyiapkan diri untuk menerima penolakan dan juga rasa malu.

 

5 detik…

 

10 detik…

 

1 menit berlalu dan tidak juga ada kalimat yang keluar dari Chanyeol. Karena penasaran, Baekhyun pun menengadahkan kepalanya untuk menatap Chanyeol. Baekhyun sudah bersiap-siap menerima penolakan, cercaan, hinaan, serta ledakan tawa dari Chanyeol. Namun begitu mata mereka kembali bertemu, senyum lebarlah yang Baekhyun dapatkan. Baekhyun benar-benar bingung, apalagi setelah…

 

Ne.” hanya satu kata itu. Baekhyun membuka mulutnya lebar-lebar. Tidak ada kata yang sanggup keluar dari tenggorokannya. Ekspresi kagetnya pasti terlihat bodoh sekali saat ini. Tapi Baekhyun tidak perduli. Ia benar-benar mendapatkan serangan jantung sekarang.

 

“Mwo?!” Baekhyun hanya bisa mengucapkan satu kata itu dengan nada tidak percaya.

 

“Dia bilang ‘ya’?! hahaha” suara Chen terdengar melengking dan menyakitkan gendang telinga Baekhyun.

 

“HAHAHAHA” kini suara tawa terdengar dari kelima rekannya. Mereka tertawa keras sekali. Bahkan Kai dan Sehun sampai memukul-mukul meja karena tidak bisa menahan tawa mereka. Baekhyun benar-benar ingin membunuh mereka semua saat ini juga. Tapi belum, sabar sebentar Baekhyun… masih ada masalah gawat yang menghadangmu tepat di depan mata.

 

Park Chanyeol…

 

Chanyeol mengambil cincin yang masih Baekhyun acungkan di depan wajahnya dan memakai cincin itu kejari manisnya. “Pas sekali.” Ucapnya masih dengan senyuman yang tidak lepas dari bibirnya.

 

Baekhyun masih berlutut di hadapan Chanyeol dan menatap namja itu takjub. Tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Sampai kemudian Chanyeol melepaskan satu cincin lain dari tangan kirinya dan memakaikannya dijari manis Baekhyun. Semua kegiatan mereka masih menjadi tontonan semua siswa siswi EXO HIGHSCHOOL. Mereka memang selalu mendapatkan sebuah kejadian menarik setiap seminggu sekali dari para anggota geng XOXO, tapi belum pernah semenarik ini.

 

“Ah, ini juga pas sekali untukmu.” Chanyeol berseru girang. Baekhyun… masih terdiam dengan mulut menganga.

 

 

TENG TENG TENG~

 

 

Semua orang yang sedari tadi serius melihat drama yang disuguhkan geng XOXO itu terlonjak kaget begitu mendengar suara bel berbunyi.

 

“Sepertinya aku harus pergi, sampai bertemu lagi… Tunanganku.” Chanyeol mencondongkan tubuhnya kearah Baekhyun dan mengecup pipi Baekhyun singkat. Kemudian ia pergi meninggalkan kantin diikuti oleh namja mungil yang diketahui Baekhyun bernama Kyungsoo. Mereka sama-sama tergabung dalam club music pimpinan Luhan.

 

“Chanyeol, tunggu aku.” Seru Kyungsoo mengejar Chanyeol. Sesaat tadi saat Kyungsoo melewati Baekhyun, sebuah tatapan tajam sempat ia layangkan kearah Baekhyun yang hanya melihatnya dengan bingung.

 

“Baekhyun-sii, gwaenchanayo?” Luhan berjongkok di hadapan Baekhyun yang sampai sekarang masih bertahan dengan posisi berlututnya. Setelah menyadari posisinya, Baekhyun buru-buru bangkit berdiri dan dengan canggung menatap Luhan.

 

“A…aku tidak apa-apa, sunbae.” Baekhyun membungkukkan badannya sopan sebelum akhirnya berlari pergi dari hadapan Luhan.

 

Baekhyun tidak memperdulikan panggilan teman-temannya, ia terus berlari mencari tempat yang tenang untuk meredakan kegugupannya. Masa bodoh dengan pelajaran. Baekhyun ingin mengubur dirinya hidup-hidup saat ini juga. Oke, ini terlalu berlebihan. Baekhyun hanya merasa ia membutuhkan waktu untuk sendiri.

 

“Kau mengenalnya, Lu?” tanya seorang namja tinggi berambut gelap kepada Luhan.

 

“Eh? Dia—“ belum sempat Luhan menjawab pertanyaan Kris, seorang namja berwajah ramah memotongnya.

 

“Dia Byun Baekhyun, siswa tingkat dua. Anak sulung dari 3 bersaudara keluarga Byun. Anggota Club Music. Dan suka sekali membuat keonaran bersama rekan-rekan geng XOXOnya.” Suho menjawab pertanyaan Kris dengan nada datar. Sesekali ia terlihat membenarkan letak kacamata yang membingkai mata indahnya.

 

Ya! Sunbae berkacamata, siapa yang kau sebut pembuat onar, eoh?”

 

“Sehunnie?” Luhan melihat adik tirinya kini sudah berdiri di belakang mereka. Ekspresinya terlihat tidak suka mendengar perkataan Suho barusan.

 

Hyung, kami bukan pembuat onar. Kami hanya suka bermain. Apakah itu salah?” Sehun memeluk lengan Luhan dan menatap kakak tirinya itu dengan ekspresi merajuk yang sangat menggemaskan. Seperti biasa aegyo-nya selalu berhasil membuat Luhan luluh.

 

“Tentu saja itu tidak salah, Sehunnie. Aku juga suka bermain. Aku suka bermain bersama Kris. Benarkan, Kris?” Luhan menatap namja tampan berambut gelap yang berstatus sebagai kekasihnya itu dengan ekspresi meminta dukungan.

 

“Ah? N..Ne. Aku juga suka bermain.” Kris menyunggingkan senyum canggung kearah Sehun.

 

“Woahh… kakak ipar, lain kali kita harus bermain bersama. Kita bertiga, ne?” Sehun tersenyum lebar sampai membuat eyesmile-nya terlihat. Ia meraih tangan Kris dan mengayun-ayunkannya dengan riang. Membuat Kris hanya bisa tertawa pelan merasa semakin canggung. Sedangkan Luhan sudah tertawa lebar melihat ekspresi lucu kekasihnya dan ekspresi menggemaskan adik tirinya.

 

“Maafkan kami jika tingkah kami sedikit mengusikmu. Sungguh kami tidak pernah mempunyai maksud untuk membuat masalah, Cucu Kepala Yayasan.” Lay ikut membuka suara. Namun permintaan maafnya yang disertai dengan ekspresi bersungguh-sungguh itu justru mendapatkan ledakan tawa dari Sehun, Luhan, Kai, Chen dan Xiumin, serta tawa tertahan dari Kris dan ekspresi bengong Tao. Tidak ada yang salah dengan pernyataan maaf Lay barusan. Sungguh. Bahkan pernyataan maaf Lay barusan sebenarnya terdengar begitu tulus, hanya saja yang membuat rekan-rekannya tertawa adalah embel-embel yang digunakan Lay untuk memanggil Suho.

 

“Tolong, panggil saja aku Suho.” Jawab Suho masih tetap memasang ekspresi ramahnya.

 

“Ah? Ne. Suho-ssi? Mianhaeyo.” Lay membungkuk sopan. Salah satu kebiasaan Lay saat dirinya mengucapkan kalimat maaf.

 

“Bukankah, kita seharusnya sudah berada dikelas sekarang?” Teguran Xiumin membuat mereka semua tersentak kaget. Dan dengan buru-buru mereka semua berpencar menuju kearah kelas mereka masing-masing.

 

~o(^.^)o~o(^.^)o~o(^.^)o~

 

“Chanyeol-ah?” Panggil Kyungsoo dengan suara lembut.

 

“Hm?” jawab Chanyeol singkat.

 

Gwaenchana?” sambung Kyungsoo. Kini Chanyeol mengalihkan perhatiannya dari kertas selebaran yang tengah ia fotocopy kepada Kyungsoo yang berdiri disebelahnya menata selebaran-selebaran yang sudah tercetak dari dalam mesin fotocopy.

 

Kyungsoo dan Chanyeol memang merupakan Ketua dan Wakil Organisasi Kesiswaan EXO HIGHSCHOOL. Menggantikan posisi Kris dan Luhan tahun lalu. Kini mereka sedang sibuk melakukan persiapan festival musim panas yang akan berlangsung 3 minggu lagi. Tak heran jika siswa dan siswi EXO HIGHSCHOOL lebih sering melihat mereka berdua di ruang Organisasi daripada di ruang kelas mereka.

 

“Aku baik-baik saja. Kenapa bertanya seperti itu, Soo-ah?” Chanyeol mengamati wajah khawatir Kyungsoo, sahabatnya sejak Taman Kanak Kanak.

 

“I…itu, soal kejadian di kantin tadi. Apa kau… Apa kau bersungguh-sungguh?” Chanyeol menghentikan kegiatan mem-fotocopynya untuk sementara, ia mengangkat tangan kanannya dan memperhatikan cincin perak yang melingkar dengan pas dijari manisnya. Tiba-tiba sebuah senyum lebar tersungging dibibirnya saat mengingat kembali kejadian di kantin 30 menit yang lalu.

 

Molla, kita lihat saja apa akan yang terjadi nanti.” Chanyeol memainkan cincin dijarinya dengan memutar-mutarnya perlahan. Chanyeol tidak bisa menahan senyumnya saat mengingat ekspresi terkejut Baekhyun setelah mendengar jawabannya tadi. Sangat menggemaskan. Chanyeol merasa tidak sabar menunggu kejadian menakjubkan apalagi yang akan menyambutnya.

 

 

~o(^.^)o~o(^.^)o~o(^.^)o~

 

 

Sepulang sekolah @ Lapangan Basket_EXO HIGH SCHOOL

 

Club Basket sedang melakukan latihan rutin mereka dipimpin oleh Kris. Tiga kali seminggu Club Basket pimpinan Kris melakukan latihan. Tidak hanya saat akan menghadapi pertandingan. Namun Kris selalu berusaha menyempatkan diri mengumpulkan anggota Club Basketnya untuk melakukan latihan-latihan ringan. Seperti sekarang…

 

“Kau sedang merencanakan apa, Chanyeol?” ucap Kris sambil mendrible bola basket berwarna orange dengan tangan kanannya.

 

“Apa maksudmu?” balas Chanyeol. Dengan gesit ia merebut bola bulat itu dari tangan Kris. Ia berlari sambil mendrible bola sampai ke depan ring.

 

“Mengenai pertunanganmu?” jawab Kris singkat. Ia berjalan santai menghampiri Chanyeol yang berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Sebenarnya latihan sudah selesai sejak 10 menit yang lalu. Namun Chanyeol dan Kris masih bertahan dilapangan dan bermain-main sedikit. Kris sedang menunggu Luhan yang saat ini juga sedang ada jadwal perkumpulan Club Music.

 

 

Dug dug dug…

 

 

Bola yang sedang Chanyeol drible terlepas dari tangannya dan menggelinding bebas. Chanyeol diam terpaku di tempatnya untuk beberapa saat. Sampai akhirnya…

 

“Hahahaha” Chanyeol tertawa terbahak-bahak sampai terbungkuk-bungkuk. Membuat Kris menaikkan sebelah alisnya dengan bingung. Apakah ia sudah salah bicara? Kris tidak bisa menemukan dimana letak ucapannya yang lucu sampai bisa membuat Chanyeol tertawa seperti ini?

 

“Chanyeol?” tegur Kris dengan suara beratnya.

 

“Hahaha” Chanyeol masih tertawa.

 

“Hei?!” seru Kris sedikit lebih keras.

 

“HAHAHA” dan Chanyeol tertawa semakin keras.

 

Karena kesal, Kris pun mengambil bola basket yang tadi menggelinding kedekat kakinya dan melemparkannya kearah Chanyeol dengan kesal.

 

Buagh! Tepat mengenai kepala Chanyeol.

 

 

“ADUH! Ya?! Apa yang kau lakukan Kris?!” sungut Chanyeol emosi sambil mengusap kepalanya yang tiba-tiba pening.

 

“Jangan tertawa saat orang lain sedang berbicara padamu, babo!”

 

“Tapi aku tertawa saat aku merasa ada yang lucu. Apa aku salah?” Chanyeol menatap polos Kris dengan mata bulatnya. Membuat Kris menghela nafas.

 

“Aku masih bingung kenapa aku bisa berteman denganmu.” Kris beranjak ke tepi lapangan dan membereskan perlengkapannya.

 

“Kau mau pulang?” tanya Chanyeol sambil mengikuti Kris dari belakang.

 

“Aku akan menunggu Luhan di Club Music. Kau pulang saja dulu.” Kris menyandang ranselnya dan mulai berjalan menjauhi lapangan. Chanyeol dengan buru-buru memasukkan semua perlengkapannya ke dalam tas dan berlari mengejar Kris.

 

“Aku ikut.”

 

Kedua namja yang memiliki tinggi sedikit di atas rata-rata itu berjalan berdampingan menuju Club Music yang terletak dilantai dua. Mereka berjalan sambil terus berbincang mengenai semua hal. Terutama mengenai rencana festival musim panas 3 minggu lagi. Walaupun sudah tidak menjabat sebagai Ketua Organisasi Sekolah, namun Kris masih sering terlihat mengunjungi Ruang Organisasi hanya untuk sekedar menyapa sahabatnya dan sedikit memberi bantuan ataupun nasehat yang bisa membantu Chanyeol.

 

Kedekatan mereka sendiri sebenarnya berawal dari Suho. Namja ramah dan pandai itu sudah berteman dengan Kris sejak bangku Sekolah Menengah Pertama. Dan Karena Suho merupakan sepupu Chanyeol, secara tidak langsung Chanyeol pun mengenal teman-teman dekat Suho, terutama Kris. Selain memiliki kesamaan dalam menyukai permainan basket, Chanyeol juga diam-diam sangat mengidolakan sosok Kris. Pembawaan tegas Kris dan sifatnya yang sangat perduli terhadap orang lain walau tidak terlihat dari ekspresi wajahnya itulah yang sangat Chanyeol sukai dari namja keturunan China – Korea – Kanada itu.

 

“Sepertinya kita tepat waktu, Halo Luhan hyung?!” saat mereka sampai di koridor ruang Club Music berada, tepat saat itu juga pintu terbuka dan sosok mungil Luhan keluar pertama kali.

 

“Oh? Hai, Chanyeol-ah. Menunggu Kyungsoo?” sapa Luhan sambil menghampiri sosok Kris dan berdiri di sebelahnya. Semua gesture tubuh itu seperti sudah otomatis tanpa perlu dipikirkan lagi oleh otak mereka.

 

“Eh? Kyungsoo belum pulang? Tadi dia bilang ada urusan dirumah dan akan absen menghadiri Club hari ini. Aku tidak tahu kalau dia di dalam.”

 

“Chanyeol-ah?!” dan panjang umurlah Kyungsoo. Begitu dibicarakan sosoknya kini sudah berada di depan mata. “Kau belum pulang?” sosok mungil itu bertanya sambil menyunggingkan senyum manisnya.

 

“Belum, aku baru selesai berlatih basket bersama Kris hyung. Bukankah tadi kau bilang ada urusan dirumah?” Chanyeol bertanya pada sosok manis itu.

 

“Tidak jadi, Ryeowook hyung tidak bisa meninggalkan café-nya jadi Appa memutuskan untuk mengajak kami berbicara nanti malam.” Jawab Kyungsoo.

 

Keluarga Kyungsoo dan keluarga Chanyeol sebenarnya memiliki hubungan yang sangat dekat. Itulah alasan kenapa Chanyeol sudah mengenal Kyungsoo sejak jaman Taman Kanak Kanaknya. Keluarga Kyungsoo memiliki banyak restaurant mewah di Korea Selatan ini. Ayah dan Ibunya memiliki kegemaran yang sama dalam bidang kuliner. Dan sepertinya menurun dengan baik kepada anak-anak mereka. Seperti telah dikatakan Kyungsoo di atas. Kakak Sulungnya, Ryeowook kini juga sudah memulai berbisnis sendiri dengan mengelola sebuah café yang sangat ramai dikunjungi para remaja dan pelajar karena suasananya yang nyaman dan harga yang pas dengan kantong para pelajar. Sedangkan Kyungsoo sendiri benar-benar pandai memasak. Chanyeol sering kali pergi kerumah Kyungsoo hanya untuk menyuruh namja manis itu membuatkannya kimchi spaghetti, salah satu masakan Kyungsoo yang paling Chanyeol sukai.

 

“Baiklah kalau begitu. Ayo kita pulang bersama.” Seru Kyungsoo penuh semangat.

 

“Kalian ikut?” Chanyeol bertanya pada Kris dan Luhan.

 

“Tidak perlu, kalian pulang saja dulu. Aku dan Luhan—“

 

“Ah?! Baekhyun-ssi sudah mau pulang?” seruan Luhan menghentikan ucapan Kris. Dengan serempak tiga pasang mata tertuju pada sosok Baekhyun yang sedang berjalan bersama Chen.

 

Baekhyun terlihat terkejut mendengar sapaan Luhan. Dan lebih terkejut lagi saat mendapati sedang bersama siapa Luhan disana. Hampir saja Baekhyun memacu kakinya untuk berlari kabur, namun otaknya –yang untungnya masih bekerja- melarangnya untuk melakukan hal memalukan itu.

 

Baekhyun hanya bisa berdiri dengan canggung dan berusaha menjawab pertanyaan Luhan tanpa membuat suaranya terdengar gugup.

 

N-Ne, sunbae. Aku permisi pulang dulu. Annyeong.” Baekhyun membungkuk sekali dan dengan kasar menarik lengan Chen untuk pergi sebelum mulut besar Chen mengeluarkan kata-kata yang bisa membuat Baekhyun malu dunia akhirat.

 

“Bukankah itu tunanganmu?” suara pertama keluar dari Kris setelah kepergian Baekhyun.

 

Chanyeol sedikit terkejut mendengar ucapan Kris. Chanyeol mengalihkan pandangannya dari arah koridor yang menelan sosok Baekhyun diujung sana dan menatap teman-temannya yang kini tengah menatap dirinya dengan berbagai ekspresi yang sulit Chanyeol jelaskan apa maknanya.

 

“Aku tidak tahu dia tergabung dalam Club Music?” sambung Kris, namun kali ini pertanyaannya lebih kepada Luhan daripada Chanyeol.

 

“Dia baru bergabung dengan Club Music ditingkat keduanya ini, tidak seperti Kyungsoo yang sudah bergabung sejak tingkat pertama dulu. Tapi sebenarnya Baekhyun-ssi memiliki suara yang sangat bagus. Dan dia juga anak yang sangat lucu.” Jelas Luhan disertai dengan senyum lebar diakhir kalimatnya.

 

“Namanya Baekhyun?” Chanyeol mengeluarkan suaranya. Seketika itu juga ia mendapatkan tiga tatapan aneh dari teman-temannya.

 

Mwo? Kenapa kalian menatapku seperti itu?” Chanyeol memundurkan tubuhnya untuk menghindari tatapan tidak mengenakkan dari teman-temannya. Ia menjadi salah tingkah dengan tatapan-tatapan penuh intimidasi itu.

 

“Kau tidak tahu nama tunanganmu sendiri?” ucap Kris tajam.

 

Chanyeol menyeringai lebar dengan ekspresi konyol.

 

“Lalu kenapa kau menerima lamarannya, Chanyeol-ah?” Kali ini pertanyaan dari Kyungsoo.

 

“Hehehe” Chanyeol tersenyum semakin lebar sembari mengusap-usap belakang lehernya sebagai kebiasannya saat sedang gugup.

 

“Dari dulu, kau tetap saja babo.” Tegur Luhan sambil menghela nafas.

 

“Hei, ayolah… kenapa kalian seperti ini padaku?” Chanyeol merajuk. Kris dan Luhan mengabaikannya dan mulai berjalan pulang.

 

“Soo-ah… Apa aku berbuat sesuatu yang salah?” Chanyeol menatap sahabatnya yang selalu bersama Chanyeol sejak Taman Kanak Kanak itu dengan tatapan sendu, membuat Kyungsoo tidak bisa untuk tidak menyunggingkan senyum manisnya.

 

Aniyo, Chanyeol-ah. Hanya saja kau membuat kami semua bingung.” Jawab Kyungsoo lembut.

 

“Bingung?” Chanyeol mengerutkan keningnya.

 

Ne. Membuat kami bingung dengan alasan kenapa kau mau menerima lamaran Byun Baekhyun. Kita sama-sama tahu dia sedang bermain bersama teman-temannya. Tapi kenapa kau justru menanggapinya dengan serius? Kau bisa saja tadi menolaknya, dan permainannya akan selesai. Tapi tadi kau justru menerimanya dan men…” Kyungsoo menggantungkan kalimatnya karena ia tidak mau Chanyeol merasa dirinya tidak suka saat Chanyeol mencium Baekhyun. Baiklah, sebenarnya Kyungsoo memang tidak menyukainya. Tapi Kyungsoo tidak ingin Chanyeol sampai mengetahuinya.

 

“Sebenarnya aku sendiri tidak tahu alasan kenapa aku menerima dan mengikuti permainannya,” Chanyeol terlihat menerawang kearah langit yang mulai terlihat jingga. “Hanya saja setelah aku melakukan semua hal tadi, aku tidak merasa menyesal, Kyungsoo-ah. Aku tidak merasa aku telah melakukan sesuatu yang salah atupun bodoh. Aku menikmatinya. Aku senang melihat namja bernama Baekhyun itu berada di hadapanku. Lagipula…” Chanyeol memotong kalimatnya dan kini menatap Kyungsoo sambil tersenyum simpul.

 

“Dia namja yang manis. Aku suka.” Seketika itu juga, mata Kyungsoo membulat lebar karena terkejut mendengar penuturan Chanyeol.

 

“Ah… sudah larut. Ayo kita pulang Soo-ah.” Chanyeol menarik tangan Kyungsoo dan menggandengnya menuju ke tempat parkir dimana mobilnya berada.

 

Kalau saja hal ini terjadi sebelum Kyungsoo mendengar penjelasan Chanyeol barusan, Kyungsoo pasti akan sangat bahagia Chanyeol menggandeng tangannya seperti ini. Tapi saat ini, Kyungsoo merasa sulit bahkan hanya untuk sekedar bertanya pada Chanyeol tentang maksud dari ucapannya barusan. Suka… dalam hal apa? Dalam bentuk yang seperti apa? Kyungsoo benar-benar merasa tidak nyaman.

 

 

~o(^.^)o~o(^.^)o~o(^.^)o~

 

 

“Ayolah Baekhyunnie… sampai kapan kau mau seperti ini?” Chen menggoyang-goyangkan kaki Baekhyun yang saat ini sedang berbaring tengkurap di ranjangnya. Sejak pulang dari pertemuan Club Music tadi Baekhyun sudah seperti ini. Berbaring di ranjangnya tanpa melepaskan seragam sekolahnya. Dari tadi ia sibuk bergumam dan merengek. Bahkan tadi ia sempat menangis dengan suara sangat keras sampai akhirnya Chen membujuknya untuk tenang dengan iming-iming akan membelikannya poster SNSD terbaru.

 

“Apa yang harus aku lakukan?! Hidupku sudah berakhir. Aku akan dikeluarkan dari sekolah. Oh Tuhan, apa yang harus aku katakan pada Eomma dan Appa?! Mereka pasti akan membunuhku. Hidupku sudah berakhir… Hidupku hmpf—“ suara keluhan Baekhyun tertelan bantal yang kini menekan wajahnya dengan sangat kuat.

 

 

GUBRAK!!!

 

 

“APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH?! KAU MAU MEMBUNUHKU?!!” Baekhyun berdiri menjulang di hadapan Chen yang kini tengah tersungkur di lantai karena Baekhyun berhasil mendorong tubuh Chen dari atas punggungnya. Baru saja, dengan tidak terduga Chen tiba-tiba melompat ke atas tubuh Baekhyun, menindihnya yang sedang tengkurap dengan tubuhnya yang tidak bisa dibilang kecil itu. Selain merasa tidak bisa bernafas karena muka Baekhyun menekan bantal, punggungnya juga terasa patah karena tindihan Chen barusan. Baekhyun masih tidak mengerti apa yang salah dengan otak Chen. Kenapa ia suka sekali bertindak diluar akal sehat seperti ini.

 

“Aduh, pantatku… Punggungku… Sepertinya tulang igaku patah.” hanya itulah yang keluar dari mulut Chen sebagai balasan.

 

“Aku akan lebih bahagia jika lehermu yang patah.” Sungut Baekhyun masih penuh emosi. Hari ini emosinya benar-benar tidak terkendali. Terlebih-lebih sejak insiden di kantin tadi siang. Rasanya Baekhyun ingin menelan semua orang yang berpapasan dengannya.

 

“Kau kenapa? Apa yang salah dengan dirimu, Byun Baekhyun?! Apa karena sekarang kau sudah menjadi tunangan Park Chanyeol jadi kau merasa gugup dengan hari esok yang akan menyambutmu? Bagaimana nanti kalau kau benar-benar menikah dengannya?!“

 

“Kau sudah bosan hidup Kim Jongdae?!” Baekhyun menggulung lengan seragamnya dan menatap tajam Chen yang entah kenapa merasa nyaman bertahan di lantai.

 

YA!! Jangan panggil aku dengan nama koreaku.” Protes Chen begitu Baekhyun memanggilnya dengan nama koreanya.

 

“Aku benar-benar membencimu.” Suara Baekhyun terdengar sedikit melemah. Chen mengamati sahabatnya yang kini duduk ditepi ranjang sambil memeluk lututnya erat.

 

“Baekhyun-ah… kau benar-benar marah padaku dan yang lainnya mengenai permainan kali ini?” Chen beringsut ke hadapan Baekhyun. Masih tetap di lantai, kini Chen terlihat seperti tengah berlulut di hadapan Baekhyun.

 

“Percayalah, kami semua tidak pernah bermaksud menempatkanmu dalam situasi seperti ini. siapa yang mengira Park Chanyeol akan menerima lamaranmu dan menciummu di depan publik begitu. Sepertinya dia juga penggemar drama percintaan sepertimu.” Baekhyun mengangkat wajah dari lututnya dan memasang death glare pada Chen yang dengan polosnya membalas tatapan membunuh Baekhyun dengan sebuah cengiran lebar.

 

“Baekhyun, kau menakutkan.” Komentar Chen yang semakin membuat Baekhyun ingin menenggelamkan sahabatnya ini ke Samudra Pasifik.

 

“Pergi kau. Aku tidak mau melihat wajahmu lagi.”

 

“Ayolah… Aku hanya bercanda. Aku benci melihatmu seperti ini. Ini benar-benar bukan Byun Baekhyun yang aku kenal. Aku ingin melihat senyum lebarmu Baekhyunnie, ayolah…” Chen menarik-narik lengan seragam Baekhyun seperti anak kecil yang merajuk ingin dibelikan balon. Baekhyun sedikit melihat tingkah Chen, tapi ia masih berusaha menunjukkan ekspresi marahnya.

 

“Untuk masalah game tadi, aku mewakili yang lain meminta maaf. Jangan marah lagi. Aku berjanji apapun yang akan terjadi padamu nanti dengan Tuan Muda Park, aku dan yang lainnya akan selalu mendukungmu dari belakang. Kita hadapi semuanya bersama, seperti slogan grup kita, ne?” Chen tersenyum manis masih berusaha menghibur sahabatnya yang manis itu. Baekhyun merasa lebih baik sekarang. Setelah dipikir-pikir memang terlalu berlebihan ia memikirkan semua ini. Ia hanya perlu meminta maaf pada Park Chanyeol dan memintanya untuk melupakan semua kejadian hari ini. beres kan. Sesederhana itu.

 

“Slogan grup kita? Sejak kapan kita mempunyai slogan?” Baekhyun menatap Chen dengan raut wajah bingung. Namun bisa Chen lihat, kini wajah Baekhyun sudah tidak sekelam tadi. Perlahan rona ceria dan aura cerah sudah kembali pada diri Baekhyun.

 

“Eumm… Ini slogan baru. Slogan grup kita adalah. ‘Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’. Bukankah itu terdengar keren?” Baekhyun tidak bisa lagi menahan tawanya, apalagi saat melihat ekspresi konyol Chen yang terlihat bangga sekali dengan penjelasannya barusan.

 

“HAHAHA.” Baekhyun tertawa terpingkal-pingkal sambil memukul-mukul ranjangnya.

 

“Hei. Tidak ada yang lucu, Byun Baekhyun.” Chen memukul kepala Baekhyun dengan guling karena kesal ditertawakan seperti itu.

 

“Hahaha… Tapi aku merasa ini hal terlucu yang aku dengar hari ini. Ijinkan aku tertawa, kumohon.” Ucap Baekhyun disela tawanya.

 

“Hmm… Baiklah. Kau boleh tertawa.” Jawab Chen dengan ekspresi serius yang semakin membuat Baekhyun geli.

 

“Hahaha.” Chen terus mengamati Baekhyun yang sedang sibuk tertawa. Akhirnya Chen bisa menghela nafas lega melihat Baekhyun sudah kembali seperti biasanya. Saat ia bilang bahwa ia membenci Baekhyun ketika Baekhyun bersedih, ia mengatakan hal yang sebenarnya. Karena sungguh, raut sedih benar-benar tidak cocok dengan wajah Baekhyun.

 

“Ehem. Chen, terima kasih.” Ucap Baekhyun kemudian saat dirinya sudah berhenti tertawa. Chen mengamati wajah Baekhyun yang sedang tersenyum manis saat ini. Chen tidak bisa menahan dirinya untuk ikut membalas senyum Baekhyun itu.

 

“Itulah gunanya teman. Apapun yang akan terjadi padamu kami akan selalu berada disisimu. Jika itu suka, kami akan turut berbahagia dan tertawa bersamamu. Dan jika itu duka, kami akan ikut menanggung kesedihanmu dan menangis bersamamu. Bukankah begitu, chingu?” ucap Chen serius tidak seperti biasanya.

 

“Ahh… Chen Chen, kau membuatku terharu. Aku menyayangimu.” Baekhyun terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakan dirinya terharu. Karena kini matanya terlihat berkaca-kaca. Semuanya seharusnya berakhir indah seperti ini sebelum semuanya kacau dengan sebuah kalimat…

 

“Lagipula, bertungangan dengan Park Chanyeol bukanlah berita duka. Ini bahkan berita sangat menggembirakan. Kapan lagi bisa bertunangan dengan cucu Kepala Yayasan sekaligus Ketua Organisasi Kesiswaan seperti Park Chanyeol? Kau orang paling beruntung, Byun Baekhyun. Justru Park Chanyeol yang sial sudah menerima lamaranmu.” Alis Baekhyun berkedut karena mendengar semua omongan Chen.

 

“KIM JONGDAE, ENYAH KAU DARI HADAPANKU?!!!” Baekhyun melempar tas ransel Chen sekuat tenaga kearah Chen dan sebelum Baekhyun bertindak semakin brutal dengan melempar meja belajarnya pada Chen, Chen buru-buru berlari pergi demi keselamatan jiwa dan raganya.

 

 

~o(^.^)o~o(^.^)o~o(^.^)o~

 

 

Keesokan harinya @ Kediaman Rumah Byun

 

Baekhyun memakai sepatunya dengan malas. Matanya benar-benar berat setelah semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan nasibnya nanti selama di sekolah. Baekhyun bahkan sudah merajuk pada Eomma-nya agar diijinkan membolos hari ini, tapi setelah mengetahui keadaan anaknya ternyata baik-baik saja Nyonya Byun memaksa Baekhyun lebih cepat menghabiskan sarapannya agar ia tidak terlambat.

 

 

Ting Tong…

 

 

Siapa pula yang bertamu pagi-pagi begini. Ibu Baekhyun terlihat membuka pintu dan sedetik kemudian berbalik dan berteriak memanggil Baekhyun yang masih memakai sepatunya di ruang tamu.

 

“Byun Baekhyun, kekasihmu sudah datang menjemput!”

 

Gubrak!!!

 

Baekhyun sukses jatuh dari sofa dengan suara keras. Membuat Nyonya Byun buru-buru melihat keadaan di ruang tamu.

 

“Apa yang sedang kau lakukan di lantai?” tanya ibu Baekhyun dengan polosnya.

 

“Tadi Eomma bilang apa? Si… siapa yang menjemputku?” belum sempat pertanyaan Baekhyun terjawab, sebuah sosok tinggi, tampan, mapan dan mengenakan seragam yang sama seperti Baekhyun muncul di ruang tamunya.

 

“Selamat pagi, chagi. Sudah siap berangkat sekolah?”

 

 

[ To be Continued ]


Not edited. Sorry typos ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
fulgensius #1
Chapter 4: Ini ktany ad diblog admin kn ? Gw udh luat tpi ffny pke pass dan gw blom dpt passny, author bagi pass ny coba
can_tbeempty #2
Chapter 4: Ayo thoorr lanjutiiinn. Penasaran bgt, bagus bgt ceritanyaa. Suka bgt sama karakternya lay hahaha gemes
fulgensius #3
Chapter 4: Blum dilnjut jga thor :') syng bgt klo gk dilnjutin ffnya keren bgt, gw msih nunggu ff in dilnjutin smpe skrng, dilnjutin coba thor :') smangat thor ! Pen nya sih moment krishan nya diprbanyk hehhehehe :'D
keyhobbs
#4
Chapter 4: ahh....kenapa mesti kepotong d situ??pokoknya mesti d lanjut nih...
keyhobbs
#5
Chapter 4: ahh....kenapa mesti kepotong d situ??pokoknya mesti d lanjut nih...
sendulce #6
Chapter 4: kmvrt tbc disaaat yg errrrrrrrr~
authornim please update^^ love this story pake bangget lahhhh
kannykim
#7
Chapter 4: wowww sweeettt bgt ^_^
kapan ff ini di lanjut thor? aku jatuh cinta nih ma chanbaek, krishan. hehehe

please di lanjut ya thor ^_^
aku tungguin loh!
VidyZu #8
Wow... Kayaknya seru nih... Baca ah... Perkenalan tokoh aja udah asdfghjkl...
lilaulil #9
Chapter 4: Aaaaak . Chapter ini asdfghjkl sumpah! Sekali lagi gue dibuat suka banget sama chanbaek! Tp kasihan kyungsoo. Kai juga kasihan. Sudah kai sini sama aku aja *ditimpuk sendal*
lilaulil #10
Chapter 3: Oke banyak secret admirer ternyata kyahahaha~