Chapter 1

Come Back Home

Seoul. Setelah Perang Nuklir Limax.

CL P.O.V

“Nuklir membuat orang-orang jadi gila.” aku mengambil satu botol cat semprot merah dan mengocoknya keras-keras.

“Kau yakin? Softwarenya kuat. Meretasnya akan sulit. Sudahlah, Chaerin. Kita harus menerima kenyataan untuk hidup di permukaan. Di Seoul.” aku tercekat mendengar kata-katanya. Kata-kata lelaki kurus dengan rambut panjang di satu sisi. Jiyong.

“JIYONG-AH! Aku tidak ingin tinggal di Virtual Paradise sialan itu. Aku hanya takut, badan yang ditinggalkan akan digunakan pihak tidak bertanggung jawab!”

“Jangan pedulikan mereka, sudahlah. Ngomong-ngomong, cat semprot itu untuk apa?”

Kajja!~ Temani aku meluapkan kekesalanku.”

 

Park Bom P.O.V

!” aku terkejut mendengar gerutuan dari luar laboratorium.

Waeyo, Seunghyunnie?”

Look at this. Argh. CEO will get mad soon, honey.” Seunghyun –biasa kupanggil Hyunnie- menunjuk dinding luar laboratorium tempat kami bekerja. Sebuah garis panjang berwarna merah terlihat di sana. Bau cat semprot tercium menyengat.

“Mungkin kita harus menghabiskan waktu mengecat dinding bersama lagi.” aku hanya bisa tertawa melihat Hyunnie menggerutu kesal pada tembok. Rambut biru neonnya menyembul dari beanie yang dia pakai.

“Tentu saja kamu senang, Bomu. Semakin banyak gangguan, kau akan semakin menunda pekerjaanmu. Pekerjaan kita.”

“Aku masih takut. Apakah tidak apa-apa membuat pekerjaan ilmiah seperti ini?”

“Jangan takut. Kita akan hidup bahagia. Tanpa perlu menyembunyikan rambut neon kita. Di Virtual Paradise.”

 

Minzy P.O.V

Deru mesin terdengar. Mobil road keluaran lama ini cukup menakutkan. Tapi, ketika kulihat kepulan kabut nuklir yang menggulung, rasa takut itu hilang. Setidaknya deru mesin tidak membuatku mati.

Oppa.” sahutku pada laki-laki yang sedang menyetir. Daesung.

“Ne, Minji-ah? Jangan diam saja! Offroad di permukaan ternyata menyenangkan juga. Kita harus lebih sering melakukannya.”

“Tanaman itu…tidak apa-apa dibawa ke Virtual Paradise?” aku menunjuk tanaman di jok belakang. Tanaman yang kami bawa ke Virtual Paradise.

“Tentu saja tidak apa-apa. Seunghyun hyung dan Bom noona akan mengatur suplai cahayanya. Don’t worry, they are trusted scientist.”

“Kalau mati semua, bagaimana?”

“Yang jelas, akan ada yang tetap hidup, Minji-ah.”

“Apa itu, Oppa?”

“Cintaku padamu. Jeongmal saranghamnida, Gong agassi.”

 

***

Where are you? Where are you?

You are too far away.

 

Dara P.O.V

Ruang keluarga ini begitu minim cahaya. Hanya cahaya silau dari televisi yang membantu penglihatan. Kurasakan pelukannya melonggar. Dia sudah tertidur pulas. Kurapikan rambut putih keperakannya yang berantakan. Wajah polosnya terlihat sedikit lelah.

“Dala-ah…aku lelah…”

 

***

 

Namaku Sandara Park. Aku adalah survivor Perang Nuklir Limax bersama tunanganku, Dong Youngbae. Kami tinggal di permukaan –sebutan untuk Seoul saat ini- karena kami pikir selama nuklir belum membunuh kami, di sinilah kami bertahan. Youngbae sudah terkena radiasi kecil, rambutnya berubah jadi putih. Jika terkena kabut nuklir, rambutnya akan menyerap nuklir dan membunuhnya. Fenomena ini biasa disebut rambut neon. Oleh karena itu, Youngbae ketergantungan obat anti-radiasi. Dia tak mau mati.

Kudengar dia akan pindah menuju sebuah dunia virtual bernama Virtual Paradise. Youngbae sudah membujukku untuk ikut dengannya. Tapi aku selalu menolak. Entahlah, rasanya mencintai Youngbae ‘nyata’ dan Youngbae ‘virtual’ akan berbeda.

Aku yakin itu.

 

 

***

 

Aku terbangun karena kudengar suara pencukur rambut yang cukup nyaring. Kulihat Youngbae mematut dirinya sendiri di depan kaca. Mencukur habis rambut putih neonnya.

“Youngbae-ah…ada apa? Kenapa kamu mencukur rambutmu?” aku meregangkan badanku dan bangun. Rambut Youngbae berceceran di lantai.

“Hari ini aku akan ke Virtual Paradise. Ilmuwannya akan datang nanti siang untuk menginstalasi alat transmitternya. Mereka bilang, rambutku terlalu panjang. Makanya aku cukur.”

“K-kau…pergi hari ini?” aku menatap badan Youngbae yang masih menghadap kaca.

“Ya. Keputusanku sudah bulat. Ayolah, Dara. Ikutlah denganku. Kau tak sadar, betapa berbahayanya tinggal di permukaan? Akan aku buat kamu bahagia di sana. Kujadikan kamu Nyonya Dong.” Youngbae menggenggam tanganku. Kutatap manik matanya. Dia tetap Youngbae-ku yang penuh kepolosan. Tapi…

“Aku tak bisa.” kulepas genggaman Youngbae. Menghindari tatapannya. Mataku panas. Mulai berair.

“Selalu saja. Baiklah, kalau itu maumu. Tinggallah di permukaan. Kau bisa mengubah pikiran sampai ilmuwan dari Virtual Paradise datang. Sekarang, atau tidak selamanya.”

 

***

 

TING TONG!

Suara bel pintu mengagetkanku. Tak akan salah lagi, pasti yang datang adalah ilmuwan dari Virtual Paradise. Kubukakan pintu, tapi kulihat pasangan yang –menurutku- imut sekali. Memakai beanie dan masker kembar. Mereka seperti mau kencan ke amusement park.

“Kediaman Dong?” tanya si lelaki. Aku mengangguk.

“Kami dari Virtual Paradise. Kami hendak menginstalasi transmitter atas nama Dong Youngbae. Boleh kami masuk?”

Aku membukakan pintu untuk mereka. Mereka masuk dan membuka masker serta beanie yang mereka pakai. Kulihat warna rambut mereka yang mencolok. Lelaki itu berwarna biru. Sedangkan si perempuan hazel keemasan. Mereka juga memiliki rambut neon seperti Youngbae. Terkena radiasi. Orang permukaan.

“Ah, agassi. Annyeong. Nama saya Choi Seunghyun. Ini partner saya, Park Bom. Nice to meet you.” mereka kemudian membungkuk sopan padaku. Kubalas membungkuk. Setelah itu, Seunghyun langsung mengeluarkan alat-alat dan mulai bekerja. Sementara Bom hanya diam sambil memerhatikan seisi rumah.

Agassi, rumahmu bagus sekali. Aku suka.” Bom tiba-tiba berbicara padaku. Rambut neonnya berkilau.

“Panggil saja Dara. Kurasa kita seusia.”

“Kau jadi imigran ke Virtual Paradise?”

“Tidak. Tunanganku.”

Kemudian kami kembali terdiam. Memerhatikan Seunghyun yang sedang memasang sebuah monitor. Aku semakin bingung. Untuk apa? Bagaimana cara Youngbae hidup di sana?

Tiba-tiba Youngbae keluar dari kamar. Shirtless. Wajahnya terlihat gembira.

Annyeong!”

“Ah. Annyeong.” Seunghyun dan Bom kembali membungkuk bersamaan.

“Bagaimana transmitternya? Sudah bisa dipakai?” Youngbae menghampiri Seunghyun dan alat yang telah berhasil diinstalasi.

“Sudah. Sekarang saya akan menjelaskan bagaimana cara…”

“Aku ingin mencobanya sekarang.” Youngbae memotong kalimat Seunghyun tiba-tiba. Seunghyun menatap Youngbae cukup lama, lalu menatapku, lalu beralih pada Bom. Seolah mengerti, Bom menggelengkan kepalanya. Mungkin Seunghyun bingung bagaimana cara mentransfer dua tubuh dengan satu transmitter.

“Baiklah. Silahkan berbaring.” kulihat Youngbae mengikuti instruksi Seunghyun. Perutku tiba-tiba sesak. Jangan berbaring, Youngbae-ah! Jangan! Jangan pergi! Semua kalimat itu bersahut-sahutan di pikiranku. Tapi lidahku kelu.

Sekarang Youngbae sudah memakai kacamata transparan yang tersambung pada suatu alat yang menutup sebelah telinganya. Kabel-kabel menempel di badannya. Youngbae, apakah itu tak menyakitimu? Apakah kamu akan baik-baik saja dengan semua teknologi asing ini?

“Nama lengkap?”

“Dong Youngbae.”

“Tempat tanggal lahir?”

“Seoul. 18 Mei 1988.”

“Status kependudukan terakhir?”

“Korea Selatan. Limax Survivor.”

Klik.

Upload 0%.

“Kita tinggal menunggu proses uploadnya selesai, Youngbae-ssi. Kami akan terus mengawasi sampai selesai. Pejamkan matamu.”

Youngbae mulai terpejam. Kacamata transparannya menampilkan tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang tidak kumengerti.

Upload 10%.

Bom melihat ke arahku.

“Dara-ssi. Kamu tidak apa-apa?”

“Ah, gwenchanayo.

Upload 20%.

Aku teringat pertama bertemu Youngbae. Kajima!

Upload 30%.

“Boleh kupanggil kamu Tokki?”

Upload 40%.

“Kamu memang lebih tua. Tapi kamu tidak bisa dipanggil noona.”

Upload 50%.

Seunghyun terperanjat melihat monitor, melihat proses upload yang sudah setengahnya.

“Cepat sekali. Mungkin CEO mengupgrade server.”

Eh? CEO?

Upload 60%.

“Kalian dipekerjakan oleh seorang CEO?” tanyaku hati-hati.

“Ya. Dialah owner dari Virtual Paradise, Dara-ssi.”

Upload 70%.

“D-dia yang memegang servernya?”

“Ya, lagi. Kami tidak diberi akses untuk server. CEO yang mengolahnya.”

Upload 80%.

“Dia tidak akan mencelakakan Youngbae kan?!”

Bom dan Seunghyun saling memandang.

“Tentu tidak.”

Upload 90%.

CEO itu pasti orang yang mencurigakan. Aku yakin.

Upload succeed.

Aku melihat monitor dan Youngbae bergantian. Youngbae terlihat seperti tidur, tertidur lelap. Tidak ada wajah lelah yang biasa dia tunjukkan jika sedang tertidur. Perutku tiba-tiba seperti dipenuhi banyak kupu-kupu. Rasanya tidak nyaman.

“Nah, Dara-ssi. Sekarang Youngbae-ssi sudah berada di Virtual Paradise. Namun tenang, dia tentu saja dapat kembali. Jika kau memerlukan dia secara mendadak, kau bisa klik ‘force close’ di pojok kanan atas monitor. Arachi?” Seunghyun menjelaskan sembari membereskan peralatannya. Bom memakai kembali beanie dan maskernya, lalu memakaikan beanie dan masker pada Seunghyun.

“Baik, kami pamit. Ini nomor telepon kami jika Anda memerlukan sesuatu. Annyeong, Dara-ssi.” mereka membungkuk bersamaan lalu berjalan keluar. Pintu ditutup perlahan. Kutatap Youngbae terus-menerus. Sunyi. Hanya terdengar suara monitor yang berkedip sesekali. Mataku mulai buram. Pandanganku terhalang air mata.

Youngbae, kenapa kau tinggalkan aku?

 

 

***

 

Aku berjalan pelan menyusuri jalanan yang sepi. Kukencangkan ikatan maskerku. Persediaan makananku mulai habis, jadi aku harus pergi ke minimarket, satu-satunya minimarket di Seoul saat ini.

“Daging, beras, sayur…” aku bergumam sendiri, mengecek apa yang kubutuhkan disesuaikan dengan harga. Harga bahan pangan melonjak naik setelah Perang Limax. Tentu saja, siapa yang bisa bertani atau beternak dengan kabut nuklir di sekitarmu?

Aku terus bergumam sampai kudengar pembicaraan aneh dari dua orang di sampingku.

“Jiyong-ah, bagaimana perkembangan software hacker-mu?”

“Sudah 60 persen. Dengan sedikit pengembangan lagi, kita bisa memakainya.”

“Bagus kalau begitu. Semakin cepat kita menghancurkan Virtual Paradise, semakin bagus. Kudengar peminatnya makin hari makin bertambah.”

DEG! Menghancurkan Virtual Paradise? Berarti mereka akan memusnahkan Youngbae?

“Yep. Tapi kita harus hati-hati. Kita harus mengembalikan dulu para penghuni ke tubuhnya masing-masing, baru kita hancurkan dunia palsu sialan itu.”

Perlahan kudekati mereka. Kemungkinan terbesar aku akan digertak atau dibilang penguping sudah ada di otakku.

A-annyeong…” aku membungkuk di depan mereka. Mereka tak balas membungkuk. Mereka malah memberiku pandangan menyelidik yang membuatku sangat tidak nyaman.

Wae geurae?!” si perempuan, berambut pirang panjang, dengan tubuh proporsional serta pakaian modis, menggertakku. Sudah kubilang, kan.

“Kudengar kalian membicarakan Virtual Paradise…”

Kulihat si perempuan hendak menggertakku lagi, namun si laki-laki yang kudengar namanya ‘Jiyong’, menghalangi. Untung saja.

“Tenang dulu, Chaerin. Ya, benar. Ada apa? Kau informan mereka?”

“Bukan! Aku hanyalah survivor biasa. Namun kemarin tunanganku menjadi imigran Virtual Paradise…”

“Lalu?”

“Kalian akan mengembalikan para imigran ke tubuh masing-masing? Bisakah kau mengembalikan tunanganku?”

 

 

***

 

CL P.O.V

Hari ini kami –aku dan Jiyong- pergi ke minimarket untuk sekedar membeli kopi dan roti. Aku malas untuk memasak, dan Jiyong tidak mau memakan masakanku. Kami makan makanan siap saji hampir setiap hari.

“Jiyong-ah, bagaimana perkembangan software hacker-mu?”

“Sudah 60 persen. Dengan sedikit pengembangan lagi, kita bisa memakainya.” Jiyong menjawab sembari menimang-nimang kaleng kopi.

“Bagus kalau begitu. Semakin cepat kita menghancurkan Virtual Paradise, semakin bagus. Kudengar peminatnya makin hari makin bertambah.”

“Yep. Tapi kita harus hati-hati. Kita harus mengembalikan dulu para penghuni ke tubuhnya masing-masing, baru kita hancurkan dunia palsu sialan itu.”

Belum sempat aku menjawab, ada seorang perempuan menghampiri kami. Bajunya longgar minta ampun, masker yang dilepas menutupi dagunya. Wajahnya kecil dan terlihat ketakutan.

“A-annyeong…” dia membungkuk kikuk. Dia ini siapa, sih? Penguping. Atau jangan-jangan dia informan Virtual Paradise? Tapi dia terlalu ringkih untuk menjadi informan. Aku yakin jika dia diserang berandalan dia akan pasrah dirampok, bukan melawan.

“Wae geurae?!” aku membentak perempuan itu. Perempuan itu menunduk ketakutan, tapi dia tetap diam di tempat. Aish, keras kepala juga dia.

“Kudengar kalian membicarakan Virtual Paradise…”

Kan, sudah kubilang. Dia itu penguping. Menyebalkan. Aku sudah mau membuka mulutku untuk menggertak, namun dihalangi Jiyong. Kenapa Jiyong membela dia? Bukan AKU?

“Tenang dulu, Chaerin. Ya, benar. Ada apa? Kau informan mereka?”

“Bukan! Aku hanyalah survivor biasa. Namun kemarin tunanganku menjadi imigran Virtual Paradise…”

“Lalu?”

“Kalian akan mengembalikan para imigran ke tubuh masing-masing? Bisakah kau mengembalikan tunanganku?”

Hei, ini mulai menarik. Ternyata dia bukan penguping ataupun informan.

“Jadi, kau ingin menyelamatkan tunanganmu? Siapa namamu?”

“Ya!” perempuan itu mengangguk antusias. “Dara. Sandara Park.”

“Namaku Lee Chaerin. Ini Kwon Jiyong. Maukah kamu bekerja sama dengan kami? Kami akan selamatkan tunanganmu, Dara.” kuulurkan tanganku dan kupasang senyum manisku. Dia tak boleh dibiarkan sendiri. Aku tahu pasti rasanya sendiri. Dengan ragu Dara menggenggam tanganku. Jiyong melihatku keheranan.

“Tentu, Chaerin-ssi. Aku akan mendukungmu dan Jiyong-ssi. Tapi berjanjilah, selamatkan Youngbae, ya?”

Aku mengangguk.

 

***

 

“Kau yakin bisa menyelamatkan tunangan perempuan itu?” Jiyong bertanya sembari menyelesaikan softwarenya. Aku menghempaskan tubuhku ke sofa. Mendengus kesal.

“Kenapa, sih, kamu meragukan kemampuanku?! Coba bayangkan kalau aku jadi dia, dan ditinggalkan begitu! Aku bisa kok.”

“Membayangkan kamu ditinggalkan? Oleh siapa, hm? Oleh aku?” Jiyong tertawa lepas lalu meneguk kopi kalengnya. BLUSH! Pipiku memerah. Kenapa Jiyong bisa tau, sih?

“Berisik!” kulemparkan bantal ke kepala Jiyong. Tawanya makin keras.

“Tenang, Hunchae. Aku akan selalu bersamamu.”

 

***

Hari ini software hacker buatan Jiyong sudah selesai dan dapat digunakan. Oleh karena itu, kami akan mulai melancarkan ‘serangan’ kami untuk menghancurkan Virtual Paradise. Tak lupa, aku menghubungi Dara unnie –ternyata aku mengetahui kalau perbedaan usia kami sangat jauh-, dia hanya bilang ‘hwaiting!’ dan tetap diam menjaga Youngbae yang sejak awal disambungkan dengan transmitter belum kembali.

“Jangan lupa tradisi lama.” aku terkekeh lalu menyemprotkan cat semprot warna merah ke sekeliling. Jiyong terbatuk-batuk.

“Babo! Jangan meninggalkan bukti! Lagipula kau semakin merusak atmosfer dengan cat bau itu!” Jiyong mengibas-ibaskan tangannya. Aku hanya tertawa.

“Kita bukan pelaku kriminal, Jingyo.”

“Tapi kita ini pelaku kriminal di mata Virtual Paradise. DAN JANGAN PANGGIL AKU JINGYO.”

Aku mendengus kesal. Padahal, kan, aku sedang ingin panggil dia Jingyo hari ini. Tanpa terasa kami sudah sampai di depan laboratorium dan aku sudah menghabiskan satu kaleng cat semprot. Jiyong membubuhkan bedak pada scanner sidik jari lalu menempelkan plastik mika.

“Untuk apa plastik mika itu?” aku melihat Jiyong bekerja dengan sangat cekatan.

“Lihat saja nanti.” Jiyong lalu menarik plastik mika itu pelan-pelan, membersihkan scannernya lalu menempelkan kembali plastik mika.

“Selamat datang, CEO Lee.”

Pintu laboratorium terbuka. He? CEO Lee? Berarti CEO Virtual Paradise satu marga denganku?

 

 

 

 

To be continued....

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxblackvipxxx #1
Chapter 6: Daebak eon
xxxblackvipxxx #2
Chapter 4: Keren min , cepet lanjutannya ne ^^
LinLin05 #3
Chapter 3: Pendek banget author-nim,jangan lama2 update ff selanjunya yah. /bow/
lorrainenightray #4
Chapter 1: Seru nih kayaknya~ kkkk~ Author-nim hwaiting! ^-^
Alia91 #5
Chapter 1: Lee Seunghyun a.k.a Seungri!!!!
Hohohohoho
Ditunggu updatenya
^^