8/8

[Dramafiction] Z A T E M N A Episode 01

“Bagaimana dengan acara pertunangannya?” Tanya Nyonya Jang menyapa kedatangan Putrinya yang berwajah agak mendung.

Hyo Ra baru saja memasuki ruangan tengah dimana Ibunya duduk di sofa berwarna cokelat sambil memegang beberapa kertas. Hyo Ra mendekati Ibunya, dan Nyonya Jang masih menatapnya menunggu jawaban dari putrinya.

Hyo Ra menghembuskan nafas perlahan, “Hmm, Lumayan,” Jawab Hyo Ra akhirnya.

“Ada apa dengan mu, sayang? Kau terlihat kurang puas.” Terka Nyonya Jang.

“Aku puas, Ibu. Hanya saja keadaannya terasa asing, aku tak ada teman mengobrol dan tak ada satupun orang yang ku kenal disana kecuali Ayah.” Kata Hyo Ra menceritakan pengalamannya diacara pertunangan anak Tuan Choi tadi.

Nyonya Jang menatap Hyo Ra sedikit prihatin mendengar cerita anak perempuannya itu. Ia membelai rambut Putrinya.

“Juga dengan gaunku!” Seru Hyo Ra agak kesal sambil memegangi renda gaunnya. “Aku merasa tidak percaya diri mengenakan benda ini.”

“Padahal dulu kamu sangat suka mengenakan Gaun panjang. Ibu sangat ingat itu.” Kata Nyonya Jang mengingat masa kecil Hyo Ra.

“Mungkin pengaruh aku sudah lama tak menyentuh kemewahan.” Sahut Hyo Ra lirih.

Nyonya Jang menaruh lembaran kertas yang ia pegang diatas meja ruang tamu dan menatap wajah manis Hyo Ra lekat-lekat. “Jadi sekarang kamu senang mengenakan baju apa?” Tanya sang Ibu lembut.

“Yang biasa saja, sederhana dan simple. Aku rasa menggunakan Gaun membuatku risih, mereka agak ribet, menurutku.” Jawab Hyo Ra menjelaskan pakaian kesukaannya.

Sang Ibu pun tertawa kecil mendengarnya, “Ibu akan membelikan apapun yang mau kamu kenakan, sayang.” Nyonya Jang membelai rambut anaknya yang hitam terikat. Hyo Ra saat itu masih mengenakan Gaun panjang hijau. “Kalau begitu, pergilah ganti pakaianmu kita akan belanja baju baru untukmu. Ibu akan menemanimu.”

“Ah, tidak usah, Ibu!” Tolak Hyo Ra.

“Ayolah sayang! Ini lingkunganmu yang baru, terbiasalah.” Kata Nyonya Jang pada Putrinya.

 

Di dalam sebuah mall, Hyo Ra yang sekarang mengenakan baju kaos kedodoran berwarna putih dengan terbalut cardigan cokelat dan jeans hitam panjang. Disebelahnya, Nyonya Jang dengan Blus berwarna Biru di gabungkan dengan rok pendek berwarna senada dengan Blus birunya yang membuatnya tampak anggun dengan Highheel hitam setinggi 5cm, sambil menjinjing tas tangan kecilnya yang juga berwarna biru. Mereka berjalan mengelilingi mall mencari departman store yang menjual baju-baju bermerek, keinginan Nyonya Jang.

“Kita carinya ditempat lain saja, Ibu. Baju-baju di mall sangat mahal.” Kata Hyo Ra.

Nyonya Jang yang sedang melihat baju-baju kaos yang tergantung, tertegun kaget mendengar perkataan anak satu-satunya itu. Ia menoleh kearah Hyo Ra yang lebih tinggi darinya padahal dia hanya menggunakan sneaker.

“Sayang, Ibu dapat membelikanmu apa saja, kau meminta Ibu membeli seluruh baju di sini, Ibu dapat mengabulkannya. Jangan menghawatirkan soal Harga ataupun Uang untuk membayarnya.”

“Aku tak mau merepotkan Ibu. Baju-baju bermerek biasanya mahal.” Tolak Hyo Ra halus.

“Hyo Ra sayang!” Panggilnya halus. “Ibu tahu baju bermerek itu mahal, dan itu tak seberapa. Sudah kamu tinggal pilih mana yang mana kamu mau, jangan banyak protes tentang harganya. Jangan hiraukan semahal apapun baju yang kamu inginkan.” Nyonya Jang tersenyum hangat kepada Hyo Ra.

Hyo Ra menatap Ibunya dengan sangat bingung. Ia merasa tak enak dengan Ibunya dan juga dengan baju-baju mahal seperti yang berada dihadapannya dan disekelilingnya, tapi dia juga tidak enak menolak permintaan Ibunya yang menginginkannya membeli baju kesukaannya.

“Aku tahu, Ibu orang kaya tapi aku tetap saja tidak mau merepotkan Ibu dengan membelikan semua barang-barang kesukaanku.”

“Jang Hyo Ra! Dengankan Ibu, sayang! Ibu ingin kamu membeli barang apaaa saja dan jangan pernah perduli dengan harganya.” Kata Nyonya Jang mengulangi perkataannya seraya membelai rambut Hyo Ra yang hitam bergelombang.

“Tapi, Ibu….”

“Kamu anak Ibu satu-satunya, Hyo Ra. Ibu ingin dapat membahagiakan kamu karena Ibu tidak punya banyak waktu bersama denganmu melihat kesibukan Ibu. Ibu Ingin di waktu luang Ibu yang sangat jarang ada, kita pergi belanja bersama dan membelikan kamu apa saja. Apalagi sudah lama Ibu tak membelikan kamu Barang-barang kesukaanmu, Ibu rela mengeluarkan sebanyak apapun uang Ibu untuk semua itu. Apaaa saja, sayang!” Kata Nyonya Jang sekali lagi.

Hyo Ra terdiam mendengarkan perkataan Ibunya. Ia sangat tau Ibunya sangat menyayanginya, dan ia berpikir sejenak. Ia merasa perkataan Ibunya benar, kedua orang tuanya sibuk dan sangat jarang ada untuknya karena itu Ibunya ingin membahagiakan dia disaat Ibunya memiliki waktu luang.

Saat Ia masih kecil kesepian dan sendirian tanpa Orang Tuanya sering terjadi, tetapi ketika tinggal dengan Paman dan Bibinya ia tidak lagi merasakan kesepian. Sekarang Ia kembali ke kehidupannya yang dulu, ia akan mengalami hal yang sama seperti dulu lagi dan ia sekarang mengerti perasaan Ibunya walaupun ia masih merasa tidak enak dengan kebaikan Nyonya Jang. Ia akan menuruti kemauan Ibunya karena Ia juga ingin membahagiakan Ibunya.

“Wah, Ibu! Coba lihat itu!” Seru Hyo Ra tiba-tiba. Gadis berkulit cokelat itu pun berlari pelan mendekati sebuah manekin yang mengenakan sebuah T-Shirt berwarna putih dengan gambar beruang teddy lucu dengan pita hitam dibagian dadanya. “Lucu sekali baju ini. Coba Ibu lihat baju ini!” Seru Hyo Ra gemas.

Nyonya Jang tersenyum bahagia melihat Hyo Ra yang sangat tertarik dengan baju T-Shirt putih itu. Ia mendekati Hyo Ra dengan senyuman bahagianya. “Kamu senang dengan baju ini, Hyo Ra?” Tanyanya.

Hyo Ra mengangguk semangat dengan senyuman lebar. Matanya memancarkan kegembiraan, bukan Karena baju yang dihadapannya itu, tetapi karena Ibunya terlihat sangat bahagia melihatnya senang dengan Baju lucu itu.

Nyonya Jang memanggil salah seorang Pramuniaga. “Anakku mau membeli yang ini.” Ia menunjuk T-shirt yang berada di badan manekin.

“Baik Nyonya!” Sahut Pramuniaga sambil tersenyum manis.

“Ibu! Hoodie itu sangat lucu ada telingannya. Panjang! Wah~ rupanya kelinci!” Hyo Ra mengambil gantungan dengan Hoodie kelinci berwarna putih dan ditunjukkannya ke Nyonya Jang dengan semangat. “Cocok tidak?”

“Sangat cocok untukmu, sayang!” Respon Nyonya Jang dengan semangat.

Hyo Ra memasang mimik imut, “Benarkah?”

Nyonya Jang mengangguk bahagia melihat tingkah anaknya. Ia merasa Hyo Ra kembali ke dirinya sebelum tinggal bersama Adik perempuan dan Adik Iparnya.

“Aku akan kembali menjadi gadis yang manis untukmu, Ibu!”

****

 

Di Mall yang sama, Kim Sung Gyu, anak lelaki Tuan Kim, bersama dengan seorang perempuan yang memiliki tubuh bak Model dengan terbalut Mini Dress ketat berpadu dengan Blazer Putih hitam, dan Higheel berwarna keemasan menambah keanggunannya. Perempuan itu adalah Shin Ga Eun. Mereka baru saja dari salah satu toko sepatu dan mereka ingin pergi pulang.

“Aku ada urusan di Café yang ada di lantai dua, ada teman-temanku. Kamu pulang saja.” Kata Kim Sung Gyu kepada Ga Eun, pacarnya.

“Baiklah.” Sahut Ga Eun.

Sung Gyu tersenyum manis, “Hati-hati dijalan!”

Ga Eun berjalan layaknya model, membuat beberapa mata melihatnya dengan decak kagum. Sung Gyu berjalan menuju tempat tujuannya di lantai dua. Ia berdiri di depan pintu masuk café, ia melihat ke sekeliling seperti mencari seseorang. Seorang perempuan mengangkat tangannya memberitahukan keberadaannya.

Dengan senyuman lebar Sung Gyu mendekati perempuan itu. “Sudah lama?” Tanyanya lalu ia duduk di kursi yang berada di hadapan perempuan berambut lurus panjang.

Perempuan bernama Park Na Na itu membalas senyuman Sung Gyu sembari berkata, “Tidak juga.”

“Syukurlah, aku takut membuatmu menunggu lama.” Kata Sung Gyu.

Na Na tertawa kecil, “Tidak apa-apa. Oh iya, Silahkan pesan, Sung Gyu!”

Tak jauh didepan Café yang sama dimana Sung Gyu dan Na Na bersama, Hyo Ra dan Nyonya Jang, sedang berjalan dengan beberapa bag belanjaan mereka.

Hyo Ra menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Sang Ibu. “Ibu! Singgah dulu ke Café ini, aku ingin menyeduh capucinno dan makan tiramisu disini.” Pintanya manja.

Nyonya Jang berpikir sejenak. “Boleh saja!” Kata Nyonya Jang akhirnya.

Mereka pun masuk dan duduk di sebuah meja yang berada tepat disebelah meja Kim Sung Gyu dan Park Na Na berada. Seorang pelayan mendekati mereka berdua dan bertanya tentang pesanan mereka, setelah itu ia langsung pergi. Sung Gyu melihat gadis berambut panjang terurai dengan kulit keceokelatan yang berada di meja sebelah, yang baru saja duduk disana. Ia takjub dengan wajah manis gadis itu. Mata mengkilapnya melihat Hyo Ra sehingga ia tidak mendengarkan lagi apa yang Park Na Na ceritakan tentang gelang barunya.

“Siapa gadis itu?”

Ia melihat seorang wanita yang berada didhadapan gadis manis itu, ia merasa mengenalnya.

“Sung Gyu!”

“Ya?” Sahut Sung Gyu, tersadar dari pikirannya.

“Kau mendengarkanku?” Tanya Na Na curiga.

Sung Gyu tersenyum, “Ah, tentu saja!”

Na Na menatap Sung Gyu curiga, ia menoleh kebelakangnya lalu kembali menatap Sung Gyu. “Kau melihat siapa? Apakah gadis berkulit cokelat itu?” Tanyanya menintograsi Sung Gyu.

Sung Gyu memasang wajah tak berdosa lalu menggeleng pelan. “Tidak! Bukan dia, tetapi wanita yang dihadapannya. Aku merasa seperti mengenalnya.” Kata Sung Gyu beralasan.

Na Na kembali menoleh kebelakang perlahan, menatap Wanita yang sedang tertawa dengan seorang Gadis berkulit cokelat. Ia kembali menatap Sung Gyu. “Oh, itu bukannya Nyonya Jang?”

“Kau mengenalnya?” Tanya Sung Gyu.

Na Na menggidikkan bahunya, “Tidak juga. Tuan Jang kerabat Ayahku, aku hanya mengenal saja.”

“Aku ingat sekarang, aku juga pernah melihatnya jika ada acara. Lalu, siapa gadis yang ada dihadapannya?” Tanya Sung Gyu penuh arti.

“Aku tidak mengenalnya.” Jawab Na Na santai.

“Anaknya?” Tanya Sung Gyu mau tau.

“Mungkin. Tetapi aku tidak pernah melihatnya.” Jawab Na Na sambil menyuapkan sesendok kue. “Sudahlah! Tak usah membahas soal gadis asing itu. Apa kau jadi pergi ke Amerika?”

“Ah Itu, tidak jadi.”

Na Na mendengus. “Sayang sekali. Andaikan kamu ke Amerika saat itu, seru sekali disana!”

Lagi-lagi Sung Gyu tak mendengarkan Park Na Na mengoceh, Ia masih menatap gadis manis yang sedang asyik mengobrol dengan Nyonya Jang.

****

 

“Saya tak ada tempat lagi untuk bekerja jika Infinitize bangkrut, banyak Ayah yang tak bisa memberi uang untuk anak mereka karena Infinitize bangkrut!”

Kata-kata itu terus mengingiang dikepala Nyonya Kim. Ia masih mencerna kata-kata itu sebaik mungkin, mencari kebenaran atau kesalah didalam kata-kata itu. ia masih berduka atas meninggal Suaminya yang mendadak.

 

Masih teringat saat dirinya berbicara pada Suaminya, Presdir Kim Hyunsol. Perusahaan Infinitize adalah termasuk kerajaanku. Aku adalah Rajanya, dan aku tak ingin Kerajaanku jatuh sehingga membuat rakyatku menderita.

Siapa rakyatmu?” Tanya Nyonya Kim.

Para pegawai didalam Perusahaan Infintize. Mereka bekerja demi Keluarga mereka di rumah, jika aku membuat sebuah kesalahan yang dapat menghancurkan Infinitize, aku akan merasa sangat bersalah.” Presdir Kim tersenyum.

Mengapa bisa seperti itu?

Karena aku menghancurkan harapan mereka membahagiakan keluarganya. Karena itu aku melakukan hal yang paling baik agar Perusahaanku tetap berdiri tegap walaupun Aku mati.

 

Apa kata Tuan Presdir yang susah payah membuat dan membesarkan Infinitize melihat Nyonya merubuhkannya karena kesedihan dan ketakutan yang Nyonya pikul sekarang? Nyonya adalah Wakil Presdir, hanya Nyonya yang pantas menduduki posisi Presdir. Saya mohon Nyonya…”

Masih teringiang kata-kata Sung Jong di pikiran Nyonya Kim. Ia masih bimbang, tetapi ia semakin merasa sikap begitu konyol. Seharusnya ia memegang perusahaan Infinitize agar tak hancur seperti yang ditakuti mendiang suaminya. Ia harus mengambil kekuasaan kerajaan Suami, jika tidak Suaminya akan sangat menyesal karena apa yang selama ini ia jaga rusak.

“Aku harus menjaga kerajaan! Aku tidak ingin Suamiku meninggal dalam kecemasan dan rasa penyesalan besar!” Kata Nyonya Kim pada dirinya sendiri. Wanita berumur paru baya itu pun berdiri mantap. Ia mengambil ponselnya dan menempelkannya ke telinganya. “Halo? Tuan Him?”

****

 

Sung Jong berjalan menelusuri Gedung Infinitize menuju ruangannya. Ia terlihat lesu, juga terlihat agak pucat matanya mulai berkantung yang agak kehitaman karena kekurangan tidur. Memang dia s angat susah tidur, entah terlalu banyak yang ia pikirkan di dalam kepalanya.

“Hei, Pria cantik!”

Suara sapaan yang sangat ia kenali mengagetkan Sung Jong. Ia terkejut bukan karena suara, tetapi karena melihat wujud seorang lelaki dihadapannya. Rok Hyun, yang kemarin dipecat, muncul dihadapannya dengan senyuman lebar.

“Rok Hyun?” Sung Jong menatap laki-laki yang lebih pendek darinya. Ia merasa tak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Ayolah! Aku bukan hantu atau sejenisnya!” Seru Rok Hyun sedikit sebal dengan ekspresi Sung Jong pada kedatangannya.

Sung Jong menatap ke sekelilingnya, “Yeol Gu? Chan Mi? Him Rae? Kenapa kalian juga ada disini?”

“Memangnya tidak boleh?” Sahut Yeol Gu.

“Bukannya kalian…”

Sebelum Sung Jong melanjutkan kata-katanya, sudah ada seorang perempuan yang memotongnya. “Iya! Aku tau, kami dipecat kemarin. Memangnya tidak boleh kembali?” Ia tertawa kecil menatap wajah Sung Jong yang lucu saat sedang keheranan.

“Kenapa bisa?” Kata Sung Jong lirih.

“Tadaa~ Surprise! Haruskah aku bilang seperti itu?” Kata Li Hoo tiba-tiba dari arah belakang Sung Jong.

“Apa yang sedang terjadi? Aku tidak sedang Ulang tahun.” Kata Sung Jong polos.

Li Hoo menyilangkan kedua tangannya didepan dada. “Kami juga bukan sedang memberimu kejutan. Mungkin di ruangan Presdir kau mendapatkannya.” Ia memeletkan lidahnya ke Sung Jong lalu ia berjalan dihadapan Sung Jong dan kembali duduk di kursinya.

Sung Jong memasang wajah bingung. Dia masih berdiri di pintu ruangannya dengan wajah cantiknya yang memancarkan keheranan yang luar biasa. Ia menatap Li Hoo teman kerjanya dengan mata bulat dan bingung.

“Kau tadi dipanggil ke kantor Presdir. Sudahlah! Pergi saja segera!” Sahut Li Hoo dari mejanya yang berada di sudut ruangan.

Di dalam Ruangan Presdir. Dengan meja kerja berwarna Hitam, diatasnya terpajang papan mengenal yang terbuat dari kaca, terukir “Presdir” dan dibawahnya terukir “Nyonya Kim Goo Ha”. Nyonya Kim sudah duduk manis dengan Lee Sung Jong duduk di hadapannya dengan wajah yang agak linglung.

“Terima kasih atas saranmu kemarin Tuan Lee Sung Jong.” Kata Nyonya Kim seraya tersenyum anggun.

“Maaf, Nyonya. Saya tidak mengerti dengan semuanya.” Kata Sung Jong masih dengan tatapan bingung nan polos.

“Aku sudah memikirkan matang-matang ucapanmu saat itu. Dan aku merasa yang kau ucapkan itu benar, sejak kematian suamiku aku sudah buta oleh kesedihan sehingga tak melihat sampai sejauh yang kau lihat.” Cerita Nyonya Kim.

Sung Jong tersenyum kecil, “Syukurlah, Nyonya, Kalau seperti itu.”

“Sebagai ucapan terima kasihku, kau ku angkat sebagai Assistant Wakil Presdir.”

Mata Sung Jong membulat terkejut sekaligus merasa bahagia, walaupun itu bukanlah hal yang diimpikannya dan yang ia cita-citakan. “Benarkah, Nyonya?” Ia terdiam dan berpikir, “Lalu, Siapa yang menjadi Wakil Presdir sekarang? Apakah Tuan Cha Hyun Il?”

“Tidak! Sebagai ucaoan terima kasih telah menjadi orang terpacaya Suamiku, Dia ku angkat menjadi Direktur. Tuan Him Gak Tae, Assistant Wakil Presdir akan menjadi Assistant Presdir.”

“Lalu, Siapa yang menjadi Wakin Presdir, Nyonya?”

Nyonya Kim tersenyum tenang penuh arti. “Kim… Myung… Soo… Putra pertamaku.”

 

 

_Zatemna with INFINITE_

_Episode 1_

_END_

“Thanks for Reading ^___^”

 

*Episode 2 – Coming Soon*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
evilod
Hello, aku punya cerita Dramafiction dengan cast semua member INFINITE.. Bahasa Indonesia sub here---> https://www.asianfanfics.com/story/view/703013/

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet