6/8

[Dramafiction] Z A T E M N A Episode 01

Suasana London memang sedikit berbeda dengan Korea. Terlihat lebih ramai dari Korea. Itu adalah pemikiran Woo Hyun setelah ia baru saja pulang dari Korea. Ia merasa ingin cepat pulang setelah pelajarannya di Universitas besar di Lodon selesai dua bulan lagi. Woo Hyun berjalan menelusuri koridor yang dipenuhi dengan orang-orang berhidung mancung, mata biru, abu-abu atau hijau, kulit putih pucat dan rambut pirang. Woo Hyun berjalan menunduk sampai-sampai ia tak melihat seseorang berjalan dengan membawa beberapa buku ditangannya.

Bruk!

Buku-buku milik perempuan berwajah seperti orang barat kebanyakan itu terjatuh kelantai. Wajahnya sekilas terlihat seperti kebanyakan orang Inggris, tapi lama kelamaan wajahnya terlihat seperti wajah gadis Korea.

Gadis itu berseru kaget. “Aw! Oh My God!”

“Sorry! Sorry!”

Woo Hyun membantu gadis yang berkaca mata, mengumpuli buku-bukunya. Semua mata yang ada disana menatap Woo Hyun dan gadis berkacamata itu. Mereka melihat Gadis berkaca mata itu dengan pandangan seakan-akan mereka sedang melihat gadis yang gila, dan Woo Hyun menyadari pandangan itu.

“I am sorry, Miss!” Kata Woo Hyun lalu memberikan buku milik gadis itu.

“Thank you! No Problem. Oh, You Are not British, Am I Right?”

“Yes, You Are Right! I’m Korean. You know That Country?”

Mata Gadis berkacatamata itu seakan mengkilat dibalik kacamatanya, membuat Woo Hyun bergidik ngeri seketika saat melihat kilatan dimata Gadis berkulit pucat itu.

“Yeah! Just a bit.”

“A bit?”

Woo Hyun menangkap sedikit keganjilan kepada Gadis berkaca mata yang berada didepannya. Ia merasa gadis itu memiliki sesuatu didalam dirinya, sesuatu yang selama ini gadis itu sembunyikan. Woo Hyun memang sedikit ahli dalam menebak sifat tersembunyi orang melalui matanya. Ia juga memiliki Insting yang kuat.

Instingnya begitu kuat terhadap gadis barat bertubuh kecil yang berada di depannya ini, bahwa gadis itu bukanlah gadis yang seperti yang ia lihat sekarang. Ia begitu yakin, gadis itu bukan gadis sembarangan. Mata biru gadis itu yang meyakinkannya.

Gadis berkulit pucat itu sadar Woo Hyun menatap matanya dalam. Ekspresinya tiba-tiba berubah. Tatapannya datar senyumannya mulai menghilang dari bibir tipisnya. “Excuse me. I am really Busy now. Sorry.”

“Oh Yeah! Sure.”

Gadis berkulit pucat dan berkacamata itu pergi setelah memberikan seulas senyuman pada Woo Hyun. Ia tadi melihat sekilas mata Biru pudar gadis itu, gadis itu berbohong saat mengatakan ia Sibuk. Ia tau benar apa yang membuat gadis itu ingin cepat pergi, karena pandangan orang-orang disekitar mereka.

“Freak Anna!”

Kata itu yang terdengar ditelinga Woo Hyun. Gadis itu bernama Anna dan ia adalah seorang kutu buku. Di Sekolahnya, orang kutu buku atau culun sering diejek kata-kata “Freak!” Dan mereka suka sekali ngejailin anak-anak tak berdaya seperti itu.

“Mungkin arti mata gadis itu penyebabnya adalah orang-orang yang berada Sekitarnya”

Woo Hyun mengabaikan pikirannya dan kembali dengan perjalanannya. Sampailah ia pada sebuah koridor yang sepi dan menaiki Tangga yang ada di ujung lorong sekolahnya. Tangga itu menuju tingkat tertinggi di gedung sekolahnya. Ia memang senang disana, bisa melihat langit, awan dan pemandangan Kota London dari atas situ.

Tiba-tiba saja terlintas wajah Ayahnya yang sedang tersenyum padanya. Mata Woo Hyun berkaca-kaca, ingin rasanya menangis dan berteriak sekencang mungkin agar perasaan pedihnya bisa hilang. Akhir-akhir ini Woo Hyun selalu merasa perih, ketakutan dan cemas. Dan saat Ayahnya meninggal, semuanya malah tambah meluap hebat dalam dirinya. Ia begitu merasa kehilangan. Woo Hyun menatap langit dan terbayang wajah Myung Soo yang tenang seakan tak ada apa-apa yang terjadi disekitarnya.

“Mengapa kau tak merasa kehilangan? Mengapa Kau tak menangis, hyung?” Air mata Woo Hyun meleleh keluar dari sela matanya mengalir pelan di kedua belah pipinya.

“Mengapa aku tak memiliki perasaan seperti Myung Soo? Aku rasa enak menjadi dia, seperti tak ada yang menganjal dipikirannya.”

Angin berhembus sejuk kearah Woo Hyun, membuat perasaan sedih Woo Hyun sejuk. Ia membuat seulas senyum, merasakan kesejukkan yang ia rasakan. Kepedihan dan kesedihannya hilang seketika. “Terima kasih, Ayah. Kau selalu menenangkanku disaat aku butuh ketenangan.”

Suara alunan lagu keluar dari mulut Woo Hyun. Suaranya bagus, merdu dan penghayatan begitu sempurna, sehingga membuat siapa saja yang akan mendengarkannya akan menangis karena ikut merasakan kepedihan yang ia rasakan.

Sigani tto meomchun geolkkayo

Ireoke tto jami deunayo

Monghani bakkeul barabodaga

Dunun gameun che geode saenggagi naseo

........

(Kim Woo Hyun - Time)

 

Tak jauh dari situ, terdapat sesosok gadis sedang bersembunyi dibalik pintu memperhatikan Woo Hyun dengan mata abu-abunnya yang terkesan tajam. Di balik rambutnya yang terurai, ia memakai earphone ditelinganya. Ia sedang menelpon seseorang. “Aku sudah menemukannya. Aku tidak salah kali ini, aku yakin dialah yang bernama Kim Woo Hyun.”

“Jangan buat kesalahan lagi. Awasi dia.”

****

 

Jang Dong Woo berjalan-jalan dengan santai di jalan setapak Taman. Dengan wajahnya yang selalu ceria ia melangkah pelan seakan menikmati setiap langkahnya. “Aku merasa bosan disini. Sepertinya aku sudah 10 kali mengelilingi Taman ini.”

Dengan polosnya ia berjalan keluar taman. Ia melihat jam tangannya yang berada di tangan kanannya. “Astaga! Sudah jam segini! Mengapa aku bisa lupa!”

Dengan langkah lebih lebar dari sebelumnya ia berjalan menuju rumahnya. Ia berhenti saat melihat banyak sekali orang-orang berkumpul. Ada juga suara dari Sirine mobil ambulan dan mobil polisi berbunyi dijalan yang mau dilewatinya. “Ada apa ini?” Tanyanya.

Dong Woo berjalan mendekati kerumunan. Ia menepuk pelan pundak seorang Paman yang bernama Paman Jae penjual Gula-gula langganannya. “Paman! Ada apa ini?

“Tadi ada kecelakaan. Coba kau lihat itu!” Paman Jae menunjuk sebuah mobil yang bagian depannya penyok dan kaca-kacanya pecah. “Pengemudinya mabuk dan ia menabrak Lampu jalan itu. Coba lihat! Lampu jalannya sampai patah! Ckckck..”

“Benarkah? Gila sekali! Mabuk siang-siang seperti ini.”

“Iya. Dari mobilnya yang begitu bagus, dia adalah anak orang kaya.” Kata Paman Jae sambil menggelengkan kepalanya. “Anak orang kaya sekarang banyak yang sombong! Padahal yang kaya adalah orang tuanya bukan dia. Dia laki-laki yang seumuran denganmu. Ku harap kau takkan pernah melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan. Sangat berbahaya!” Nasehat Paman Jae lalu menepuk pundak Dong Woo.

“Tenang saja paman.” Kata Dong Woo sambil terkekeh. “Lalu, apakah dia mati? Dilihat dari kondisi mobilnya yang setengah hancur dan lampu jalannya yang terlihat sudah tak berbentuk, sepertinya tadi itu kecelakaan besar.”

“Iya bisa dibilang seperti itu. Aku cuman melihat sebentar karena kecelakaannya begitu cepat terjadi. Tapi melihat kondisi laki-laki itu, ia sangat kritis. Ku dengar tadi kepalanya bocor, dan kalau tidak cepat ditangani dia akan kehilangan nyawanya.”

“Begitu ya. Sepertinya pembersihan jalannya akan berlangsung lama. Aku akan melawati jalan memutar saja.”

“Kalau begitu hati-hati ya!” Pesan Paman Jae dengan senyuman.

“Baik, Paman!” Sahut Dong Woo semangat.

Dong Woo berbalik dan melangkah berjalan menuju jalan memutar yang menuju rumahnya. Ia melangkah dan terus melangkah, tiba-tiba saja ia berhenti. Terdengar suara aliran sungai yang tenang. Mimik wajah Dong Woo tiba-tiba berubah, ia menatap Sungai itu ngeri. Matanya memancarkan ketakutan. Ketakutan itu memasuki memorinya yang tersimpan selama ini.

Kenapa aku ada didalam mobil?”

Terulang lagi kenangan yang telah lama terjadi. Satu dari kenangan yang telah hilang. Hanya kenangan ini yang ia ingat, dimana saat itu Dong Woo masih berumur 2 tahun. Ia berada didalam sebuah mobil hitam yang tak dikenalinya. Kepalanya sakit, dia tak tahu apa yang terjadi sehingga ia berada didalam mobil hitam aneh ini. Tak ada siapa-siapa didalam mobil. Dong Woo keluar dari mobil, dan ia mendengar suara sungai. Karena suka dengan pemandangan disekitar sungai, ada jalan setapak kerikil dan pohon-pohon rindangan, Dong Woo mendekati jembatan yang berada di atas sungai. “Ini pasti dari Sungai Han.”

Dong Woo berjinjit dan menyender dengan sikutnya dipagar jembatan yang terbuat dari . Tiba-tiba ada tangan mendarat di kedua bahu Dong Woo. Tangan itu mendorongnya dengan kuat.

Byur!

Dong Woo tenggelam di air sungai yang ketinggian airnya lebih tinggi dari Dong Woo saat itu. Dan sialnya, arus sungat saat itu sedang deras.

“Tolong!” Teriaknya. “Tolong! Tolong!”

Sebanyak apapun Dong Woo berteriak, tak ada yang datang untuk menolongnya. Badan Dong Woo kecil semakin lemah, pandangannya semakin buram. Dari kejauhan, Ia melihat sesosok laki-laki menggunakan Jas hitam berada diatas jembatan, sepertinya ia tersenyum. “Tol….long!”

Pandangan Dong Woo gelap dadanya serasa sesak sepertinya sudah banyak air yang masuk ke dalam paru-parunya.

 

Dong Woo membuka matanya, ia melihat sinar yang begitu terang yang semakin lama semakin redup. Pandangannya kembali normal, dan ia melihat lampu yang menempel pada langit-langit. “Aku dimana?”

“Kau di dalam kamar rawat, Jang.. Dong Woo..” Jawab seorang Pria paruh baya.

“Jang Dong Woo?” Tanya Dong Woo kecil balik, ia menatap Pria itu dengan tatapan heran. Sangat heran.

“Ada apa denganmu?” Tanya seorang bocah berumur sekitar 4 tahun.

“Kakak siapa?” Tanya Dong Woo kecil polos.

Ho Won menunjuk hidungnya. “Aku?”

Pria paru baya itu pun tersenyum lembut. “Kami keluargamu Dong Woo. Apakah kau lupa? Aku Kakekmu dan dia…” Ia menepuk pelan bahu Ho Won, “…dia adalah Kakak Sepupumu.”

“Benarkah? Kakek? Dan Kakak?” Mata Dong Woo begitu polos dan penuh dengan tanda Tanya karena ia sama sekali tak ingat apa-apa.

“Kakek! Apa yang…”

“Tenang Ho Won.” Kata Lee Kwok Shik, ia kembali menatap Dong Woo. “Kau pasti kehilangan ingatanmu, kau masih kecil dan kau tenggelam di sungai. Pasti ada yang salah dengan otakmu saat itu, karena kau sudah tertidur 3 hari. Kejadian itu membuatmu Kritis lama, kami pikir kau sudah tak dapat diselamatkan lagi.”

“Benarkah? Aku sudah tak dapat mengingat apa-apa lagi.”

Lee Kwok Shik mengangguk. “Kami akan membantumu untuk kembali ke kehidupanmu yang dulu. Kau juga baru 2 tahun, hanya ingatanmu selama 2 tahun yang hilang.”

Dong Woo menatap bocah yang terlihat berumur sekitar 4 Tahun yang berada di sebelah Lee Kwok Shik, Kakeknya, menatapnya sedikit tidak senang.

“Mengapa hatiku tak merasa mereka benar-benar keluargaku? Apakah pengaruh hilang ingatan?”

 

Dong Woo masih menatap Sungai penuh kenangan buruk itu, ia berdiri mematung tak dapat bergerak. Tiba-tiba ia merasakan kejadian saat ia masih 2 tahun. Ia ketakutan, tubuhnya bekeringat dingin, jantungnya berdetak sangat cepat serasa akan meledak.

Tiba-tiba tangan memegang lengan Dong Woo. Ia terkejut lalu menoleh kearah sipemilik tangan.

“Tenang saja, Aku akan melindungimu, Dong Woo. Seperti janjiku kepada Mendiang Kakek, dan janjiku padamu. Kau tak usah takut.” Kata laki-laki bernama Ho Won itu kembut seraya tersenyum tulus.

“Hyung?”

Ho Won memukul lengan Dong Woo dengan tinjuannya. Dong Woo mengaduh kesakitan karena tinjuan Ho Won yang kuat. “Walaupun kau lebih tinggi sedikit dariku, kau tetaplah Adikku. Kau tetap adikku yang lemah dan manja.” Ho Won tertawa.

“Walaupun kenyataan mengatakan dia bukanlah keluargaku yang sesungguhnya. Aku tetap menyayanginya! Dan juga Kakek!”

****

 

Sung Jong duduk sendiri didepan komputernya. Ia sendirian dalam ruangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Waktu pulang sebenarnya jam 7, dan Sung Jong sudah berdiam didalam ruangannya selama 2 jam setelah jam kepulangan.

“Sudah 2 kali aku kesini, dan aku berharap ke-3 kau sudah tak ada.” Kata seorang Office Girl yang berdiri didepan pintu ruang kerja.

Sung Jong terkejut dengan suara Office Girl itu. Ia memalingkan wajahnya melihat kearah Office Girl yang berada didepan pintu ruangannya. Matanya yang bulat itu membulat besar karena terkejut, wajahnya yang imut seperti seorang wanita itu menjadi benar-benar seperti seorang wanita saat ia terkejut.

Sung Jong tersenyum kecil. “Maaf! Aku akan pergi.”

Office Girl itu berjalan mendekati laki-laki cantik itu dengan wajah menyesal. “Aku tidak bermaksud mengusirmu tuan. Maaf.”

Sung Jong tersenyum manis. “Tak apa-apa. Aku juga memang berniat ingin pergi.”

Laki-laki cantik itu mengambil tas kerjanya dan berjalan melewati Office Girl yang berambut sebahu itu. Ia berjalan menelusuri Kantor menuju lobi, dan keluar dari Kantor yang benar-benar sepi itu. Ia berjalan menuju ke sebuh kolam yang berada didepan gedung besar Infinitize, dan duduk disana. Akhir-akhir ini banyak sekali pikirannya, dan ia juga sering melamun. Dan sering sekali tak nyaman akan apapun.

“Aku memikul sesuatu yang besar”

Ia menggigit kukunya, dan bingung ingin melakukan apa. Setelah agak lama duduk, ia berdiri dan melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya. Setelah berjalan kaki dan juga menaiki bis, akhirnya ia sampai ke rumah kecilnya yang terlihat seperti rumah susun. Ia melepas lelah dengan berbaring di tempat tidurnya. Sung Jong menatap langit-langit kamarnya yang gelap, pikirannya kacau. Ia melepas dasinya dan duduk ditempat tidurnya tak berapa lama ia berdiri. Beberapa saat berdiri, kemudian ia duduk lagi, dan berdiri lagi dan duduk lagi. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan mengusap-ngusap wajahnya dengan penuh kekesalan. Sung Jong yang berkulit putih dan berperawakan tinggi dan kurus itu terlihat semakin kurus, karena tak berselera makan. Ia pun kembali berdiri dan mendekati Laptopnya yang berada di atas meja di sebelah tempat tidurnya, ia duduk dikursi lalu membuka laptop itu dan menyalakannya.

Tangan-tangannya begitu sigap mengetikkan sebuah nama disebuah kotak pencarian di salah situs. Ia membaca dengan baik-baik setiap kalimat dan kalimat. Ia membuka Tab baru dan mengetikkan kata Kunci Kim Woo Hyun di kotak pencarian. Ada beberapa artikel tentang kematian mendiang Kim dan ada juga Profil tentang Woo Hyun.

“Rupanya ada juga Penggemarnya.” Katanya lirih seraya menarik nafas. “Apa yang harus ku lakukan?”

Ia mengambil Ponselnya dan mengetikkan sebuah nama dan memencet tombol hijau. Ditaruhnya Ponsel ditelinga sebelah kirinya. Panggilannya terangkat dan terdengar suara seseorang berbahasa Korea yang mengertaknya dengan kasar. Sung Jong tak menyahut.

“Halo? Kau ini siapa?”

Sung Jong diam, dibiarkannya suara dari seberang terus-terusan bertanya. “Nothing’s Over.” Sahut Sung Jong akhirnya.

Suaranya parau dan lirih. Tatapannya begitu kosong.

“Excuse me?”

Sung Jong memutuskan panggilan. “Sepertinya memang harus seperti ini.”

 

Di sisi lain.

“Siapa? Penelpon misterius itu lagi?”

Woo Hyun mengangguk, “Menyebalkan sekali orang itu!” Serunya kesal. Tiba-tiba ia tersadar, “Tapi tadi dia berbicara bahasa Inggris. Saat aku mengata-ngatainya menggunakan bahasa Korea, ia terdiam.”

“Sudah, lupakan saja dia.” Respon Myung Soo datar.

“Aku maunya gitu, tapi mau bagaimana, dia terus-terusan menelponku. Tapi anehnya, tadi dia mengatakan,‘Nothing’s Over’”

Myung Soo tiba-tiba teringat Lee Sung Jong. Wajah cantiknya terbayang di pikirannya.

“Apakah itu dia?”

Kenapa hyung?”

Tidak ada apa-apa.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
evilod
Hello, aku punya cerita Dramafiction dengan cast semua member INFINITE.. Bahasa Indonesia sub here---> https://www.asianfanfics.com/story/view/703013/

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet