7/8

[Dramafiction] Z A T E M N A Episode 01

“Tiit! Tiit!”

Suara klakson mobil. Berasal dari mobil putih yang berada didepan rumah kayu sederhana milik Paman Do Kwang.

Paman Do Kwang, Bibi Ga Ni dan Jang Hro Ra sudah berada di depan rumah. Seseorang dengan setelan Hitam turun dari mobil dan mendekati Ketiganya lalu membungkuk hormat. NameTagnya bertuliskan Ketua Tim keamanan, Cha Ju.

“Selamat Pagi, Nona!” Sapa Laki-laki tinggi itu ramah. “Apa ini saja barang-barang Anda?”

“Ya. Barangku tak banyak.”

“Biarkan saya yang memabawakannya, Nona.”

“Terima Kasih.” Kata Hyo Ra sambil melihat Tag Name milik laki-laki yang berada dihadapannya itu. “Tuan Cha Ju.” Tambahnya seraya tersenyum.

Laki-laki itu tersenyum. Wajahnya terlihat dia berumur tak jauh dari dirinya. Cha Ju terlihat sedikit canggung didepan Hyo Ra. Ia mengambil tas Hyo Ra dan membawanya ke mobil, dan kembali mengambil yang lainnya.

“Paman! Bibi!” Panggil Hyo Ra.

Dengan mata yang sudah berkaca-kaca ia tersenyum lebar kepada Paman dan Bibi yang sudah Ia anggap Orang tuanya. Ia memeluk Bibi Ga Ni, dan Bibi Ga Ni memeluk erat Hyo Ra. Setelah pelukan berakhir Bibi Ga Ni memberikan kecupan di dahi Hyo Ra, sambil menahan air mata yang akan jatuh. Hyo Ra berbalik menatap Paman Do Kwan lalu memeluknya.

“Selamat tinggal, Paman, Bibi.” Hyo Ra menangis didalam dekapan Pamannya.

“Kenapa menangis? Ini bukan perpisahan yang sebenarnya. Kau masih bisa datang menjenguk kami disini.” Kata Paman Do Kwang dengan senyumannya sambil membelai rambut Hyo Ra yang tak lurus tak juga bergelombang.

Hyo Ra melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya. “Baiklah, Paman!”

“Berjanjilah untuk berkunjung.” Kata Bibi Ga Ni lembut.

“Ya, Bibi.” Hyo Ra menatap dalam Bibinya. “Aku mencintai kalian!”

Hyo Ra berusaha terseyum tegar kepada Paman dan Bibinya lalu berjalan mendekati mobil putih dan memasukinya. Kaca mobil terbuka, terlihat wajah Hyo Ra yang tersenyum lebar, ia melambai. Disambut oleh Paman dan Bibinya dengan sedih, mereka juga membalas melambai kepada Hyo Ra. Mobil pun mulai bergerak dan semakin menjauh dari rumah Paman dan Bibinya yang sederhana.

Perjalan terasa jauh, Hyo Ra masih hanyut dalam kesedihan, ia melihat pemandangan keluar kaca mobil. Ia masih mengingat-ingat 12 tahun hidup bersama Paman dan Bibinya yang baik. Mereka mendidik dirinya dengan sebaik mungkin, menjaga dirinya seperti layaknya Orang tuanya sendiri. Hyo Ra merasa rindu dengan Bibinya yang hangat, padahal baru saja mobil itu meninggalkan perkarangan rumah Paman Do Kwang. Ia pernah ditinggal Bibinya selama dua hari dan tak pernah mengalami rindu yang begitu besar seperti yang ia rasakan sekarang. Lama-lama, Hyo Ra merasa capek, ia pun tertidur. Cha Ju melihat dari spion depan Hyo Ra yang sedang tidur pulas.

Dari waktu ke waktu, selama perjalanan Hyo Ra hanya menghabiskannya dengan tidur didalam mobil. Ia begitu lelah karena menyimpan kesedihannya. Mobil putih itu pun akhirnya memasuki kawasan Seoul. Jalanan ramai Seoul sudah mulai terasa, membuat Hyo Ra terjaga dari tidurnya. Ia membuka matanya perlahan karena silau matahari yang masuk dari kaca mobil. Ia duduk tegap sambil mengucek-ngucek matanya perlahan lalu menguap kecil.

“Anda melewati banyak pemandangan bagus selama diperjalanan, Nona.” Kata Cha Ju. Laki-laki itu pun tersenyum melihat Hyo Ra yang masih belum pulih dari ngantuknya melalui kaca spion depan.

“Benarkah?”

“Anda terdengar tak bersemangat, Nona.”

Hyo Ra terdiam, gadis itu tertunduk.

“Oh, Maafkan Saya, Nona.”

Jang Hyo Ra mengangkat kepalanya menatap Cha Ju yang sedang menyetir, “Tidak! Kau tidak ada salah apa-apa, Tuan Cha Ju. Aku hanya merasa ada perasaan sedikit berbeda dari biasanya.”

Cha Ju melihat ekspresi Hyo Ra yang memang sangat tergambar bahwa ia sedang sedih. “Oh… Ah! Nona, Kita sudah sampai di Seoul.”

“Ah, pantas aku merasa sedikit bising disini.”

“Anda harus mulai terbiasa dengan ini semua, Nona. Lihatlah banyak sekali gedung-gedung tinggi.” Kata Cha Ju membuat percakapan yang bisa membuat Hyo Ra terlupa akan kesedihannya.

Hyo Ra menempelkan wajahnya ke kaca untuk melihat pemandangan Gedung-gedung besar dan keramaian di Seoul. Cha Ju memperhatikan Hyo Ra dari spion depan, ia tersenyum lega melihat senyuman lebar tergambar dari bibir Hyo Ra.

“Wah~ Iya! Tinggi sekali!” Seru Hyo Ra bahagia melihat gedung-gedung tinggi di Seoul. Ia menatap Cha Ju, “Lalu, berapa lama lagi sampai ke Rumah?” Tanyanya polos.

Cha Ju tersenyum, “Sebentar lagi, Nona.”

Lalu mobil putih tersebut mendekati sebuah rumah besar dengan pagar yang terbuat semak-semak yang tinggi dengan gerbang besi besar. Mobil berhenti tepat didepan gerbang, Cha Ju menekan sebuah tombol pada sebuah kotak yang tertempel di tembok gerbang.

Terdengat jawaban suara pria dengan suara berat. Hyo Ra kurang mendengar apa yang Pria di seberang percakapan itu, tetapi ia tahu pembahasan yang sedang diperbincangkan. Cha Ju, lelaki bertubuh tinggi tegap dan putih itu sedang meminta izin masuk kedalam sebuah rumah besar itu.

Gerbang pun bergerak ke kanan dengan sendirinya. Hyo Ra sedikit takjub dengan gerbang itu.

“Wah~ keren sekali!” Hyo Ra tertegun melihat gerbang otomatis itu.

“Anda terlihat sangat takjub dengan gerbang itu, Nona.”

“Keren sekali ia bisa terbuka dengan sendirinya, dan tertutup secara otomatis. Terakhir aku disini, benda itu tidak ada.” Kata Hyo Ra.

Hyo Ra masih menatap gerbang yang sedang bergerak menutup. Cha Ju tertawa kecil melihat ekspresi takjub Hyo Ra.

Mobil putih mewah yang dikerendarai Cha Ju melewati jalanan yang dengan lampu taman menghiasi setiap sisi jalan. terlihat pula sebuah taman besar nan elegan di kanan Jalan, dan sebelah kiri ada 2 buah gedung kecil dengan kaca besar. Hyo Ra menempelkan wajahnya di jendela mobil melihat betapa cantiknya kedua gedung kaca itu.

“Itu adalah Gedung Olah Raga dan Rumah kaca.” Kata Cha Ju memperkenalkan kedua gedung itu.

“Gedung olah raga dan Rumah kaca?” Tanya Hyo Ra. “Wah~ hebat sekali”

Cha Ju mengangguk, “Yang lebih besar itu Rumah kaca. Ada dua tingkat, lantai bawah adalah tempat Nyonya menyimpan bunga-bunga milikinya dan ditingkat kedua adalah tempat untuk pesta taman. Gedung olah raga itu yang lebih kecil, hanya terdiri ruang Fitness dan Kolam renang.”

“Apakah sering dipakai?” Tanya Hyo Ra tanpa melepaskan pandangannya dari pemandangan sekitar.

“Sering sekali!” Sahut Cha Ju bersemangat. “Tuan Jang, memperbolehkan kami para pekerja untuk memakainya kapan saja yang kami mau, saat ada waktu luang tentunya. Dia Tuan yang baik sekali.”

Hyo Ra tersenyum bangga, “Wah~ Ayahku memang yang terbaik.”

“Anda sangat beruntung, Nona Jang.”

Setelah menelusuri jalan akhirnya Mobil itu sampai didepan sebuah tangga yang membawa ke pintu masuk yang terbuat dari kayu yang terukir indah. Hyo Ra membuka pintu mobil bersiap keluar.

“Jangan Nona!” Cehah Cha Ju. “Tutup kembali!”

Hyo Ra mengikuti perintah Cha Ju, “Ada apa?” Tanyanya.

Cha Ju lalu keluar dari mobil dengan cepat dan berputar ke pintu penumpang dimana Hyo Ra berada. Ia lalu membukakan pintu mobil, Hyo Ra menatap Cha Ju kesal.

“Kenapa aku tak boleh membuka pintu sendiri?” Seru Hyo Ra. “Aku bukan anak kecil lagi!”

Hyo Ra terlihat sangat marah dengan perlakuan Cha Ju terhadapnya, yang sebenarnya hanya melakukan tugasnya. Mendengar bentakan dari Hyo Ra ia tertunduk tak berdaya didepan Hyo Ra.

“Sa-Saya min-minta maa-af, Nona Hyo Ra,” Sahut Cha Ju terbata.

Wajah Cha Ju begitu merah karena malu dibentak oleh Majikannya. Ia tertunduk dengan perasaan penyesalan yang sangat dalam. Melihat lelaki itu tertunduk dengan wajah merah Hyo Ra menjadi merasa tak enak telah membentaknya yang hanya melakukan pekerjaannya. Ia merasa sangat menyesal membentaknya, seharusnya ia tahu posisinya sekarang dan tak pantas ia membentak orang yang sebenarnya tak salah.

Hyo Ra menyentuh pundaknya. “Ah, tak apa-apa Tuan Cha Ju. Aku yang seharusnya meminta maaf. Kembalilah Tegap.”

Cha Ju menggeleng pelan. “Tidak Nona, saya tahu saya telah berbuat sebuah kesalahan yang membuat Anda membentak saya.”

“Tidak, anda tidak salah Tuan Cha Ju, Saya yang salah karena membentakmu. Saya hanya tidak terbiasa dengan suasana seperti tadi. Saya yang salah.”

Cha Ju tersenyum kecil. “Tidak perlu berbicara dengan kata formal, Nona. Anda tak pantas berbicara seperti itu kepada Saya.”

Hyo Ra mengangkat sebelah alisnya. “Yang benar saja?! Anda lebih tua dari saya.”

“Tapi kedudukan anda lebih tinggi dari saya,” Jawabnya lirih.

Hyo Ra tertawa kecil, “Terserah saja deh, Tuan Cha Ju”

Pintu terbuka tiba-tiba, membuat Hyo Ra dan juga Cha Ju terkejut.

“Hyo Ra! Anakku!” Seru seorang wanita di depan pintu. Ia berjalan menuruni tangga mendekati Hyo Ra, ia membuka tangannya bersiap memeluk anak gadisnya yang cantik itu.

“Ibu! kita terakhir bertemu seminggu yang lalu, kenapa tingkah Ibu seperti 10 tahun tak bertemu?” Tanya Hyo Ra lugu.

“Seminggu seperti 10 tahun bagi Ibu. Coba bayangkan kau sudah tak dirumah selama 12 tahun, hitung saja berapa tahun itu.”

“Tapi kan Ibu sering berkunjung menemuiku.”

“Bayangkan lagi, kita bertemu sebulan sekali kalau beruntung dan bertemu hanya selama 2-3 jam, bayangkan saja seminggu serasa 10 tahun, 2-3 jam hanya seperti beberapa hari.”

“Ah, Ibu berlebihan.” Kata Hyo Ra seraya tertawa. “Dimana Ayah?”

“Ayahmu tadi ada urusan mendadak jadi tak bisa menyambutmu, tadi dia sudah bersiap-siap untuk menyambutmu, tapi ada panggilan dari perusahaan. Ia baru saja pergi, beberapa saat sebelum kamu sampai. Ia berjanji datang sebelum jam makan malam. Ayo masuk.”

Tanpa disuruh Cha Ju membuka bagasi dan mengambil koper milik Hyo Ra. Melihat itu Hyo Ra merasa tak enak, tetapi apa boleh buat itu memang tugasnya, setidaknya Cha Ju melakukannya dengan ikhlas. Hyo Ra mengikuti Ibunya yang menggandeng tangannya memasuki rumahnya yang besar, masih sama seperti 12 Tahun yang lalu, tetapi ada banyak perubahan dari dekorasi, suasana, warna, perabotan, juga gedung kaca besar dan rumah kaca juga taman besar juga tak ada terakhir kali ia berada di Rumah besar milik keluarga Jang. Juga dengan Gerbang otomatis itu

****

 

“Bagaimana ini? Baru seminggu penghasilan kita sudah sangat menurun drastis.

“Kalau semakin dibiarkan ini bisa menghancurkan Perusahaan ini.” Kata Tuan Woon Pria berkacamata.

“Tapi bagaimana? Kedudukan Presdir kosong!” Sahut Pria lain.

“Harus ada yang menduduki Posisi Presdir, tapi siapa?”

“Seharusnya Nyonya Kim, dia adalah wakil Presdir. Tetapi ia masih sangat terpukul karena kematian Tuan Kim, kita tak bisa memaksanya.”

“Sudah banyak karyawan yang dipecat dari perusahaan dan banyak juga yang mengundurkan diri. Kalau dibiarkan, Perusahaan ini tak akan bertahan lama!”

Sementara itu. Laki-laki cantik bernama Sung Jong itu berjalan menuju ruangannya. Ia begitu terkejut melihat ruangan itu agak sepi, tak seperti biasa. Terlihat ada seseorang karyawan yang sedang mengemasi barang-barangnya yang berada di atas meja kerjanya.

Dengan perasaan penasarannya, ia berjalan mendekati rekan kerjanya itu. “Kau mau kemana, Rok Hyun?”

“Aku dipecat!” Seru laki-laki bernama Rok Hyun dengan wajah yang kurang bersahabat. Sung Jong kaget mendengar seruan penuh kesebalan milik teman kerjanya yang biasanya ceria itu. “Bagaimana bisa?”

“Hey! Sadarlah kau lelaki cantik!” Gertak Rok Hyun geram. “Perusahaan ini akan bangkrut! Kerajaan ini akan hancur sebentar lagi!”

Sung Jong yang memang agak pendiam itu hanya memasang wajah kaget karena berita kehancuran Perusahaan besar Infinitize. “Apakah itu pernyataan yang bisa menjelaskan mengapa ruangan ini agak sepi?” Tanyanya lirih.

“Iya! Bisa dibilang seperti itu!” Sahut seorang Perempuan yang baru saja masuk kedalam ruangan. Hanya dua yang dipecat termasuk Rok Hyun sisanya mengundurkan diri ketika tahu perusahaan ini tak lama lagi.” Katanya Li Hoo, nama perempuan itu. “Aish! Yang benar saja!” Desisnya. “lama-lama aku juga akan mengundurkan diri dari sini!”

“Karena kematian Presdir Kim, tak ada yang menggantikannya sebagai Presdir di sini.” Kata Rok Hyun sambil memasukkan tumpukan kertas yang berada didalam laci meja. “Kabar burung,” ia memelankan volume suaranya, “Nyonya Kim seharusnya yang menjadi Presdir menggantikan Mendiang Suaminya.” Lanjutnya.

“Dia masih tak muncul! Dia masih saja terpukul karena kematian Suaminya, dan membuat perusahaan besar Suaminya akan ikutan mati bersama Presdir Kim.” Kata Li Hoo dengan nada jengkel, ia berjalan mendekati meja kerjanya dan duduk.

“Begitu ya.”

 

Beberapa saat kemudian. Di luar gerbang rumah keluarga Kim.

“Permisi! Saya Lee Sung Jong karyawan Infinitize mau bertemu dengan Nyonya Kim.” Kata Sung Jong pada salah seorang kemanan yang berada di posko di dekat gerbang rumah Keluarga Kim

“Ada janji?” Tanya salah seorang kemanan yang saat itu menjaga posko.

Sung Jong menggeleng, “Tidak ada Pak, Saya hanya disuruh untuk menyampaikan pesan ke Nyonya Kim.”

Petugas keamanan itu melihat Sung Jong dari kaki sampai ujung rambut, lalu ia membuka gerbang. “Kau ini perempuan atau laki-laki?” Tanya kemanan itu dengan nada canda

Sung Jong tersenyum seperti biasa, “Aku Laki-laki, memang aku sudah terlahir dengan wajah cantik Ibuku.”

Seteleh dipersilakan masuk ke dalam kawasan rumah Keluarga Kim, Ia berjalan mendekati rumah besar Keluarga Kim dengan dipandu seorang petugas keamanan rumah. Sampailah mereka didepan sebuah pintu. “Disini ruangan Nyonya Kim. Saya harap Tuan tidak terlalu mengusiknya, ia masih terpukul atas kematian Mendiang Tuan Kim.” Bisik pria itu lalu ia ngeloyor pergi.

“Saya mengerti, Terima kasih.” Kata Sung Jong seorang diri.

Tok! Tok! Tok!

Tak ada sahutan dari dalam.

Tok! Tok! Tok! Sung Jong mencoba mengetuk pintunya sekali lagi.

Tak ada sahutan lagi.

Dengan perlahan ia menekan gagang pintu, yang kebetulan sedang tak terkunci. “Maaf, permisi Nyonya Kim!”

Ia pikir Nyonya Kim tak ada didalam ruangan itu, Sung Jong membuka lebar pintu sehingga terlihatlah isi Ruangan kerja Mendiang Tuan Kim yang sekarang menjadi Ruangan kerja Nyonya Kim. Dan terlihat juga Nyonya Kim yang sedang duduk di kursi kerja menatap keluar jendela. Sung Jong terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia segera menunduk hormat. “Maafkan Saya, Nyonya! Saya tak bermaksud kurang ajar, masuk tanpa izin. Tapi ada yang ingin saya bicarakan kepada Anda.”

Tak ada sahutan dari Nyonya Kim. Sebuah pikiran negatif Sung Jong terngiang di dalam kepala Sung Jong. “Apakah aku…..? Ah! Jangan berpikir seperti itu! ” Ia berjalan mendekati Nyonya Kim yang duduk membelakangi dirinya. “Permisi Nyonya Kim!”

Nyonya Kim tersentak terkejut, membuat Sung Jong agak sedikit lega karena pemikirannya salah. Nyonya Kim berputar melihat siapa yang telah mengejutkannya. “Kenapa kau disini? Sejak kapan kau masuk?” Tanya Nyonya Kim agak kasar.

Mendengar bentakan Nyonya Kim, Sung Jong langsung menunduk. “Maaf Nyonya jika Saya mengejutkan Anda, Saya datang karena ingin berbicara hal yang penting kepada Anda.”

“Kau bukannya Lee Sung Jong?” Tanya Nyonya Kim mengingat-ingat.

Sung Jong tersenyum seraya mengangguk sekali, “Iya Saya Lee Sung Jong, Nyonya.”

“Apa yang membuatmu kemari?” Tanya Nyonya Kim.

“Sa...”

“Ah!” Serunya memotong Sung Jong yang baru saja akan memulai memberikan penjelasan, mengapa ia berada disana. “Apakah kau mengingat sebuah keganjilan didalam ruangan Presdir Kim saat Kau menemukan jasadnya?” Nyonya Kim menatap Sung Jong dengan tatapan curiga.

“Wah, bukan Nyonya. Saya tak mungkin mengingat apapun karena saat itu Saya panik, jadi Saya sama sekali tidak memperhatikan sekeliling.” Kata laki-laki berwajah cantik itu. “Apalagi, ingatan Saya kurang bagus, Nyonya.” Tambahnya.

Wajah Nyonya Kim agak berubah sedikit kesal. “Lalu? Apa yang membuatmu kemari?” Tanyanya datar.

“Saya ingin meminta Nyonya untuk segera menggantikan Presdir Kim di Perusahaan Infinitize.” Kata Sung Jong hati-hati.

“Memangnya ada apa dengan Perusahaan?” Tanya Nyonya Kim masih datar.

“Sangat buruk, Nyonya.” Jawab Sung Jong. “Sejak kematian Presdir Kim, Perusahaan kacau balau, dan sekarag hampir bangkrut. Sudah banyak Pegawai di PHK, dan banyak juga yang mengundurkan diri.” Jelasnya.

“Biarkan saja!” Sahutnya keras. “Aku tak mau memimpin Perusahaan itu. Aku tak bisa sebaik Suamiku. Aku hanya akan menunggu Salah seorang Putraku kembali Ke Korea, mereka saja yang memimpin perusahaan itu.”

“Kenapa Nyonya? Nyonya juga memiliki perusahaan Butik, dan berkembang sangat bagus. Nyonya bisa memperbaiki Perusahaan. Jika Nyonya menunggu Tuan Myung Soo ataupun Tuan Woo Hyun, kapan perusahaan itu akan baik? Perusahaan akan hacur duluan sebelum mereka datang. Apalagi Nyonya adalah Wakil Presdir.” Kata Sung Jong berusaha meyakinkan Nyonya Kim yang sepertinya berhati keras itu.

Nyonya Kim menggeleng tak percaya. “Itu takkan mungkin, aku yakin semua akan baik-baik saja!” Ia masih dengan pemikiran semulanya.

“Kalau begitu, tunjuk salah seorang Direktur naik menjadi Presdir karena Nyonya tak mau naik.” Sung Jong berusaha memberikan saran.

“Tak ada yang boleh berada di posisi itu selain Putraku!” Seru Nyonya Kim kasar mengagetkan Sung Jong.

Sung Jong merasa agak takut tapi ditatapnya Nyonya Kim dengan tatapan tajam dan tegas. “Kapan mereka pulang Nyonya? Apa kata Tuan Presdir yang susah payah membuat dan membesarkan Infinitize melihat Nyonya merubuhkannya karena kesedihan dan ketakutan yang Nyonya pikul sekarang? Nyonya adalah Wakil Presdir, hanya Nyonya yang pantas menduduki posisi Presdir. Saya mohon Nyonya, Saya tak ada tempat lagi untuk bekerja jika Infinitize bangkrut. Banyak Ayah yang tak bisa memberi uang untuk anak mereka karena Infinitize bangkrut.”

Nyonya Kim terdiam tak menyahut.

“Nyonya?” Panggil Sung Jong pelan.

Nyonya Kim menatap Sung Jong datar, sama seperti Kim Myung Soo, Putranya. “Jika Sudah selesai silahkan keluar.”

Sung Jong memasang wajah agak memelas, “Nyonya Kim….”

“Keluar!” Bentak Nyonya Kim. “Atau Aku Panggilkan Keamanan untuk menyeretmu keluar! Keluar!”

Dengan berat hati Sung Jong berjalan keluar dari Ruangan kerja Nyonya Kim. “Haruskah aku memberitahunya? Tidak! Jangan, akan berbahaya..”

Nyonya Kim masih duduk, ia menatap kosong ke depan. Wajahnya terlihat ia sedang memikirkan sesuatu. Wajahnya terlihat ia serasa mau pingsan. Ia terlihat agak pucat, kantung matanya mulai terbentuk dan sudah mulai berubah kehitaman.

****

 

Pagi menjelang Siang didalam sebuah Café milik Sung Yeol.

Ringtone ponsel Sung Yeol berbunyi. Seong Yeol melihat layar ponselnya dan mengangkat panggilan dari Ayahnya. “Iya, Ada apa, Ayah? Haruskah aku datang?”

Seong Yeol mendengarkan suara Ayahnya di ujung percakapan dengan seksama, sambil mengangguk pelan. “Baiklah, Aku mengerti, Ayah.”

Percakapan selesai.

Sung Yeol yang saat itu memakai kemeja putih dengan vest berwarna Khaki mendekati sebuah lemari kecil, dimana ia menaruh Jasnya yang memang sengaja ditaruh disana untuk urusan mendadak. Ia mengambil jas hitamnya dan langsung memakainya. Ia memperbaiki dasinya dan mengancing jasnya, setelah merasa rapi Sung Yeol keluar dari Ruangannya.

Ruangan Sung Yeol berada di ruangan dapur Café, karena itu baru saja ia muncul didepan pintu Ruangannya seluruh pegawai café yang berada di dapur berhenti melakukan aktifitasnya dan menoleh kearah Sung Yeol lalu memberi hormat dibumbuhi seulas senyuman selebar-lebarnya. Salah satunya seorang pegawai yang bernama Cha Bam Gu, pegawai yang memiliki senyuman terlebar diantara 6 pegawai café.

“Anda mau kemana Tuan Sung Yeol?” Tanya Cha Bam Gu, pegawai dengan senyuman terlebar itu.

“Aku diajak Ayah ke sebuah acara teman Ayah.” Jawab Sung Yeol dengan senyuman.

“Oh. Kalau begitu hati-hati dijalan, Tuan.” Pesan Bam Gu. Tak ketinggalan senyuman lebarnya ikut memeriakan pesan terakhirnya untuk Sung Yeol.

Lee Sung Yeol hanya membalas tersenyum kepada pegawai terbaiknya, yang sudah mendapatkan 2 penghargaan pegawai terbaik. Lalu ia berjalan pergi keluar Cafe. Sung Yeol memasuki mobil sportnya yang berwarna putih, dengan setelan jas hitamnya juga dengan badannya yang tinggi, wajahnya yang tampan, rambutnya yang tertata rapi membuat ia terlihat bagaikan seorang pangeran yang mau menaiki kuda putihnya. Mobil mewah itu pun perlahan bergerak.

Tak lama, akhirnya mobil Sung Yeol memasuki halaman parkir sebuah gedung besar, banyak mobil mewah lainnya bertengger rapi di halaman parkir. Saat itu didalam gedung itu terdapat acara pertunangan anak salah seorang pengusaha teman Ayahnya, dan ia diajak menggantikan Ibunya yang sekarang sedang berada di Prancis. Sung Yeol memasuki pintu gedung dan menuju ruangan yang Ayah katakan ditelpon tadi di lantai 4. Banyak sekali pengusaha didalam ruangan besar yang di desain serba putih, dari Esmud, Pengusaha wanita, Pria, Petinggi Perusahaan juga anak para pengusaha berada didalam ruangan itu.

“Nah, itu Sung Yeol!” Seru Tuan Lee saat melihat Lee Sung Yeol, Putranya, berjalan mendekatinya.

Terlihat Tuan Lee sedang bersama beberapa rekan Pengusahanya, termasuk Tuan Jang. Sung Yeol mendekati Ayahnya.

“Kau pemilik Café bergaya Klasik yang terkenal itu kan?” Tanya Tuan Yoo, teman sesama pengusaha Tuan Lee.

Sung Yeol tersenyum sambil menundukkan kepalanya tanda jawaban “Iya”

“Padahal baru saja dibuat, baru setahun kurang ya? Tapi sudah sangat terkenal. Banyak sekali pengunjung pada siang dan sore hari.”

“Lokasinya sangat strategis, berada dijalur jalan anak-anak sekolah yang akan mau menaiki kereta bawah tanah, juga berada di lokasi perbelanjaan jadi enak untuk singgah sebelum atau sesudah belanja. Kau pintar sekali mencari lokasi bagus seperti itu!” Puji Tuan Jang seraya menepuk pundak Sung Yeol perlahan.

Sung Yeol tersipu malu dengan pujian itu, ia memang sering mendengarnya tetapi beda rasa saat Tuan Jang yang memujinya. Karena ia merasa Tuan Jang adalah Pengusaha yang terbaik di Korea, lihat saja Perusahaannya sudah berada di berbagai bidang dan memiliki banyak cabang.

“Tentu saja menurun dari Ayahnya.” Kata Tuan Yoo lalu tertawa.

“Ah, tidak! Biasa saja! Kalau tidak salah, café Sung Yeol berada tak jauh dari perusahaan Utama Tuan Jang, bukan?” Tanya Tuan Lee.

“Ah, iya! Jam istirahat banyak karyawan yang pergi ke Café anakmu itu. karena itu ia hebat memilih tempatnya.” Puji Tuan Jang lagi seraya tertawa kecil.

Tuan Lee menyusul tertawa kecil, lalu ia memalingkan wajah pada Sung Yeol yang berdiri disampingnya. “Kau belum makan, kan? Pergilah menikmati hidangannya.”

“Baik, Ayah.”

“Anakmu penurut, ya?” Kata Tuan Yoo.

“Aku sangat bersyukur memiliki putra seperti dia.” Kata Tuan Lee bangga.

Sung Yeol berjalan menuju meja dengan gelas-gelas berisi anggur, ia mengambilnya dan meminumnya sedikit.

“Hey!” Seru seorang gadis mungil bernama Choi Hye Bi.

Sung Yeol terkejut mendengar suara seorang perempuan, ia menoleh dan melihat seorang gadis yang terbalut gaun biru muda dengan rok yang terkembang, Choi Hye Bi. Gadis dengan mata besar terlihat seperti boneka, rambutnya dibiarkannya terurai, kulitnya putih dengan make up tipis menghiasi wajahnya yang imut dan terkesan manja, memang ia adalah gadis yang manja.

“Nona Britney Choi, Kau mengagetkanku!” Kata Sung Yeol.

“Sudah lama aku tak melihatmu.” Kata Hye Bi dengan nada menggoda.

“Memangnya kenapa? Kau merindukanku?” Tanya Sung Yeol sambil menarik sebelah alisnya dan tersenyum kecil. Wajahnya terlihat tampan saat itu.

Wajah Hye Bi yang seperti anak kecil itu memerah tetapi raut wajahnya terlihat seperti biasa. “Sedikit.” Jawabnya. “Coba kau lihat kakakku!” Seru Hye Bi seraya melihat kearah seorang perempuan dengan Gaun putih panjang yang tak jauh dari mereka berdua. “Cantik sekali dia! kapan aku akan berada di posisinya?”

“Saat kau sudah tumbuh dewasa.” Jawab Sung Yeol pura-pura datar.

“Hey! Umurku sudah 22 tahun!” Seru Hye Bi sebal.

“Benarkah? Kenapa aku merasa kau masih 15 tahun nona Britney.” Kata Sung Yeol sambil memasang wajah kaget.

Choi Hye Bi memonyongkan mulutnya tanda sebal tapi hanya sebentar, tak beberapa lama ia kembali tersenyum lebar. “Tandanya aku awet muda. Aku pergi dulu, aku tak bisa menemanimu disini. Selamat menikmati acaranya!”

Hye Bi pergi begitu saja dengan berbaur dengan sekelompok anak gadis pengusaha lainnya. Sung Yeol melihat gadis-gadis itu tertawa seperti sedang membicarakan sesuatu yang menarik. Ia berpindah pandangan, dan matanya menangkap seorang gadis dengan kulit kecokelatan dan berbadan ramping tinggi berdiri sendiri di dekat jendela kaca besar. Ia mengenakan Gaun panjang berwarna Hijau muda dengan bagian pundak terbuka. Sung Yeol melihat wajahnya, cantik dan terlihat manis, membuatnya ingin berjalan mendekati gadis yang sangat asing.

Kaki Sung Yeol pun akhirnya melangkah mendekati gadis asing itu karena penasaran. “Mengapa melamun?” Tanya lembut.

Suara Sung Yeol mengejutkan perempuan berkulit cokelat itu. “Oh, Astaga!” Ia menoleh kearah asal suara, dan Ia melihat seorang laki-laki tinggi dan tampan berdiri di belakangnya.

“Maafkan aku jika aku menganggetkanmu, Nona.” Kata Sung Yeol buru-buru.

Hyo Ra tersenyum malu. “Tidak apa-apa.”

“Mengapa kau tak bergabung dengan para gadis lainnya?”

“Aku tak mengenal mereka.”

“Kenapa bisa?” Sung Yeol menatap Hyo Ra tak percaya.

“Aku baru di lingkungan ini. Namaku Jang Hyo Ra.” Kata Hyo Ra memperkenalkan diri.

Sung Yeol terdiam sejenak, ia merasa nama itu tak asing. “Kau putri Tuan Jang?” Tanyanya hati-hati.

Hyo Ra mengangguk.

Sebuah senyuman berkembang di wajah Sung Yeol. “Aku Lee Sung Yeol.”

“Senang bertemu denganmu.” Kata Hyo Ra.

“Hyo Ra!” Seru Tuan Jang tak jauh dari mereka. Tuan Jang menunjuk jam tangannya, Hyo Ra mengangguk mengerti.

“Aku pergi dulu, ya.” Pamit Hyo Ra lalu berjalan menjauhi Sung Yeol.

Sung Yeol hanya bisa melihat kepergian Hyo Ra. Ia memikirkan sesuatu.

“Cantik ya?” Tanya Hye Bi tiba-tiba membuat lamunan Sung Yeol buyar.

Dan lagi-lagi Sung Yeol terkejut dengan kehadiran Hye Bi. Ia mengehembuskan nafas, “Kau mengagetkanku lagi Nona.”

“Berhentilah memanggilku Nona! Dulu aku senang kau memanggilku seperti itu, tapi sekarang aku mulai merasa aneh dengannya.” Protes Hye Bi.

“Baiklah, jika itu maumu.” Sahut Sung Yeol.

“Gadis itu, Ku pikir dia seumuran denganmu atau diatasmu. Ia tinggi membuatku berpikir ia sudah tua.” Kata Hye Bi.

“Itu karena kau pendek.” Sahut Sung Yeol asal.

Hye Bi mendesis kesal. “Dasar orang ini! Tapi ia manis.” Goda Hye Bi seraya menyikut  pelan lengan Sung Yeol.

“Berhenti menggodaku! aku sudah berkenalan dengannya tadi.”

“Baguslah! Selamat berjuang dan semoga beruntung.” Kata Hye Bi masih bernada menggoda. Hye Bi pun berjalan menjauhi Sung Yeol. Ia berhenti tiba-tiba dan menoleh ke Sung Yeol dan tersenyum manja padanya layaknya anak kecil. “Jika sudah menjadi milikmu, kabari aku!” Ia tersenyum lagi. Senyumannya penuh kerelaan dan tatapannya penuh keperihan, tetapi sayang sekali Sung Yeol tak dapat melihat arti senyuman dan tatapan itu.

“Jang Hyo Ra?” Tanyanya pada dirinya sendiri. “Berarti dia... Pantas saja aku merasa mengenalnya.”

“Lee Sung Yeol? Sepertinya aku pernah mengenalnya.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
evilod
Hello, aku punya cerita Dramafiction dengan cast semua member INFINITE.. Bahasa Indonesia sub here---> https://www.asianfanfics.com/story/view/703013/

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet