Four

Trust Me

Lets Go ^^

Aku memarkirkan mobilku digarasi dan melihat sebuah mobil lain sudah terparkir disana. Ayah sudah pulang tugas rupanya. Aku bergegas masuk rumah lalu menyapa ayah dan ibu dan berlari kedalam kamar setelah menolak tawaran ibu untuk minum teh bersama. Aku mengunci pintu kamar dan melempar tas serta kunci mobilku secara sembarangan lalu membantingkan diri ditempat tidur. Dan aku menangis.

Aku tidak mengerti kenapa aku menangis. Aku bingung dengan apa yang dikatakan Luhan. Aku terpilih? Untuk apa? Kenapa Luhan harus melindungi dan membantuku? Memangnya aku kenapa? Memangnya kenapa kalau Luhan tidak ada? Apa hubungannya semua ini dengan Joonmyeon?.  Semakin aku memikirkan pertanyaan – pertanyaan yang tak ku ketahui jawabannya itu air mataku justru semakin deras. Ribuan pertanyaan itu akhirnya membawaku pada tidur lelap dan sebuah mimpi yang tidak bisa aku ingat keesokan harinya.

~***~

Aku terbangun dengan rasa sakit dan pegal diseluruh tubuhku. Kepalaku terasa sangat berat begitupula mataku. Pasti karena aku menangis kemarin. Aku menyandarkan kepalaku pada dinding ranjang dan melihat jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi. Aku tidak sempat mandi kemarin dan langsung terlelap setelah seharian kemarin menangis. Aku bangkit dan melihat pantulan diriku sendiri dikaca rias, aku seperti melihat monster yang biasa ditonton Minki. Akhirnya aku turun kebawah mengambil kantong es untuk mengompres mataku. Ternyata ayah dan ibu sudah bangun dan sedang mengobrol dimeja makan. Mereka terkejut melihat keadaanku yang seperti monster ini.

Aigoo apa yang terjadi denganmu?” Ibu mengahampiriku dan mulai mengecek apa ada yang kurang dari diriku. Aku mengambil kantung es difreezer dan mengompreskannya pada mataku.

“Hyerim apa kau habis menangis semalaman? Bahkan kau tidak turun untuk makan malam kemarin.” Ayah menatapku prihatin. Dan aku hanya mengangguk lemah.

“Ya aku menangis semalaman, tapi ayah dan ibu tak perlu khawatir aku baik – baik saja.” Aku berjalan gontai menaiki anak tangga menuju kamar sambil terus mengompres mataku. Ayah dan ibu hanya menggelengkan kepala melihat tingkahku.

 

Hari ini aku masih harus kuliah, argh rasanya aku ingin sekali membolos hari ini. Tapi apa yang akan dikatakan ayah dan ibu nanti, aku sudah terlanjur bilang aku baik – baik saja. Akupun mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus. Walau diriku sebenarnya berat untuk melakukannya.

~***~

Aku memarkirkan mobilku dan berjalan gontai menuju kelas pertama hari ini. Langkahku terasa berat sekali hari ini. Aku berharap apa yang terjadi kemarin hanyalah mimpi tapi itu semua sepertinya mustahil.

“HYERIM!” Aku mendengar seseorang meneriakkan namaku dan beberapa detik kemudian Yoeun sudah berdiri dihadapanku dengan keadaan yang...kacau? Napas nya terengah – engah, rambutnya berantakan, bajunya kusut dan....ada seberkas darah dilengannya?

“Kau..kau kenapa Yoeun?” Aku panik sendiri melihatnya.

“Itu...itu..Joonmyeon menghajar Luhan habis – habisan dilapangan basket tadi.” Aku terbelalak kaget mendengar kabar itu.

“Kau jangan bercanda denganku Yoeun!” Aku tak sadar aku mengatakannya dengan nada yang tinggi membuat Yoeun meraih bahuku dan menatapku intens.

“Dengar Hyerim. Tadi tepat setelah kelasku selesai, Joonmyeon menyeret Luhan keluar kelas dan menghajarnya dilapangan basket. Dia bilang jangan pernah mengganggumu lagi. Aku tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian?” Yoeun terlihat sangat panik dan cemas aku tak tega melihat Yoeun seperti ini.

“Lalu...lalu sekarang dimana Joonmyeon dan Luhan?” Aku bingung apa yang harus kulakukan sekarang. Kenapa jadi seperti ini.

“Setelah menghajar Luhan tiba – tiba saja Joonmyeon pergi dan aku tidak tau kemana ia pergi. Dan Luhan, kau tidak perlu khawatir memang dia mendapat sedikit luka dan memar tapi dia sudah dibawa kepusat kesehatan kampus.” Yoeun melepas genggamannya pada bahuku.

“Lebih baik kau pergi mencari Joonmyeon. Kurasa dia lebih membutuhkanmu dibanding Luhan. Hyerim, tolong bicara padanya. Aku tak mau melihat sahabatku berubah menjadi monster.” Yoeun menggenggam erat tanganku.

“Maaf Yoeun maafkan aku......” Aku tak kuat dengan semua ini akupun memeluk erat Yoeun sambil menangis. Aku tidak tau kalau akhirnya akan seperti ini.

“Tidak apa. Lebih baik sekarang kau pergi mencari Joonmyeon dan bicara padanya. Aku yakin kau bisa. Bawa Joonmyeon yang dulu ketengah – tengah kita.” Yoeun membalas pelukanku dan mengusap pelan punggungku.

~***~

To Be Continue....

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
jeunjihye
sorryyy i will update chap. 6 as soon as possible! >

Comments

You must be logged in to comment
minhke_94 #1
Chapter 5: update chap 6 please
bettyrich
#2
Chapter 5: Authornim, ceritanya bagus, kenapa gak dilanjutin lagi :,(
singsongsungjong #3
Wow, amazing story ^_^