Pertengkaran antara Suho dan teman sekolahnya, cukup membuat Kyuhyun terpukul. Ia tidak menyangka Suho akan terlibat hal seburuk ini. Tapi, di balik semua itu Kyuhyun seakan sadar ada sesuatu yang disembunyikan Suho. Batinnya mengatakan jika Suho sedang tertekan dan Suho terpaksa mengakui kesalahan yang sebenarnya tidak pernah Suho lakukan. Tidak ingin menambah beban pikirannya, Kyuhyun pun membiarkan hal tersebut dengan begitu saja.

“Mommy malah cama Cuho?”, anak itu bertanya setibanya mereka di rumah. Lihatlah, bahkan sedari tadi hingga saat ini ia tidak berani menatap mata Kyuhyun.

“Tidak, sayang... mommy tahu, kau tidak salah”, Suho merasa matanya memanas mendengar perkataan Kyu. Mommy-nya percaya jika ia tidak salah, padahal ia belum melakukan pembelaan diri.

“Hiks.. Hiks.. Mommy”, tangis Suho kembali pecah, sambil mendekap Kyu ia mengucapkan kata maaf berkali-kali. “Maafkan Cuho.. Cu-Cuho tahu.. Hiks.. Cuho nakal.. Hiks.. Cuho buat Mommy cucah.. Hiks.. Huweeeee”

Tangisan pilu dari Suho tak ayal membuat diri Kyuhyun ikut menitikkan air mata. ‘Tuhan apakah kaum kecil seperti kami memang ditakdirkan untuk selalu mengalah dan menjadi pihak yang pantas disalahkan? Adilkah?’, jerit Kyu dalam hati. Memori atas dua kejadian memilukan yang ia dan Suho alami hari ini tiba-tiba terulang didalam pikirannya. Kyu sempat berpikir mungkinkah ini karma yang Tuhan berikan padanya karena perbuatan buruk yang ia lakukan di masa lalu.

.

.

Baru kali ini, Jang ManOk terlihat gusar didalam mobil. Pria berusa 35 tahun ini seakan merasa canggung dibalik kemudi mobil yang selalu menjadi rekannya dalam bekerja. Sebenarnya, yang membuat pria bermata pencaharian sebagai supir ini merasa tak nyaman bukan karena mobil yang harus ia kendarai. Jelas saja, mobil yang ia kendarai adalah mobil keluaran terbaru yang memiliki fitur yang canggih, Mercedes Benz E Class. Hal yang membuatnya seakan duduk di kursi panas adalah karena ia harus mendengar perbincangan yang saling dilontarkan oleh kedua majikannya. Dari balik kemudinya sesekali ia melirik kearah rearview mirror untuk mengamati tuan besar dan juga tuan mudanya yang tengah beradu mulut.

“Minho, masuklah.. Daddy harus pergi ke kantor lagi”, Siwon berucap dengan wajah datarnya tanpa melirik sang putra yang menatap nanar ke arahnya.

“Chilooooooooooo... Daddy janji, daddy mau makan ciang baleng Minho hali ini!”

“Ada meeting penting yang harus Daddy hadiri sekarang”. Kembali, ucapannya terdengar datar dengan wajah tanpa ekspresi, tapi kesan tegas masih terdengar di nada suaranya.

“Chilo! Chilo! Chilo! Pokoknya, Minho gak mau tulun dali mobil!”, Minho bersikeras sambil melipat tangan di dada dan menggelengkan kepala disertai dengan cebilan yang tercetak jelas dibibirnya. Sungguh pemandangan yang menggemaskan saat melihat namja cilik pembuat onar itu bertingkah lucu. Tapi sayang semua itu tak membuat kekerasan di hati Siwon luruh.

“Jangan buat Daddy bertambah kesal, Minho. Hari ini kau sudah membuat Daddy susah! Kau berbuat onar di sekolah, kau juga mengacaukan schedule Daddy di kantor, dan sekarang kau mau membuat keributan lain hanya karena Daddy tidak bisa menemanimu makan siang?”, Siwon mulai menatap anaknya namun disertai dengan delikan marah dan jengkel.

Benar adanya, perkelahian yang melibatkan sang anak, membuat Siwon harus menghentikan meeting pentingnya di tengah jalan selain itu kontrak miliyaran won yang sudah berada didalam genggamannya lapur secara seketika tatkala dirinya harus pergi meninggalkan meeting penting itu secara sepihak.

“TAPI DADDY CUDAH JANJI!”, kali ini Minho membentak ayahnya. Namja kecil itu seakan tidak takut oleh aura marah yang menguar dari tubuh Siwon. Bagi Minho, ayahnya ini sudah tidak bisa ditolerir. Siwon sering kali mengumbar janji yang tak pernah bisa ia tepati.

Siwon kesal, kesabarannya sudah habis. Seharusnya anaknya sadar jika ia telah melakukan kesalahan besar, yang membuat perusahaannya rugi.  Sekarang anaknya seperti tidak tahu diuntung saat Ia memberikan sanksi kecil melalui pembatalan acara makan siang yang mereka rencanakan jauh-jauh hari. Seharusnya, Minho bersyukur ia tak memberikan hukuman yang mengerikan. Tapi, saat ini tingkah manja Minho sudah tak bisa diatasi kecuali dengan memeberikan hukuman ampuh yang selalu menjadi senjata andalannya dalam menghadapi sikap manja Minho.

“Kau benar-benar membuat kesabaranku habis”, desis Siwon sambil menggelengkan kepala. “AYO TURUN!”, Siwon berteriak sambil menarik tangan Minho.

“Chilo! Chilo! Huweeeeeee”, Minho mencoba untuk tetap berada didalam mobil, tapi akhirnya ia tetap diseret secara paksa oleh Siwon untuk keluar dari mobil. Wajar saja karena ayahnya lebih kuat berkali-kali lipat dibandingkan dirinya.

Melihat semua itu, Jang ManOk hanya bisa menelan ludah saat tangis dari Tuan mudanya menggema. Ia hanya bisa menghembuskan nafas saat hal ini terulang kembali. Ia hanya bisa berdoa dalam hati, semoga tuan besar tidak akan memberikan hukuman yang mengerikan kepada tuan muda.
.

.

Minho terus berteriak, sambil memberontak dan meronta. Saat Siwon menyeretnya masuk kedalam rumah. Air mata mengalir di kedua pipinya. “Chilooh, Daddy! Chilooooooooohh Huweeeeeeeeeee”

“DIAM!”

Suara keributan yang berasal dari Siwon dan Minho membuat para pelayan keluar, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

“Masuk!”, perintah Siwon sesampainya mereka didepan pintu sebuah gudang yang terbuka. Minho tidak mengindahkan perintah ayahnya. Ia malah mem