-07- Good Luck (Fin)

Magic Fingers

Ibu jari: good luck.

Pesawat Jongin dijadwalkan tinggal landas pagi ini. Jadwalnya sedikit dimanipulasi agar tersedia waktu cukup luang bagi Kyungsoo dan Jongin. Setelah keluarga Kim menyampaikan ucapan perpisahan yang terakhir kali dan melambai selamat tinggal, Jongin balik ke ruang tunggu sambil menggeret kopernya. Jadi di saat keluarga Kim berpikir putera mereka sudah duduk tenang di dalam burung besi, nyatanya Jongin tengah duduk bersama Kyungsoo, melangsungkan seremoni perpisahan mereka sendiri.

“Apa tak apa begini?” tanya Kyungsoo yang dipaksa menyanggupi rencana. Kurang merasa enak pada keluarga Kim. Rasanya seperti ‘mengusir’.

“Para orangtua. Asal kau tahu, mereka sudah cukup mencekikku di rumah dengan wejangan-wejangan selama di negara orang. Ini-itu terus diulang-ulang. Mereka mengkhawatirkanku tapi... lupakan. Mari nikmati menit-menit berharga ini,” ujar Jongin santai seraya mengalungkan lengan ke pundak Kyungsoo. Duduknya sekalian dirapatkan.

Menit-menit berharga? Penerbangannya 3 jam dari sekarang. Melenceng terlampau jauh sesungguhnya. Mau apa mereka di sana sekarang?  

“Ingat di mana kita. Jangan buat yang macam-macam,” Kyungsoo mengingatkan. Setiap mata mengawasi tanpa diduga dan kapan saja menerjemahkan keganjilan yang tertangkap.

Jongin nyengir lebar. “Apa makna macam-macam versimu, uh? Seperti yang malam kemarin it—”

Kyungsoo menyumpal mulut Jongin menggunakan lidah syal yang melilit lehernya. Sadar bagian mana yang sedang diungkit. ‘Langkah beraninya’ sesudah menerima cincin dan itu membuat pipinya memanas. Teganya mengingatkan bagian itu saat ini.

Di tengah kesulitan berbicara, Jongin meneriakkan penyesalannya lewat sorot mata meminta belas kasihan. “Maksudku, Tuhan benar-benar tidak memihak pada kita. Belum-belum aku dikirim begitu jauhnya. Kalau diberi dua opsi, terus menunggu kesempatan atau sebaliknya, jujur, aku akan memilih—“ Mulutnya disumpal kedua kalinya.

“Bicara begitu lagi. Berhenti berandai-andai. Aku lebih marah kalau kau menyia-nyiakan kesempatan.”

Jongin mengamini dengan anggukan cepat berulang seraya membuang jauh lidah syalnya ke belakang punggung. Mengulangi kesalahan yang sama, bukan mustahil ia akan tersedak syal. “Ingat, tinggalkan pesan kapan pun kau mau. Kuusahakan, sebisa mungkin membuat dan menjawab panggilan... Eih, belum apa-apa aku sudah mulai merasa hampa. Kyungsoo-ya, eottokkaji?”

Komunikasi, unsur penting keeratan hubungan. Terima kasih pada perbedaan zona waktu yang tidak terlalu berbeda, memudahkan mereka dalam menyesuaikan jadwal masing-masing jika berencana menghubungi.

Jangan dikira dirinya tidak merasakan hal yang sama. Tiga hari ke belakang, sehabis bertemu Jongin, sebelum terlelap Kyungsoo selalu mengandaikan bagaimana nantinya berhubungan jarak jauh. Katakanlah ‘hanya’ dalam hitungan bulan namun ketika baru mengalami pertama kali, rasanya... gundah juga. Semampunya ia me-recall tawa renyah Jongin, senyum menawannya, sikap kekanakannya, dan suaranya yang memanggil namanya. Meski dipastikan semua itu tetap bisa dinikmati lewat kecanggihan teknologi, dipastikan kekosongan tetap terasa.

Menyadarkannya betapa ia mencintai Kim Jongin.

“Jongin-ah,” panggil Kyungsoo. “Kau yakin kita mampu melakukannya?”

U-uh? Berubah pikiran?”

Bukan. Ia meminta sumbangan keyakinan.

Jongin meraih tangan Kyungsoo, meletakkannya di dada. Dipastikannya cincin yang dikalungkannya di leher teraba. Couple ring mereka. “Kau selalu di sini. Sejauh apa pun kita, kau selalu dekat di hatiku. Percaya padaku, kita mampu.”

Keraguan di hati Kyungsoo sirna seketika.

***

Pesan bilingual berisi pemberitahuan kedatangan pesawat terdengar. Rute dan nomor  penerbangan sesuai yang tertera di tiket Jongin.

Saatnya.

Sesudah check in tiket dan memuat kopernya ke bagasi, Jongin mendatangi Kyungsoo yang berdiri di seberang pintu pemeriksaan.

“Jangan khawatir. Kuhubungi kau begitu pesawatku mendarat. Jaga kesehatan. Makan tepat waktu. Buat teman yang banyak supaya kau tidak kesepian.”

Sadar atau tidak, kalimat-kalimat tersebut telah disampaikan sebelum pergi ke meja pemeriksaan. Tentang bagaimana Kyungsoo harus melewati harinya tanpa kehadiran Kim Jongin. Setiap kalimat yang lagi-lagi diiyakan lewat anggukan.

Pandangan mereka bertaut dan semua tersampaikan. Kelingking dikaitkan, ibu jari dipertemukan, dan mereka berpelukan. Melepas kerinduan yang begitu prematur kemunculannya.

Kyungsoo menghirup dalam-dalam wangi tubuh dan rambut Jongin. Walau mustahil menyimpan aromanya di paru-paru namun ia berusaha menikmati momen tersebut sebaik-baiknya. “Lakukan yang terbaik. Aku selalu mendukungmu...” bisiknya  mendekatkan bibir ke telinga Jongin dan mengirim pesan terakhirnya. “Jongin-ah, saranghae...”

Jongin mengiyakan dalam hati, na ddo, Kyungsoo-ya.

Kyungsoo perlu memaksa membalikkan tubuh Jongin yang ogah-ogahan melangkah, mendorong punggungnya agar secepatnya meninggalkan tempat. Pemberitahuan telah diulangi kembali.

Butuh 2 menit sampai Jongin melemahkan pertahanan.

“Jongin-ah!”

Langkah Jongin terhenti di seberang pos pemeriksaan tiket, dikiranya Kyungsoo menarik kata-kata dan menuntutnya tinggal. Lupakan mimpimu dan tetaplah bersamaku. Skenario di luar akal sehat yang mustahil terwujud. Mengharap mukjizat itu sama halnya menjatuhkan harga diri Kyungsoo. Dari siapa pun, Kyungsoo-lah yang paling mendukung ambisinya. Kalau pun menyimpan keinginan itu, taruhan, mustahil ia menuruti sikap kekanakannya.

“Semoga berhasil! Kim Jongin jjang!” teriak Kyungso sambil mengacungkan ibu jarinya, dua sekaligus, tinggi-tinggi ke udara. Kelantangan suaranya mengabaikan keramaian sekitar. Seolah tercipta ruang hampa yang hanya diisi dirinya dan Jongin, berdua.

Haru menyergap perasaan Jongin.

“Aku janji tidak akan mengecewakanmu!” balas Jongin, sama lantangnya.

 

-

 

The you and me who live in the same country

The you and me who speak the same language

We’re so fortunate to have this kind of luck

There’s no better plot

The beauty of that day’s luck

To suddenly be graced with happiness, Lucky

Among billions of people I still met you...

(EXO-M - Lucky)

p.s. for me, mandarin lyrics are more represented what a lucky means.

 

-FIN-

 

gah, finally!!!

bagaimana kesimpulan akhirnya? baguskah? lumayankah? memuaah? burukkah? mengecewakankah?

apa pun komentarnya, tetap ditunggu.

terima kasih banyak para subscriber. you all are the best!

kamsahamnida, sampai jumpa di fic selanjutnya~

salam, author/Leover.

 

(btw, ada yang udah nonton film Psychometry, yang main kim bum (BBF)? uwah, keren abisss, bis, bis!!!!)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sungie_rima #1
Chapter 1: Jongin langsung percaya sama Do KyungSoo. Waw, jadi penasaran sama karakter D.o disini.
rainysummer #2
Chapter 7: Author, ini keren! Tapi kurang panjang :'3
MissKey693
#3
Chapter 7: aaaaaa... manis
sayang ajha KaiSoo belum bener-bener bisa bersatu.
ada beberapa paragraf yang artinya membingungkan, tapi kesuluruhan fic ini enak banget dibaca.
ahh.. sempat jejeritan sendiri pas baca bagian 'kaisoo moment nya'
pokoknya keren deh !

terus berkarya ya!!
semangat !!

p.s. Banyak-banyakin fic kaisoo, ne ?

hehe.
indahdo
#4
Chapter 7: annyeong author..

ceritanya simple & menarik^^
gk bosen buat bacanya
apalagi chara nya kaisoo coulpe
suka suka suka :)
indahdo
#5
Chapter 7: annyeong author..

ceritanya simple & menarik^^
gk boseb buat bacanya
apalagi chara nya kaisoo coulpe
suka suka suka :)
Mokuji #6
Chapter 4: Kisah cantik ...
LocKeyG #7
Chapter 4: woo..kaisoo emg selalt unik. . ..lanjut thor.. :-)