Part 5

You Belong With Me (Indonesian)

.: jaejoong pov :.

Huh sebal. Hanya karena sakit demam saja umma sampai mengurungku di kamar begini. Well, tidak dikurung layaknya penjahat yang dipenjara, tapi aku tidak boleh kemana-mana, bahkan turun dari tempat tidur pun tak boleh. Umma terkadang overprotective padaku. Ya sudahlah, itu mungkin salah satu cara menunjukkan rasa cintanya padaku. Nado saranghae, umma. Joongie juga sayang umma.

“Joongie, sudah bangun, nak?” umma datang membawa nampan makanan dan obat.

“Ne. Mwo? Sudah waktunya minum obat lagi? Euuh,” kataku ogah-ogahan.

“Joongie, jangan begitu. Lekas habiskan makan siangmu dan minum obat. Supaya cepat sembuh. Arrachi?” umma menasehatiku. Ku tatap wajahnya sejenak. Ah, umma tampak lebih kurus sekarang. Tampak guratan keriput di wajahnya, namun tak mengurangi kecantikannya. Ku lihat umma tersenyum. Ah senyumnya selalu membuat hatiku merasa lebih baik. Tiba-tiba aku merasa sangat merindukan umma, seperti aku telah pergi bertahun-tahun lamanya dan baru bertemu sekarang. Tanpa terasa air mataku menetes. Aku baru menyadari, aku terlalu sibuk hingga jarang bertemu umma. Saat pagi, aku selalu buru-buru berangkat kuliah dan tak jarang malam aku baru pulang, appa dan umma sudah tidur. Ironis.

“Joongie, ppali, habiskan makananmu. Eh? Kenapa menangis, sayang? Uljimara, Joongie,” umma memelukku dan menenangkanku. Aku masih terisak di pelukannya. Sudah lama tidak merasakan hangatnya pelukan umma. Aku rindu..

“Umma, maafkan Joongie, ne?” tanyaku masih terisak.

“Waeyo? Kenapa Joongie minta maaf? Tidak ada yang perlu dimaafkan, sayang,” umma menatapku lembut. Matanya memancarkan cinta dan kasih sayang serta ketulusan yang takkan pernah berubah, takkan pernah hilang darinya.

“Maafkan Joongie, umma. Selama ini Joongie terlalu sibuk dengan kuliah dan teman-teman Joongie, hingga tak ada waktu untuk umma dan appa. Joongie kangen umma dan appa,” kataku dengan terisak.

Umma tersenyum, membelai puncak kepalaku penuh sayang. “Joongie, umma dan appa tidak pernah marah apalagi meminta Joongie untuk selalu bersama umma dan appa. Kami mencoba mengerti kesibukan Joongie. Kami berusaha mengerti kalau Joongie giat belajar dan sibuk dengan urusan kuliah itu untuk membuat umma dan appa bangga pada Joongie. Umma dan appa hanya meminta satu hal, Joongie harus selalu jaga kesehatan, ne? Sudah, jangan menangis lagi. Nanti cantiknya hilang lho, terus Yunho tidak mau melirik Joongie deh,” goda umma.

Aku kaget mendengar kalimat terakhir yang umma ucapkan. Omo, apa umma tau aku menyukai Yunho? Aaaah! Andwaeeee, andwaeeee! Aish wajahku pasti sudah semerah udang rebus sekarang.

“Aigoo, uri Joongie neomu kyeopta,” aish umma menggodaku lagi.

“Umma, sudahlah,” euh aku sudah bosan digoda.

“Haha baiklah baiklah. Ehm ngomong-ngomong, tumben Yunho tidak kemari?”

Aku tersedak. “Akh maksud umma? Hm mungkin dia sibuk,” jawabku seadanya.

Setelah aku menghabiskan makananku dan minum obat, umma meninggalkanku untuk istirahat. Catatan tambahan untukmu, Joongie. Sakit itu tidak enak! Selain harus minum obat, kau juga akan digoda habis-habisan. Hah nasib. Aku pun memutuskan untuk tidur saja.

 

.: yunho pov :.

Tumben sekali sih Joongie tidak ke balkon kamarnya, ponselnya juga tidak aktif. Aish aku jadi tidak ada teman ngobrol deh. Kemana sih yeoja galak itu? Ah pakai cara biasa saja untuk memanggilnya hehe

Aku kembali ke dalam kamar, menuju meja belajar dan mengambil secarik kertas serta pulpen. Aku menulis sesuatu untuknya. Setelah itu, aku mengambil koin dan membungkusnya dengan kertas yang sudah kutulisi tadi. Selesai. Sekarang tinggal dikirim.

Tuk.

Sampai deh.

Kok dia belum keluar ya?

Apa dia pergi?

Atau jangan-jangan dia marah padaku.

Marah besar, tidak mau bertemu denganku. Oh no!

Aish ada apa denganku sih? Kenapa aku jadi sangat khawatir begini?

Aaaaargh!

 

.: author pov :.

Tuk.

Sebuah suara benda menabrak (?) jendela kamar seorang gadis yang sedang asik memainkan game di laptopnya membuat gadis itu menoleh ke arah jendela kamarnya.

“Apa ya itu tadi?” kemudian gadis tersebut menyudahi permainan gamenya dan beranjak dari tempat tidurnya menuju jenela kamarnya.

“Kertas?” gadis itu mengambil kertas tersebut dan membukanya. Ada koin di dalamnya. Setelah mencermati dengan baik, ternyata kertas itu sebuah surat.

“Aish Jung Yunho. Mwo? Isinya Cuma ‘hoi’ begini saja?” si gadis mencibir. Ia menatap ke seberang. Seorang namja sedang mengacak rambutnya, terlihat sedikit frustasi.

“Hey! Kutuan kau?” teriaknya pada namja tersebut.

Namja itu pun menghentikan aktifitasnya mengacak rambut lalu menoleh ke arah sumber suara. Gadis yang ia nantikan berdiri di seberang sana. Menatapnya.

“He? Kutuan kau bilang? Enak saja! Heh kau, kenapa..” sahutnya.

“Lalu kenapa mengacak rambutmu begitu? Dasar aneh,” cibir gadis itu.

“Ya! Kim Joongie! Aish kau ini”

“Jung Yunnie pabo, michyeosso”

Selalu saja bertengkar. Mereka memang jarang sekali akur. Saking serunya bertengkar, mereka sampai saling melempar kertas satu sama lain. Yunho dan Jaejoong tertawa dan saling mengejek. Sayangnya, kegiatan seru mereka harus terhenti karena teriakan petugas keamanan yang sedang berkeliling komplek perumahan. Mereka dimarahi karena sudah membuat jalan kotor oleh sampah kertas yang mereka lemparkan. Memang sih, lemparan mereka tak selalu tepat sasaran jadi jatuh ke jalan.

.: author pov end :.

.: jae pov :.

Ah menyebalkan sekali. Tugas apa itu tadi? Wawancara dengan warga negara asing? What? Aigoo~ menyusahkan saja. Hm Yunho dapat tugas yang sama tidak ya? Coba kutanya saja ah.

“Yoboseyo?” Yunho akhirnya menjawab telponku.

“Yunho-ah, apa kau dapat tugas untuk wawancara warga negara asing?” tanyaku langsung tepat sasaran.

“Hm iya, dapat. Memang kenapa?”

“Ayo sama-sama cari” ajakku antusias

“Well, hm, tugasku itu sudah seminggu yang lalu, Jae. Jadi sudah dikumpulkan”

“Kalau begitu temani aku cari dan wawancara” putusku sepihak.

Yang paling menyebalkan dari tugas ini adalah dikerjakan secara individu dan diabadikan dalam bentuk video berdurasi 10 menit. Huah mau tanya apa saja dengan durasi selama itu? Aih aku bingung.

Ponselku berdering. Ah sms dari Yoochun. Ke kantin? Baiklah, aku juga sudah lapar. Kuputuskan menyusul Yoochun di kantin.

“Jae,” Yoochun memanggilku dan melambaikan tangannya, memberi isyarat dimana ia berada sekarang. Akupun langsung menuju tempat Yoochun.

“Sendirian saja?” tanyaku padanya.

“Tadi sih dengan Junsu oppa, tapi dia pergi duluan. Ada kuliah pengganti,” terangnya.

Aku hanya ber-oh-ria saja.

“Sudah makan?” tanyanya. Aku menggeleng.

“Cepat pesan, aku tunggu disini,” suruhnya. Kemudian aku pergi memesan makanan.

“Chunnie-ah, boleh aku tanya sesuatu?” tanyaku setelah kembali dari memesan makanan.

“Tanya apa?”

“Bagaimana kau bisa tau kalau namja yang kau sukai menyukaimu juga?”

Oh, aku benar-benar ingin tau. Aku penasaran.

.: jae pov end :.

.: yunho pov :.

“Kalau begitu temani aku cari dan wawancara” dan dia pun memutus sambungan telponnya. Aish aku kan belum bilang setuju atau tidak. Hm tapi setuju atau tidak, aku harus setuju dan mengantarkannya sih. Sabar, Yunho-ah, sabar..

Kuambil ponselku, ku ketik sebuah pesan.

Mau cari narasumbernya kapan, jelek?

Delivered. Ahaha hitung-hitung amal deh bantu si jelek. Tak lapa ponselku berdering

Besok bisa? Jam 10 pagi. Jemput ya, jelek ^^

Dasar nakal. Aku balas dengan singkat pesannya.

Ne.

Setelah itu aku pun pulang.

.: yunho pov end :.

.: jae pov :.

Pagi ini Yunho janji akan mengantarkanku mencari nara sumber untuk wawancara. Jam 9.45. Ah 15 menit lagi berangkat. Kurapikan rambut serta pakaianku. Setelah itu menyiapkan barang-barang untuk keperluan wawancara.

Kudengar suara klakson dari luar. Yunho sudah datang rupanya.

Aku segera turun dan berpamitan pada eomma dan appa, lalu pergi.

“Mau cari dimana?” tanyanya saat di perjalanan.

“Hm di museum seoul saja,” jawabku.

“Ok”

Di perjalanan, Yunho terus saja membuatku tertawa. Ada saja tingkahnya. Memberiku tebakan konyol, membicarakan hal yang tidak penting, sampai menggoda adik bayi di saat kami berhenti karena lampu merah.

Setelah hampir setengah jam perjalanan, akhirnya sampai juga. Setelah memarkirkan motornya, kami berjalan menuju gedung museumnya. Di jalan tadi, aku sempat memikirkan kata-kata Yoochun.

Seorang namja selalu berusaha membuat yeoja yang dicintainya tertawa bahagia

Apa itu satu tanda kalau Yunho mencintaiku? Belum tentu.

Hari ini panas sekali, aku berhenti sejenak, jongkok membetulkan tali sepatuku−aku hanya memakai kaos lengan pendek warna merah, celana jeans biru, dan sneakers−dan melepas jaketku. Saat aku jongkok membetulkan talu sepatu, kugeletakkan tas ranselku begitu saja di sampingku. Tanpa diduga, seseorang mengambil tasku. Terang saja aku kaget, tapi kemudian aku tenang. Ternyata Yunho.

“Kemarikan jaketmu,” ujarnya sambil menenteng ranselku.

“Andwae. Kemarikan tasku,” yeah, agak gugup sih. Entah kenapa.

Tanpa banyak bicara, ia menarik jaket yang kupegang. Reflek, aku mempertahankan jaketku. Yang terjadi selanjutnya adalah aku dan Yunho berebut untuk membawa jaket dan ranselku. Sepersekian menit aku tak sadar jika kami menjadi pusat perhatian orang-orang, tukang parkir serta penjaga museum. Yosh! Akhirnya aku memenangkan perebutan jaket dan ransel ini. Kemudian kamipun masuk.

“Berantem sama oppa ya, adik manis?” tanya seorang penjaga museum saat aku melewatinya. Hatiku merutuk kesal. Oppa? Nuguya? Yunho?! Andwae! Sementara itu kudengar Yunho hanya cekikikan. Yunho jelek!

“Nae yeodongsaeng memang suka begitu, ahjusshi. Maaf ya,” kata Yunho

Gosh! Apa lagi ini? Yeodongsaeng? Mwo?

“Ya! Siapa yang mau jadi ye-mmppph mmpph” belum selesai aku bicara, oh lebih tepatnya memakinya karena seenak jidat memanggilku yeodongsaengnya, ia sudah membekap mulutku dan menarikku sambil tersenyum ke orang-orang. Kalau bisa diartikan, senyumnya seakan berkata “tolong maafkan kelakuan adik saya ini”. Menyebalkan!

Seorang namja akan memberi perhatian lebih pada yeoja yang ia cintai, hal sekecil apapun itu.

Aku jadi teringat kata Yoochun. Hal kecil? Apakah seperti membawakan tas atau jaket? Molla~

Setelah berputar-putar mencari orang yang bersedia kuwawancarai, akhirnya ketemu satu orang. Aku minta tolong Yunho untuk merekam wawancaraku dengan handycam yang kubawa tadi. Sesi wawancara berakhir. Leganya.

“Jae, makan yuk. Laper,” kata Yunho. Aku hanya menganggukkan kepalaku, setuju.

Sesampainya di sebuah restoran cepat saji, Yunho pergi memesan makanan sementara aku mencari tempat duduk. Setelah dapat, aku segera duduk dan main game sambil menunggu Yunho kembali.

“Kenapa di pojokan?” celetuk Yunho. Oh sudah datang rupanya.

“Tidak lihat apa tidak ada tempat lain di sini? Kebanyakan protes deh,” jawabku sambil membantunya menata makanan di meja.

“Dekat tempat anak kecil ulang tahun lagi. Ckck,” gerutunya.

Aku hanya memandangnya kesal. Sedangkan dia? Tersenyum bodoh.

Sambil makan, kami bercanda. Bercerita tentang keluarga, teman bahkan dosen kami. Saat kami sedang bercanda, tiba-tiba Yunho dengan asiknya mengambil balon. Iya, balon yang biasanya ada di tempat seperti McD itu. Anggap saja kami makan di sana. Aku memandangnya heran. Buat apa coba balon? Dasar aneh. Kemudian ada seorang anak kecil memandang Yunho seakan ia menginginkan balon itu. Sang ibu dari anak kecil tadi mendekati Yunho.

“Maaf, balonnya dipakai nggak, kak?” tanya ibu itu pada Yunho.

Tentu kalian akan berpikir sama sepertiku, Yunho akan bilang “ya” dan menyerahkan balon itu.

“Ah, ne. Dipakai, ahjumma. Maaf,” jawabnya. Tuhan, anugerah apa yang kau berikan pada orang ini? Dan ahjumma itu pun pergi.

“Yun, buat apa sih balonnya?” tanyaku agak kesal.

“Bawa pulang,” jawabnya sambil nyengir.

“Mwo?! Michyeon ya? Shireo!” tolakku. Malu gila bawa-bawa balon sambil naik motor.

“Ayolah, Jae. Buat adikku loh. Jae, ya ya?” ia memasang tampang memohonnya.

“Shireo!” aku tetap menolaknya. Dasar anak ini memang sakit setengah jiwa deh.

Dia tetap memohon.

“Hentikan tingkah ajaibmu itu, Yunho-ah. Malu tau gak,” kataku.

Dia memanyunkan bibirnya, lucu. Kalau tidak ingat aku sedang kesal dengannya sekarang, pasti aku sudah tertawa karena melihat wajahnya. Aku berusaha mengacuhkannya sambil melihat ke arah luar. Hujan. Terpaksa berteduh di sini deh. Anak kecil tadi berlarian dan melewati meja kami.

“Adik manis, sini deh,” Yunho menghentikan adik itu.

Aku menoleh, melihat mereka berdua. Mau apa lagi bocah ajaib ini?

“Adik manis mau balon kan?” tanya Yunho lagi. Anak itu hanya mengangguk lucu.

“Ini balonnya,” Yunho memberikan balon itu pada anak tadi.

Anak itu berlari senang setelah mendapatkan balon dari Yunho. Ia menghampiri ibunya.

“Ah si kakak sudah bosan main balon rupanya. Adik bilang apa sama kakak? Terima kasih kakak,” kata ibu itu sambil mengajari anaknya mengucapkan terima kasih.

“Gamawo, hyung,” kata anak itu sambil membungkukkan badannya. Anak manis.

Yunho hanya membalasnya dengan senyuman, kemudian ibu dan anak itu pergi.

“Pulang yuk, Yun,” ajakku.

“Masih hujan, Jae. Nanti saja,” tolaknya.

“Kau bawa jas hujan kan?”

“Bawa,” jawabnya

“Yasudah, gunakan. Repot sekali,” desakku.

“Tunggu hujan reda saja, ne? Hujannya lebat begini. Dingin sekali. Kalau kau masuk angin bagaimana, hm? Mau tidak masuk kuliah lagi? Mau nilaimu jelek lagi, hm? Iya? Begitu?” galaknya, tumben sekali.

“Tapi, Yun-“

“Tidak ada tapi-tapian!” kali ia memandangku serius. Seolah menegaskan padaku kalau kita tidak bisa pulang sekarang, jadi diam dan tenanglah.

Seorang namja akan mengkhawatirkan yeoja yang dicintainya

Tiga tanda dari beberapa tanda yang disebutkan Yoochun. Apa bisa dikatakan kalau Yunho mencintaiku juga? Apa aku harus menyatakan cintaku padanya? Tapi aku masih ragu. Apa benar ia mencintaiku?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Exo_L123 #1
Chapter 10: Mereka itu sweet.. bahasanya juga simpel jadi enak bacanya.. Ngomong2 bikin sequelnya donk.. Atau extra Chap gitu.. Pas mereka kencan kek.. Hehe
WendyWu #2
Chapter 9: Wait, I thought Yunho's mom was dead? Or is it just me?
anmade #3
terimakasih sdh membaca ff ini^^
maaf ya tulisannya annoying.. aku masih cari tau cara buat balikin jd normal lagi :'(
so please bear with me :( ah sekali lg terimakasih :)
gitaawe #4
Chapter 7: Please comeback...update soon,please ^^