Part 7

선생님, 사랑한다. (Seonsaengnim, saranghanda)

Part 7

 

 

Author’s POV

 

 

2 hari berlalu setelah kejadian pingsan di kamar mandi waktu itu. Donghae selalu berada di kamarnya menyendiri. Telepon dari Kyuhyun dan Sungmin pun tak pernah diangkat. Pesan singkat yang mereka kirimkan tidak satu pun yang ia balas. Menyebalkan! Pikirnya. Selain itu yang paling mengejutkan adalah seorang Hyukjae menghampirinya, mengetuk pintu rumahnya berulang kali, namun tak kunjung ia bukakan. Kejadian pingsan kali ini begitu memalukan. Bagaimana bisa ia menghadapi Hyukjae secara terang-terangan?

 

Hyukjae sendiri yang membawanya ke rumah, mengatakan kalau ia jatuh terpeleset di toilet pada teman-temannya. Ia bahkan terkejut saat membuka Hyukjae dengan senyum mengembang sedang duduk di atas kasurnya dengan nampan berisi makan malamnya. Ia mengatakan kalau detensi malamnya ditunda. Rasanya lega, tapi Hyukjae membuatnya gugup lebih dalam. Wajahnya serasa dibakar saat tangan lembut sang guru menempel di dahinya. Tubuhnya seperti tersengat listrik waktu Hyukjae membungkukkan tubuhnya dan mencium dahinya dengan lembut. Ironisnya, rasa bibir Hyukjae masih bisa ia rasakan hingga detik ini.

 

“Aish! Lee Hyukjae, kau membuatku gila!” teriaknya sambil melemparkan apapun yang ada di atas tempat tidurnya ke sofa di depannya. “Aku tidak mau melihat wajahmu.”

 

Raut mukanya sudah seperti seseorang yang tidak mandi beribu-ribu tahun dan kekurangan air dan tersesat di hutan kering dan di Afrika. Begitu lengkap penderitaannya. Tapi kalau ia pikir-pikir lagi, Hyukjae tidah begitu buruk untuknya. Hanya saja godaannya begitu kuat, apalagi bibirnya yang selalu mengundang membuatnya ingin menciumnya dalam-dalam. ‘Stop, Donghae! Kau ini bukan orang mesum!’

 

“Arrgh! Aku harus apa? Bukannya aku tidak suka dia menciumku, tapi ciumannya seperti saat Kyuhyun pertama kali menciumku. Rasanya seperti dia bukan sengaja ingin menciumku. Tapi terasa begitu manis, seperti gula-gula.” Ia mendesah. “Dia itu seperti penggoda kelas kakap. Mengerikan namun menarik. Aaah! Jinjja!”

 

Terdengar lagi ketukan keras di pintu depan rumahnya. Ia yakin kalau itu adalah Hyukjae. Siapa lagi kalau bukan dia? “Donghae! buka pintunya. Aku mau melihatmu.” Benar, suaranya yang khas di telinga Donghae membuatnya benar-benar ingin menerkamnya dan menutup mulutnya dengan ciumannya. “Aish! Lee Donghae!!”

 

Kesal dengan ketukan teriakan dari luar, dengan berat hati Donghae mengangkat tubuhnya dan berjalan menuju pintu depan. Dengan tidak sabar, Hyukjae menerobos masuk dan memeluk Donghae dengan erat. Napasnya memburu seperti ia sedang berlari kencang. Tubuhnya tiba-tiba menghangat. Hyukjae sadar dan segera melepaskan pelukannya namu tak membiarkan kedua tangannya turun dari leher Donghae. Matanya membesar seketika melihat wajah putih mulus Donghae memerah.

 

“Omo! Kau baik-baik saja? Kemari… kemari… duduk, biar aku ambilkan air.” Hyukjae perlahan menarik tangan muridnya yang hanya bisa membisu. Ia pergi ke dapur dan mangil segelas air putih dan memberikan pada Donghae. “Minumlah.” Ia memperhatikan Donghae dengan penuh perhatian, matanya berbinar-binar saat Donghae menghabiskan air itu. “Lagi?” Donghae menggeleng. Ia menarik napas panjang, lalu menatap Hyukjae.

 

“Mau apa Anda ke sini?” tanyanya gemetar. “Anda tidak punya urusan lain. Sebaiknya pulang saja.” Ia berusaha untuk tidak gugup.

 

“Ah! Aku hamper lupa! Ini, kue untukmu… Ryeowook dengar dari Kyuhyun kau suka kue berlapis keju dan strawberry sirup. Jadi aku memintanya mebuatkannya untukmu.” Donghae melihat bungkusan putih di tangan Hyukjae. “Untukmu, ambillah.”

 

Dengan ragu-ragu Donghae mengambil bungkusan itu dan membuka isinya. Benar, isinya ada beberapa kue belapis keju dan strawberry. Ia menjilati bibirnya dan menelan ludah karena kue itu begitu menggiurkan. Sudah berapa lama ia tidak makan kue secantik dan pastinya seenak ini? Sejak ayah dan ibunya pergi, mungkin. “Umm… Mr. Lee…” sebuah telunjuk tepat berada di bibirnya menghentikan ia untuk berbicara.

 

“Makanlah, lalu kau berikan komentar. Itu pesan Ryeowook.” Jawab Hyukjae seraya tersenyum manis membuat hati Donghae berdetak lebih kencang. “Dan jangan pernah panggil aku Mr. Lee lagi saat kita hanya berdua. Panggil aku dengan nama lain.”

 

Donghae memiringkan kepalanya dan memikirkan nama apa yang pantas untuk gurunya ini. “Hyukjae… Hyuk… emm… Hyukkie?”

 

“Ah! Hyukkie… aku suka itu!” ia tersenyum.

 

Untuk beberapa menit mereka tidak berbicara karena Donghae sibuk dengan kuenya yang nikmat sedangkan Hyukjae dengan tatapan berbinar melihat Donghae memakan hamper seluruh isi kotak kue itu. Senyuman jahil nampak di wajah Hyukjae. Ia mencoba mengganggu konsentrasi Donghae dengan menyentuh wajahnya, membersihkan beberapa remah-remah kue yang menempel di wajah muridnya.

 

Setelah semuanya habis, Donghae bernapas lega. Ia mengacungkan gelas kosong ke hadapan Hyukjae. Segera setelah meneguk segelas penuh air yang diambilkan Hyukjae ia mengeluarkan suara angin dari mulutnya yang ditanggapi dengan tawa kecil dari Hyukjae. “Apa?”

 

“Aniya… hanya saja, kau tampak lucu dengan wajah penuh remah kue dan rambutmu yang kusut. Kau belum mandi?” Tanyanya main-main. “Mau aku mandikan?”

 

“Kau ini!” Donghae mengangkat tangannya berniat untuk memukul Hyukjae, namun diurungkannya. “Ngomong-ngomong, kuenya enak. Sampaikan terima kasihku untuknya.” Hyukjae menggeleng.

 

“Besok kau harus sekolah, dan katakana sendiri padanya. Aku akan tidur di sini sampai kau benar-benar sembuh. Sepertinya kau sakit, Donghae.” Hyukaje sekali lagi memeriksa dahi Donghae. “Umm… sudah sedikit reda.”

 

“Tapi… Kau punya rumah sendiri. Aku tidak suka orang asing tidur di rumahku.” Donghae menolak terang-terangan. Ia hendak menyuruh Hyukjae keluar dari rumahnya cepat-cepat, namun sesuatu dari dalam tubuhny menghentikannya. Rasanya aneh seperti panas, namun dingin. Gemetar tapi tenang. Dan saat kedua mata Hyukjae bertemu dengannya, sesuatu terlintas di dadanya. Ia merasa tersedak.

 

“Kau baik-baik saja?” Tanya Hyukjae. Mereka masih berada di sofa. Hyukjae tersenyum jahil. “Kau kepanasan?” Donghae mengangguk. “Mau aku dinginkan?”

 

Kali ini bukan Hyukjae yang mendekati Donghae, namun sebaliknya. Donghae lah yang mendekati Hyukjae dengan menggenggam tangannya dan mendekatkan wajah mereka. Tanpa terasa detak jantungnya yang seakan berhenti berdetak, kedua bibir mereka sudah melekat satu sama lainnya dan kedua mata tertutup.

 

“Donghae?”

 

“Eung?”

 

Dengan lahap mereka bertarung siapa yang berhasil berkuasa berciuman. Hyukjae dengan kedua lengannya berada di leher Donghae dan kedua tangan Donghae di pinggang langsing Hyukjae. Keduanya mendesah di antara ciuman hangat itu. Perang tak berhenti sampai di situ. Donghae dengan sedikit paksaan mendorong tubuh Hyukjae hingga berbaring utuh di atas sofa. Deru napas mereka melekat satu sama lainnya.

 

Tak henti, tangan Hyukjae menarik lembut rambut halus berantakan Donghae dan menekan kepalanya agar ciuamnnya tak lepas, namun apa daya, mereka membutuhkan asupan udara agar tetap hidup.

 

“Kau… apa yang kau masukan di dalam kue itu?” Tanya Donghae setelah mengumpulkan sedikit udara ke dadanya. “Kau tidak meracuniku, kan?”

 

Hyukjae memukul dada Donghae pelan. “Donghae, kau gila. Mana mungkin aku mau membunuhmu. Aku… aku mencintaimu… kue itu untuk Kyuhyun yang sudah dimasuki sedikit obat perangsang oleh Ryeowook agar dia berani mengungkapkan cintanya, tapi aku mengambilnya dan memberikannya padamu. Tapi kau suka, kan?” godanya seraya membuka satu persatu kancing piyama Donghae.

 

Donghae sedikit kaget, namun tubuhnya tak mau bekerja sama dengan otaknya. Tangan Hyukjae terus menjalar hingga menemukan pangkal celana piyama Donghae dan sedikit menariknya ke bawah agar terlihat seksi di mata Hyukjae. Sempurna. Tubuh Donghae sudah tak berpakaian lagi. mukanya tampak panik dan memerah namu tubuhnya tetap terlihat putih, halus dan lembut. Bentuk perutnya yang sempurna membuatnya harus menjilat lidahnya.

 

“Hentikan, Hyuk. Kau, sudah gila?” Donghae berusaha menhindari tangan Hyukjae di perutny, tapi tak beranjak dari atas Hyukjae.

 

“Aku gila?” Hyukjae mencubit keras-keras lengan Donghae, membuatnya teriak sekeras mungkin. “Iya! Aku sudah gila karena kau, Lee Donghae! Kau membuatku jatuh karena mencarimu kemana-mana. Kau sudah membuatku meninggalkan ayah dan ibuku hanya untuk dekat denganmu. Kau sedah mengambil hatiku dan aku mau kau memberikan hatimu padaku.” Jelasnya dengan girang. Sedikit gigitan kecil di leher Donghae tidak aka jadi masalah, bukan?

 

Entah apa yang membuat Hyukjae berani berkata seperti itu, ia tiba-tiba saja mendorong tubuh berat Donghae ke lantai dengan sekuat tenaga. Ia berdiri lalu perlahan namun pasti membuka satu persatu kancing kemejanya dan melemparkan benda malang itu ke sembarang tempat. Ia melihat wajah Donghae kembali memerah. Tak sabar, celana jeans yang ia kenakan sudah lepas dan meninggalkan celana dalamnya saja. Ia mendekati Donghae dengan mata sipitnya dan menggoda Donghae. “Hyuk…?”

 

“Aku mencintaimu, Lee Donghae. Jadilah milikku, dan aku akan setia padamu.” Ia menduduki tubuh donghae dan mengusap wajahnya yang memerah itu. “Lakukanlah apa yang kau mau padaku malam ini, dan aku resmi menjadi milikmu.”

 

Donghae kembali ke otak sadarnya. Mungkinkah ini mimpi? ia berusaha memukul-mukul pipinya dan rasa sakit yang ia dapatkan. Hyukjae yang berada di atasnya tertawa. “Aku bermimpi, kan?” Tanyanya polos.

 

“Ani… kau tidak bermimpi. Ini kenyataan, Hae.”

 

“Hae?”

 

“Umm… nama panggilan untukmu dariku.” Hyukjae berdiri lagi. ia menarik tangan Donghae agar ia beridiri. Tanpa sadar, Donghae mengikuti Hyukjae ke atas, ke kamarnya. Setiap gerak yang dihasilkan Hyukjae membuatnya mabuk. Tangannya sudah tidak sabar menjamah tubuh indah Hyukjae.

 

Sesampainya di kamar, sekali lagi Hyukjae mendorong tubuh Donghae ke atas kasur dan menarik celana piyamanya hingga, WOW! Anggota tubuh Donghae yang selama ini ditutupi nampak terlihat jelas di mata mereka berdua. Hyukjae tersipu malu. “Wae? Kau tidak suka melihatnya?” Donghae kali ini yang menggodanya.

 

Semuanya sudah membuatnya hilang kendali. Otaknya, tubuhnya, dan hatinya sendiri berkata kalau ia membutuhkan Hyukjae. Mungkinkan ini cinta? Atau mungkin ini hanya nafsu? Entah, setidaknya kalau belum dicoba, siapa tahu? Haha! Dasar otak mesum, Lee Donghae!

 

Semua berjalan perlahan-lahan, namun pasti. Hyukjae sudah berada di bawah tubuh Donghae yang sudah berkeringat. kedua tatapan matanya tepat di mata Hyukjae. Senyumnya yang menggoda, sentuhan lembut tangan-tangan Donghae membuatnya merintih nikmat. Donghae, Lee Donghae, laki-laki sekaligus muridnya sudah membuatnya hilang akal. Cintanya begitu kuat hingga membawa mereka ke tahap atas.

 

Keduanya sudah tak berpakaian lagi. Donghae menciumi seluruh tubuh Hyukjae dan berakhir di bibirnya. Hyukjae mengeluarkan desahan-desahan panjang bukti ia menikmati semuanya. Matanya yang terbuka dan tertutup, tangannya yang melemas di kedua sisi tubuhnya dan goyangan tempat tidur yang berirama akibat hentakan kuat dan pelan Donghae atas tubuhnya begitu menggairahkan.

 

Rasany sakit di awal, namun nikmat di tengah hingga akhir mereka melakukannya. Malam yang indah menurut Hyukjae. Terserah ia akan marah besok pagi saat melihat tubuh mereka yang sudah tak normal lagi. Hyukjae sadar kalau Donghae terlalu lelah untuk menarik tubuhnya dari dalam tubuh Hyukjae. Tapi ia tak keberatan, selama Donghae menikmatinya, maka apapun yang ia lakukan ia akan biarkan. Termasuk sesak nafas karena tubuh berat Donghae.

 

 

__oOo__

 

 

“Eung…” Hyukjae menggeserkan tubuhnya yang masih tertindi Donghae. ‘Apa dia pingsan? Sejak semalam tidak bergerak.’ Pikirnya.

 

“Ah! Berhenti bergerak Hyukkie… sedang nyaman. Hangat…” Hyukjae harus menahan tawa. Ia tahu kalau Donghae sedang bermimpi, atau… “Berhenti bergerak, atau aku cium.” Sergah Donghae dengan mata terbuka lebar dan menatap kedua mata indah Hyukjae.

 

“Kau tidak bermimpi?” Tanya Hyukjae bingung.

 

“Aniya… aku tidak bermimpi… ini kenyataan, aku sedang berada di atas tubuh indah guruku dengan tanpa selembar pakaian pun, dan parahnya aku masih berada di dalam tubuhmu. Apa kau kesakitan?”

 

“Aniya…” Hyukjae tersenyum. Ia menutup matanya lalu bernapas lega. Donghae terlihat segar pagi itu. Aroma tubuhnya berubah seperti perfume yang ia pakai setiap harinya di sekolah dan matanya nampak lebih bercahaya. “Donghae?”

 

“Hyukkie…”

 

“Ne?”

 

“Saranghae, seonsaengnim… muah!” Donghae mencium lembut bibirnya sebelum ia kembali memejamkan matanya dan kembali tidur di atas Hyukjae.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
de_m00n
#1
Chapter 9: Happy ending.. . :) thank you. .
de_m00n
#2
Chapter 7: So sweet.. tp tetep terasa polos.. Hehe..
de_m00n
#3
Chapter 5: Lupa cerita sebelumnya tp chapter ni lumayan lucu..
chrishwang
#4
Lol seriously. I just found out this awesome story. Donghae lu mah jadi anak polos bener sih astaga=D si hyuk malah sok mistis/? Bgt kek nya wkwkwk. Lanjut thor!
de_m00n
#5
Chapter 4: lucuu... donghae ert tapi polos... hehe..
hyuk juga misterius gmn... lucu kalo pas donghae ngimpi yg iya2.. XD
AuliaNanan #6
Chapter 3: So that's just dream? O.o *gigling* kkk~

i thought that's real *pout* -.-

nice update author-nim :), and keep update too...
AuliaNanan #7
Chapter 2: Ceritanya Lucu :D

i love it... :D

kalau baca cerita ini, aku jadi keinget adegan donghae tidur di kelas terus berliur di bukunya di film 'Attack on the pin up boys' :D

keep going with this story, neh...

Update soon, :)