Chapter 4
TristfulCHAPTER 4
Sepasang langkah kaki berjalan menyusuri koridor lantai 4 itu, tiba-tiba langkahnya berhenti didepan salah satu ruangan yang dilewatinya. Ruangan yang biasanya dipakai untuk meeting yang kebetulan pagi itu sedang kosong karena rapat diadakan diruangan lain.
Mata itu menangkap sosok gadis berambut pendek yang mengenakan seragam cleaning servis tengah terlelap dalam posisi duduk menyandar ke dinding sambil memeluk lututnya. Disebelahnya sebuah ember lengkap dengan tongkat pel nya.
Hampir satu menit penuh sosok itu hanya berdiri diam menatap gadis itu tanpa melakukan apa-apa. Tak ada yang tahu apa yang sedang difikirkan sosok itu saat hanya menatap Amber yang tengah tertidur diruangan kosong itu.
Amber terusik saat sesuatu membangunkan tidurnya. Ia melihat keselilingnya, tak ada siapa-siapa. Tapi yang jelas penciumannya menangkap aroma yang familiar, Amber yakin seseorang berada diruangan ini beberapa saat sebelum ia terbangun.
Setelah mengumpulkan kembali inderanya, Amber bangkit dan melakukan peregangan pada otot-ototnya. Ia mendesah lega saat tubuhnya terasa lebih segar setelah mencuri tidur satu jam diruangan ini. Amber menatap puas kesekeliling ruangan putih itu dan kembali mencatat dibenaknya untuk kembali lagi ke ruangan ini untuk mencuri tidur dimasa depan.
Saat mengangkat peralatan bersih-bersihnya, mata Amber menangkap sebuah bolpoin yang tampak mahal tergeletak disamping embernya. Ia tak ingat melihat benda itu ketika datang keruangan ini satu jam yang lalu.
Tak terlalu memikirkan macam-macam, Amber memungut bolpoin tersebut dan memasukkan ke kantong celananya sebelum berjalan menuju dapur untuk segelas kopi dingin, mungkin.
*
Rencana menikmati segelas kopi dingin sirna begitu saja dari kepala Amber saat ia melangkah memasuki dapur kantor dan seluruh karyawan kebersihan berbaris dengan kepala menunduk.
“Amber..”
Amber melihat Sojin yang berbisik memanggilnya dan mengisyaratkan Amber untuk masuk ke barisan. Setelah berada disamping gadis itu Amber bertanya kenapa semua OB dikumpulkan.
Belum sempat Sojin menjawab, sebuah suara memecah keheningan.
“Cepatlah mengaku sekarang juga, mungkin saya akan mempertimbangkan kalian nanti. Karena Jam itu sangat berarti bagiku” suara khas Kim Kibum.
Amber berjinjit dan dengan jelas melihat Kim Kibum berdiri didepan, dengan ekspresi masam miliknya. Dari kalimat tadi Amber sudah dapat menyimpulkan bahwa bos mereka itu kehilangan jam favoritnya dan menuduh karyawan kebersihan yang mencuri. Masuk akal juga karena hanya ob yang memiliki akses keruangannya dengan alibi membersihkan ruangan.
“Hmm sajangnim, bagaimana dengan CCTV diruangan anda?” usul salah seorang yang berdiri dibarisan pertama.
“Aku tak tahu sejak kapan CCTV lantai 3 dan ruanganku mulai tidak berfungsi” jawab Kibum datar ia tampak stres dan menahan emosi disaat bersamaan, sepertinya benda yang hilang itu memang sangat berarti baginya.
“Yang jelas disini pencurinya memilih waktu yang tepat untuk mencuri, sekarang saya akan bertanya siapa yang bertugas membersihkan ruangan Presdir pagi ini?” ujar kepala manager bagian kebersihan, Nyonya Park.
Amber berdiri santai ditempatnya, matanya memperhatikan gerak-gerik orang-orang dalam barisannya. Semua hampir berjumlah 30 orang. Kemudian Sojin disebelahnya mengangkat tangan, Amber dapat melihat tangan gadis itu gemetar.
“Apa kau membersihkan ruangan presdir pagi ini?” tanya manager Park sambil berjalan mendekat kebarisan belakang, menghampiri Sojin yang semakin gemetar.
“Kau jangan cemas, atau mereka akan benar-benar mencurigaimu” bisik Amber mencoba menenangkan rekan disebelahnya itu.
“Benar, manager-nim” jawab Sojin, suaranya yang kecil terdengar hanya seperti cicitan burung kecil yang ketakutan.
“Apa kau pencurinya?” tuduh sang manager tanpa ampun. Amber dapat melihat Sojin meremas tangannya dengan gelisah karena disudutkan seperti itu. semua mata menatap kearahnya dengan tatapan mencurigai.
Amber tak bisa tinggal diam, tuduhan mereka tak beralasan. Sojin tak terlihat seperti seseorang yang akan mencuri diruangan bosnya.
“Permisi manager-nim, anda tidak bisa sembarangan menuduhnya tanpa bukti yang jelas. Saat ini anda menyudutkan Sojin ssi” sela Amber. Sekarang semua mata beralih menatap Amber yang mencoba berperan sebagai hero.
“Nah? Kau anak baru? Sebelum kau membela temanmu ini, bagaimana jika kau buktikan kalau bukan dirimu pelakunya? Kejadian seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya” ucap manager bertubuh kurus itu berbalik menyerangnya dengan sebelah alis terangkat sadis.
“Well, silahkan saja.. bukan aku pencurinya” jawab Amber santai, tak sedikitpun gentar dengan tatapan tajam manager itu.
“Angkat tanganmu” perintahnya. Amber dapat melihat Kibum berjalan kearah mereka.
Tanpa sedikitpun keraguan, Amber dengan santai mengangkat tangannya. Membuktikan bahwa bukan dirinya yang mengambil benda apapun itu yang sedang mereka cari.
Tangan manager Park menyentuh bagian tubuhnya, meraba dada, punggung, pinggang dan tangan tersebut berhenti dikantong celananya. Amber mengeluarkan isi saku celana kerjanya itu.
Beberapa lembar uang kertas dan pena yang tadi ia pungut dari ruangan meeting dilantai 4. Tak ada yang mencurigakan, sampai...
“Oh.. itu kan pena milik Presdir” suara lembut milik Sojin terdengar, lebih keras dan tidak mencicit seperti sebelumnya. Semua mata tertuju pada bolpoin berwarna emas digenggamannya. Selanjutnya semua orang diruangan mulai berbisik dan melayangkan tatapan menuduh pada Amber.
Kibum menatap bolpoin ditangan gadis itu dengan tatapan datar.
‘Apa-apaan ini semua? Jadi semua orang malah berbalik menuduhku? Karena bolpoin ini?!’
Amber tak tahu bahwa dirinya baru saja tercebur ke kolam jebakan, niat awalnya untuk membela Sojin malah berbalik menyerangnya. Ia melayangkan tatapan meminta bantuan pada Sojin untuk membelanya, seperti yang dilakukannya tadi. Namun gadis itu bergeming, dan menghindari kontak mata dengannya.
“Dimana kau berada dari pagi sampai jam 11 tadi” ujar manager park memulai interogasinya.
“Aku datang pukul 7 tepat.. hm mungkin lewat 2 atau 3 menit.. tujuan pertamaku adalah kantin kantor untuk membeli sarapan, setelah itu kira-kira pukul 7.30 aku langsung menuju loker untuk berganti pakaian, setelah itu mengambil ember dan tongkat pel, mengisi ember dengan air dan langsung naik ke lantai 4. Manager Park sendiri yang menugau untuk mengepel lantai 4 dan ruangan meeting.” Jelas Amber, berusaha menjelaskan se detil mungkin.
Manager Park tampak mengangguk karena memang dirinya yang menugaskan pada gadis tomboy itu.
“Setelah itu?.. bagaimana bolpoin presdir bisa berada padamu?” kata manager Park, menunggu penjelasan yang benar-benar akan mematahkan kecurigaan semua orang diruangan itu.
“Lantai 4 pagi tadi cukup sepi, hanya satu ruangan yang dipakai untuk meeting tadi pagi.. aku mengepel kira-kira satu setengah jam. Diruangan meeting didekat tangga adalah ruangan yang terakhir ku bersihkan, disana aku menemukan bolpoin itu” lanjut Amber, ia sedikit ragu untuk menjelaskan bagian dimana ia mencuri waktu untuk tidur diruangan itu.
Please Subscribe to read the full chapter
Comments