Chapter 3
TristfulCHAPTER 3
Amber melepas masker yang sedari tadi membuatnya sesak itu, tak ada gunanya lagi menyamar, bersembunyi atau apapun lah namanya demi menyelamatkan pekerjaan barunya ini. Ia sudah terlanjur tertangkap basah, entah bagaimana lelaki itu bisa mengenalinya. Amber membalikkan tubuhnya, berdiri tepat didepan meja dengan nama presdir yang tak lain adalah lelaki yang kini tengah menyeringai jahat menatapnya dari kursi yang didudukinya.
“Aku punya mata yang tajam, kau tak berfikir bisa mengelabuiku dengan masker itu bukan?” ujar lelaki itu, dengan suara khas nya yang semakin hari semakin enggan didengar telinga Amber.
'Yeah, the devil's eyes'
“Sekarang apa maumu? Kau akan memecatku? Terserahlah” jawab Amber acuh tak acuh, ia tak peduli lagi kehilangan pekerjaan ini. Setidaknya mungkin lebih baik daripada harus bertemu setiap hari dengan mahkluk penuh kebencian didepannya ini.
“Well.. aku tak berniat memecatmu..”
Amber mengangkat pandangannya, menatap wajah lelaki bermarga Kim itu dengan penuh selidik. Pasti ada sesuatu yang diinginkannya jika Amber tak dipecat.
“Aku akan mempertimbangkannya setelah mencoba bagaimana rasa kopi buatanmu” sambungnya dengan gaya ‘like a boss’ nya, walaupun sebenarnya ia memang seorang bos.
‘Ia pasti sangat senang saat ini mempermainkanku’ pikir Amber.
Kibum mengangkat gelas yang tampak bersih yang berisi kopi hitam dan mencium aromanya sebelum menyeruput cairan hitam itu.
“Hmm..tidak buruk” responnya membuat Amber menatap tak percaya padanya.
“Setidaknya kopimu lebih baik dari yang dibuat puluhan OB lainnya disini”.
Mereka sama-sama diam beberapa detik, sampai Amber memecah keheningan dengan mengutarakan isi kepalanya.
“Jadi bagaimana? Kau masih tetap akan memecatku?”
“Dari awal aku tak pernah menyebut tentang memecatmu” jawab Kibum setelah meletakkan kembali cangkirnya diatas meja menatap Amber dengan tatapan datar.
‘Hari-hariku bekerja disini tampaknya akan sangat berat karena setan bernama Kim-ing-Kibum ini!!!’
*
Malam sudah larut, Amber melangkah dengan malas menyusuri gang kecil kompleks ia tinggal. Pikiran dan tubuhnya telah lelah, tak ada yang benar-benar difikirannya kecuali kekesalan terhadap bos barunya aka. Kim Kibum itu.
Tak seorangpun yang berkeliaran disekitarnya, gang itu sangat sepi namun Amber tak ingin buang-buang tenaga untuk merasa takut. Setidaknya ia memiliki modal medali emas taekwondo sebagai pertahanan diri.
“Ahhh” ia mendesah merasakan angin malam yang menerpa wajahnya, sembari berharap angin itu ikut menerbangkan segala kekusutan dikepalanya.
Dari kejauhan matanya menangkap sesosok yang terlalu familiar dimatanya, tengah berjongkok di depan pintu rumah sewaannya. Siapa lagi kalau bukan, henry.
Sudah lebih dari seminggu mereka tak bertegur sapa, sebagian besar karena Amber yang sangat ahli melarikan diri. Salahkan gengsinya yang terlalu tinggi, karena sahabatnya itu tak membelanya pada insiden direstoran beberapa waktu lalu.
Amber berniat melewati pemuda yang kini tengah memasang wajah ‘puppy’ nya sambil menatapnya itu. ia masih belum bisa memaafkan sahabatnya tersebut.
“Chagiyaa”
Henry memegang lengan gadis itu, menghentikan langkahnya.
“Lepaskan.. aku sedang tak berniat bermain-main” kata Amber dengan nada dinginnya.
“Kau masih marah padaku? Pleasee forgive me, hmm? Aku sudah memasak banyak makanan dirumah untukmu.. ayolah...” bujuk Henry sambil bergelayut manja dilengan gadis itu.
Mendengar bahwa lelaki itu memasak banyak makanan, membuat pertahanannya goyah. Padahal Amber masih ingin memberi pelajaran pada Henry dengan mendiamkannya beberapa hari lagi. Tapi.. sudahlah, ‘food always comes first’ pikirnya.
“Jadi lelaki menyebalkan itu adalah bos barumu?” tanya Henry dengan mulut penuh makanannya.
“Hmm” Amber mengangguk tanpa berniat menghentikan kunyahannya. Masakan Henry memang yang terbaik.
“Apa yang dilakukannya? Dari ceritamu sepertinya dia bukan tipe laki-laki yang akan tinggal diam melihat orang yang membuatnya kesal berada disekitarnya..” ujar Henry sambil menyuap kimchi kemulutnya.
“Oh, kau tak tahu saja betapa sialnya nasibku 2 minggu ini. Bahkan setan itu hampir membuat hidungku patah” Amber kemudian meneguk bir kalengannya.
“Benarkah? Wah, baru 2 minggu kita bertengkar dan kau sudah hampir mematahkan hidungmu? Jadi apa saja yang terjadi padamu 2 minggu ini?”
Amber menyandarkan tubuhnya yang sekarang sudah terisi ulang itu ke sofa usang milik Henry. Kemudian gadis itu menceritakan bagaimana sialnya hari-harinya, mulai dari kehilangan pekerjaan, kejadian diminimarket, sampai dengan pertemuan tak terduganya dengan Kim Kibum di tempat kerjanya yang baru.
Namun setidaknya satu beban dipundaknya sudah terangkat karena ia sudah kembali berbaikan dengan sahabatnya. Amber kembali bisa menceritakan keluh kesahnya pada Henry, karena itu Henry menjadi orang terpenting baginya saat ini.
*
Apa ada yang bertanya-tanya seperti apa berada dineraka?
Amber bisa menjawabnya, karena baru seminggu ia bekerja ditempat barunya tak sedetikpun ia lepas dari pekerjaan. Semua ini tentu saja ulah Kim Kibum.
Lelaki itu tengah tersenyum jahat sambil mendengarkan musik kesukaannya didalam ruangannya.
Amber berlari menaiki tangga ke lantai 3 dengan beberapa plastik ditangannya yang berisi; sandwich, jjajangmyeon, americano, bubble tea, cheese cake, dan snack lainnya yang merupakan permintaan makan siang dari penjaga neraka itu sendiri aka Kim Kibum.
Lelaki itu menelpon ke kantor manager office boy/girl untuk menugaskan pada Amber untuk membelikan pesanan makan siang untuknya. Dan semua itu harus berada dimejanya dalam waktu 15 menit!
Hal itulah yang membuat Amber berlari seperti orang gila memasuki gedung dengan banyak plastik ditangannya.
Waktunya tersisa satu menit lagi. Tak ada waktu untuk menunggu lift terbuka akhirnya ia memutuskan untuk menaiki tangga.
30 detik..
Amber tak lagi merasakan detak jantungnya, ia mengutuk dirinya yang entah sudah berapa tahun tidak pernah berolahraga.
10 detik..
Sepuluh langkah lagi, pintu ruangan presdir itu. amber berusaha berlari dan tak lagi peduli makanan ditangannya akan hancur atau tumpah.
5 detik
Please Subscribe to read the full chapter
Comments