keep secret

keep secret

Selamat membaca

Chapter 8

vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx

didepan pintu apartemen berwarna biru cerah,

“kenapa kau bergabung dalam pertukaran pelajar? Kau merencanakan sesuatu apa, pada hakyeon hyung?” ungkap si pemakai almamater hitam bernama hyuk yang memecahkan keheningan diantara mereka sejak dari stasiun bawah tanah setelah mengantar jaehwan, wonshik dan hakyeon di halte bus.

“kau ingin jadi kekasihku, bukan?” sela si laki-laki berlesung pipi tanpa menjawab pertanyaan hyuk, membelakangi pintu apartemennya dan menghadap hyuk.

“aku mau jadi kekasihmu?” Lanjut hongbin memberikan keyakinan pada hyuk. “aku tak melakukan apapun pada hakyeon, hyung tercintamu.” Jelasnya kembali tersenyum.

“benarkah?” ada nada keraguan yang hyuk lontarkan, ia menatap sorot mata hongbin yang tak bisa diterkanya walaupun perasaannya tergelitik aneh setelah hongbin hyung menyatakan ingin menjadi kekasihnya.

“ini sungguh lucu, sandiwaramu sangat bagus.” Lanjutnya berusaha tidak terlena dengan acting hongbin hyung yang seperti nyata meskipun ia juga hanya main-main saja mengenai ia ingin mejadi kekasih hongbin hyung.

“bukankah, ini menguntungkanmu. Kau tak perlu lagi menyelidikiku secara diam-diam. Kau bisa mengetahui semua kegiatanku. Kau bisa datang kerumahku kapan saja.” Yakin hongbin, matanya masih bersirobok dengan hyuk; menunjukkan keseriusan yang misterius bagi logika hyuk.

“cukup mengesankan.” Balas hyuk memutuskan kontak mata. Matanya menoleh pada lorong apartemen yang sepi. “ dan sangat aneh, kau menjadi melunak? Bukankah setiap pertemuan kita, kau begitu angkuh?” singgung hyuk.

Mengembuskan napas panjang,  suka  atau tak suka Hongbin harus mau menanggapi omongan hyuk. “jadi kau masih bocah yang main-main? Aku pikir kau bocah yang cukup dewasa.” Ia pun tak ragu harus berkata pedas. sekali lagi otaknya memanas bila hyuk, bocah yang tak bisa diatur itu mulai berbicara seenak perutnya.

“apa kau akan bersikap manis? Jika aku benar-benar menjadi kekasihmu?” hyuk berubah sedikit angkuh, gaya bicaranya pun menjadi sok berkuasa, tatapannya masih sama; setia menatap lorong, yang sebenarnya, ia tak kuasa menahan perasaan yang membuncah aneh didadanya  kalau ia sekarang bisa memiliki hongbin hyung, yang ia tuduh sebagai pelaku fan gila terhadap hakyeon hyung.

Hongbin begitu mangkel dengan makhluk aneh yang ada didepannya itu tapi ia harus bisa menahklukannya atau akan berantakan “tergantung sikapmu.” Iapun sebisa mungkin mengendalikan emosinya supaya tidak terprofokasi.

Ia terkadang bingung dengan berubahan sifat hyuk yang menyebalkan dan kekanak-kanakan. Ia juga ingin sekali memukulnya, ia masih tidak bisa terbiasa dengan sikap, bocah teng*l itu.

“jika kau bersikap lunak seperti anak kucing. Aku bisa bersikap manis layaknya kekasih impian.”tandas Hongbin sekenanya. Ia harus menuntaskan semuanya

“Kau harus menciumku maka kita resmi menjadi kekasih” Tegas hyuk  memajukkan wajahnya tepat  dihadapan hongbin dengan sikapnya yang congkak.

Untuk sekian kalinya ia menghelai napas panjang, tak ada pilihan lain dan ingin tawar menawar segera berakhir; hongbinpun memeluknya cukup erat dengan inisiatifnya sendiri, “ini jauh lebih baik? Dan kau  masih dibawah umur.” Cercahnya cepat sebelum hyuk memprotes dan meminta lebih.

“hmmm…rasanya nyaman sekali.” Bisik hyuk membalas rangkulan hongbin, mesra; tak membantah gagasan hongbin hyung.  “aku yakin jika ada orang lewat, mereka akan berpikiran ada seorang pedhofil.” Desis hyuk ditelinga hongbin yang masih sempatnya berkata jahil. Hyukpun mengungkung hongbin semakin sesak sedangkan yang menjadi korban pelukkan yang cukup sadis itu hanya diam menahan diri saja, yang sebisa mungkin tidak terpancing emosi.

Dilain pihak, ucapan hyuk sepertinya menjadi kenyataan. Sesosok orang berjalan mendekat tempat mereka berdiri. Apartemen hongbin berada ditengah lorong, yang bisa kemungkinan akan sering dilalui orang. Dalam beberapa langkah saja orang itupun telah berdiri dihadapan hongbin yang dipeluk, pasrah; yang berarti tepat berdiri dibelakang hyuk. Orang itu menatap wajah hongbin dengan pandangan yang tidak bisa diartikan, seolah-olah pandangannya kosong. “bean?” ucap orang itu halus.

Mendengar ada sesorang yang berucap lirih, hongbin membuka matanya yang terpejam, yang sepertinya menikmati adegan ambigu mereka, sedangkan hyuk menoleh cepat kearah orang yang berdiri cukup dekat dengan mereka.

“hyung?” tukas hongbin memekik kaget, mencoba melepaskan pelukan; tergopoh-gopoh. Sedangkan hyuk juga sama terkejut bercampur bingung, karena sentakkan hongbin yang mendadak itu sampai-samapi ia hampir oleng namun dengan sigap ia bisa menguasai diri dan berdiri tegap.

“kau, laki-laki itu bukan?” sahut hyuk, berbalik arah. Mengamati seorang pria yang kulitnya kelewat putih, yang wajahnya selalu pucat pasi, tampak sakit.

“dia siapa, bean?” tak menggubris pertanyaan hyuk yang diajukan padanya. “hyuk.” terang hongbin, suaranya berubah menjadi tegas dan mendramatisir. Raut wajahnya pun berubah menjadi mengeras, dingin.

“bukankah kau yang ada dihalte waktu itu?” sela hyuk lagi, memastikan keraguannya bahwa ia pernah bertemu dengan lelaki itu.

“jadi apa hubungannya dengan hongbin hyung?” Tanya hyuk yang ditunjukkan kedua orang itu, hongbin dan lelaki dewasa itu. Menelengkan kepala meminta penjelasan secara gamblang.

“hyung, bisa kah kau masuk terlebih dahulu?” lugas hongbin memerintah tanpa ada sopan santun. Tanpa mengucapkan sepatah kata ataupun perlawanan, orang yang dipanggil hyung itu masuk kedalam apartemen. Hyuk hanya menunggu jawaban dalam diam smbil mengamati interaksi hongbin hyung dengan hyung itu.

 Setelah hyung itu menghilang dari hadapan mereka,  hongbin hyung tetap bungkam; tidak menanggapi omongan hyuk.

Akan tetapi ketidaksabar atas diam seribu bahasa hognbin dan sifat dasarnya yang ceplas-ceplos hyukpun menyuarakan isi hatinya. “sungguh menarik. jadi memang benar lelaki itu bersamamu?” kedua tangannya bersendekap didepan dada.

“jadi memang benar, kau masih penasaran denganku?” cercah hongbin, lagi-lagi mereka berbicara tidak jelas dan saling menyela hingga penilaian mereka terhadap tindakkan masing-masing diantara mereka selalu tidak sinkron. Sungguh Hongbin sudah lelah, harus terus beradu argument dengan hyuk tapi egonya mengatakan untuk tidak mengalah.

“aku cemburu dengannya? Ia bisa tinggal bersamamu.” Kata hyuk merajuk, entah itu benar merajuk atau ia menggoda hongbin. “aku iri pada hakyeon hyung.” tak mau kalah berdebat juga, ia harus bisa menjatuhkan hyuk.

“sungguh aku selalu berdecak kagum. Hubungan kita sungguh menyenangkan.” Ucapn hyuk selalu lain dengan hatinya  yang terasa panas ketika orang yang disebut hyung oleh hongbin hyung hadir dihadapannya, mengganggu kesenangannya. Ia sebenarnya hampir lupa dengan penyelidikan tentang si hyung itu yang memiliki hubungan dengan hongbin hyung.

“benarkah? Bukankah kita saling berpura-pura?” jujur hongbin, tak lupa memegang dagu; yang menjadi kebiasannya jika ia sedang bertanya sekaligus berpikir untuk menemukan jawaban benar.

“ya, begitulah. Tidak membosankan.” Tukas hyuk, Mengangkat kedua bahunya beralih memindahkan tangannya ke dalam saku celana. “dan kau hyung, aku benar menjadi suka padamu, berwajah malaikat namun sikapnya menakutkan.”

“bukan kah kau juga sama saja? Si evil yang memanfaatkan wajah malaikatnya.”

“berarti kita memang jodoh.” Cerocos hyuk menyunggingkan seulas senyum. Hongbin hanya memutar bola matanya jengah. “apa kita bisa saling bertukar informasi? Soal hyung tercinta?” celoteh hyuk lagi, bernegosiasi.

“tergantung.” bersandar pada pintu apartemennya sebagai penyokong tubuhnya seperlunya, lelah harus terus beradu mulut dengan bocah si*aln itu.

“ok, ide bagus.” Jawab hyuk yang sepertinya ia bisa mengerti arti kata tergantung dari hongbin hyung walau itu bermakna ambigu, yang berarti memiliki banyak persyarat ini itu untuk bisa mendapatkan informasi yang benar dan mendetail. “tapi tidak untuk hari ini. Sekarang sudah cukup malam untuk bocah seperti dirimu berkeliaran diluar.”

“wah, aku lupa. Mungkin karena aku terlalu senang bisa menjadi kekasih hongbin hyung.” berkata sekenanya  sambil terus tersenyum yang malah terlihat dibuat-buat.  Merentangkan kedua tangannya menunggu tindakkan hongbin untuk salam perpisahan sementara. “aku harus pulang dan kau kekasihku.” Memberi hint pada hognbin yang masih tak bergerak.

“apa?” yang dinanti tidak merespon dengan baik. “salam perpisahan, peluk.” Tegas hyuk to the point. Belum sampai hitungan ketiga, hongbin sudah memeluknya. “hati-hati dijalan. Dan aku tulus mengatakannya.” Cercah hongbin menepuk pungung hyuk halus lalu  segera melepaskannya. “sampai ketemu lagi. Aku akan menemuimu ditempat biasanya.” Ungkap hyuk melambaikan tangan.

“bye.” Membalas lambaian tangan hyuk dengan memandang hyuk yang berjalan menjauh sampai menghilang dari lorong apartemennya dan secara berbarenganpun mereka menyeringai dalam peran yang mereka lakoni, masing-masing.

===TBC====

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
nonafaya
#1
Hey would you be able to write this in english? I would love to read it then ^^