keep secret

keep secret

Selamat membaca

Chapter 7

VIxx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-cha-jung-lee-kim-lee-han-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx

“binnie…” kata jaehwan lantang, melambaikan tangan pada seorang siswa laki-laki yang sedang duduk, serius menatap layar handphone; di bawah pohon rindang.

Orang yang dipanggil pun menoleh kearah sumber suara sambil tersenyum, membalas lambaian tangan jaehwan. “hyung”

“akhirnya,kita bisa bertemu lagi.” Jawab jaehwan dengan suaranya yang meninggi dengan  sedikit berlari mendekati hongbin, kedua temannya pun yang ikut serta bersama jaewhan juga berlari.

 “ah, melelahkan sekali.” Sudah didekat binnie, membungkuk dan menarik napas kuat-kuat untuk mendapatkan pasokkan oksigen. “binnie, kenalkan ini kakak kelas kita, hakyeon hyung dan ini wonshik kekasihku.” Ungkap jaehwan masih ngos-ngosan Sambil memperkenalkan kedua teman yang mengapitnya,  hakyeon hyung berada disebelah kirinya dan disamping kanannya, wonshik.

“apa hyung-hyung, tidak papa?” lanjut binnie agak khawatir, melihat para hyungnya  yang kesusahan bernapas karena terlalu bersemangat berlari untuk menghampiri dirinya sambil memasukkan cellphone-nya.

“tidak papa. Hanya aku terlalu gembira saja. Bisa mengenalkanmu pada teman-temanku.” Tukas jaehwan tersenyum senang, menegakkan tubuhnya, merasa lebih baik. Sedangkan hakyeon hyung dan wonshik hanya berdiri tegak mendongakkan wajahnya keatas langit, menahan sesak napas sehabis berlari.

“annyong, binnie. Maaf ya, ini sungguh memalukan.” cengir hakyeon ceria setelah bisa mengatur napasnya, menyodorkan tangan, berinisiatif untuk berkenalan secara sopan.

“oh, ya. Hyung. aku binnie.” Lanjut seorang siswa laki-laki menjabat tangan hakyeon, tersenyum dengan lesung pipi tercetak jelas. “dan aku wonshik, tingkat kelas kita sama; kelas X.” terang wonshik mengebu-gebu, menarik tangan kiri hongbin ; memaksa langsung berbalas jabat tangan,  tanpa jeda. Hongbin pun hanya manggut-manggut agak terkejut, bingung.

“oh, ya. Bagaimana nanti sepulang sekolah kita makan di café terdekat? Sekalian hakyeon hyung  butuh refreshing.” sela jaehwan spontan tanpa meminta persetujuan dari teman-temannya yang masih asyik saling berjabat tangan sedangkan binnie hanya mengiyakan saja, mengangguk tanpa suara.

“jaehwan!!!” kata hakyeon, melotot tak setuju. “ bukannya kau bilang akhir pekan?” gerutu hakyeon melepaskan jabatan  tangan secara sepihak dan berkaca pinggang.

“ah, hyung. hanya hari ini saja. Sekalian ada binnie. ” Cercah jaehwan, tak mau tahu. “ Besuk-besuk, aku tak akan mengganggu hyung. Terserah hyung, mau berpusing-pusing atau menggila.  ” Lanjut jaehwan tetap bersikeras sambil menyikut wonshiki meminta pembelaan.

“iya, hyung. please. Kita sudah jarang berkumpul bersama.” Kata wonshik merespon cepat terhadap senggolan jaehwan yang meminta bantuan padanya, mulai mengeluarkan jurus merayu pada hakyeon hyung. “binnie juga menyetujuinya. Benarkan, binnie?” kata wonshik yang sepertinya menanggapi arti anggukkan binnie tadi sebagai persetujuan atas usulan jaehwan hyung.

“apa hyung, memikirkan fan gila itu? yang memberikan kertas jelek, tak berharga itu?” lanjut jaehwan masih tidak terima jika hakyeon hyung tidak menyetujui maksud baiknya.

“jaehwan, tutup mulutmu.” Bentak hakyeon, ia merasa jaehwan terkadang suka berbicara sembarangan. Refleks, wonshikpun membengkap mulut jaehwan untuk bersikap diam setelah ia berjabatan tangan dengan siswa laki-laki itu, binnie. “ sssttt…, jyanie.” Desis wonshik yang terdengar seperti ½ berbisik.

“ah, apa?” tanggap binnie mengerutkan kening bingung, ia agak penasaran dengan arah pembicaraan teman-temannya yang sepertinya ia mendengar sesuatu yang sedikit familiar.

 “ah, sudahlah. Pokoknya tidak ada penolakkan. Hakyeon hyung harus ikut.” Potong jaehwan cepat menyadari kesalahannya  yang berkomentar blak-blakkan, melepaskan tangan wonshk kasar. “tak ada tapi-tapian, hyung. tak peduli tentang belajar. Kau sudah cukup pintar, hyung.” imbuh wonshik, menimpali agar pikiran teman barunya binnie beralih dan lupa  apa yang dikatakan jaehwan hyung.

“eh, hyung-hyung and wonshik. Tidak papa, jika tidak bisa. Mungkin hakyeon hyung ingin menjadi yang terbaik.” Kata binnie mencoba menengahi, ia juga tidak ingin merepotkan teman-temannya itu. Sepertinya ia tak terlalu ambil pusing yang ia salah dengar dari komentar jaehwan hyung.

“ kita bertemu sapa disekolah saja tidak papa. Aku bersyukur ada yang mau berkenalan denganku selain teman-teman pertukaran pelajar.” kata binnie, intonasi ucapannya bergetar kecewa,  yang sejujurnya ia ingin berkumpul dengan teman barunya itu diluar sekolah.

“ah, tidak papa binnie. Aku mau kok. Nanti sepulang sekolah kita jalan-jalan bareng, mumpung aku tidak ada les dan tugas sekolah.” Cetus hakyeon langsung menyetujui usulan jaehwan, hakyeon tidak enak jika teman barnya itu ingin mengakrabkan diri malah dicuekin.

“jangan lupa nanti bawa si hyuk, hyung.” kata wonshik menanggapi, tangannya yang sempat membekap mulut jaehwan  dan dibuang secara kasar sudah berpindah menggenggam tangan jaehwan tanpa disadarinya.

“ok, bagaimana kalau kita cari makannya yang menentukan si binnie. Mungkin ada yang ia sukai, setidaknya kita tahu makanan kesukaannya. “ kata hakyeon mencetuskan idenya.

“benar? Boleh?” Tanya binnie memastikan gagasan hakyeon hyung bisa disetujui bersama, antusias. Raut wajahnya kembali cerah, senang.

“tentu.” Serempak jaehwan dan hakyeon hyung, “tak masalah.” sahut wonshik setelahnya, sambil memasukkan salah satu tangannya kedalam saku celana sekolah.

“gopchang?” tukas binnie, memiringkan kepala; mengekspresikan diri meminta persetujuan lagi.

 “wah, hyuk pasti suka.” Jelas wonshik melirik kearah hakyeon.

“tapi…hakyeon hyung tidak menyukainya?” terang jaehwan, menatap hakyeon hyung yang ada disampingnya.

“benar kah? Maaf.” Kata binnie dengan mimik mukanya terlihat menyesal, mengigit bibir bawahnya; cemas.

“tidak apa-apa. Nanti aku memesan yang lain saja.”  Jawab hakyeon cepat, sekali lagi hakyeon tidak bisa menolak keinginan teman barunya itu. Entahlah, meskipun ia suka berteman bengan banyak orang tapi kenapa dengan teman baru ini ia tak bisa berucap tidak sama sekali padahal teman-teman yang lain, baru dikenalnya suka mengalah dan mengikuti keinginannya.

“baiklah, kita akan cari kedai gopchang. Asal kalian tahu saja, kakakku suka sekali makan itu.” Cerocos binnie kembali, tak lupa selalu memasang senyum lebar dengan lesung pipi yang mengikutinya sehingga terlihat mempesona setiap kali ia tersenyum.

Tak terasa mereka asyik mengobrol; saling menimpali pembicaraan, bercanda sampai jam istirahat usai, memisahkan pertemuan singkat mereka untuk melanjutkan belajar. Mereka saling melambaikan tangan untuk mengakhiri acara ngobrol mereka dan berjanji kan bertemu kembali setelah pulang  sekolah.

.

.

.

.

Di dalam kedai gopchang, mereka sudah duduk saling berhadapan-hadapan sambil menanti pesanan makanan yang akan mereka bakar bersama. Wonshik bersebelahan dengan jaehwan, sedangkan hakyeon bersebelahan dengan binnie.

Selang beberapa menit menanti makanan yang sudah dipesan; datang seorang lagi, yang sengaja mereka undang dan direstui oleh binnie.

“hallo, hyuk. Bagaimana kabar sekolah?” sapa jaehwan pada seorang laki-laki yang jauh lebih muda dari mereka yang masih menggunakan almamater sekolah, hitam.

“baik, jyani.” Jawab hyuk agak tidak sopan, duduk disudut lain diantara jaewhan dan hakyeon hyung. jaehwan hanya memajukan bibir bawahnya, cemberut sedangkan wonshik mendelik tak suka pada hyuk setelah mendengar kata tak sopan yang keluar dari mulut hyuk tapi hyuk tak peduli, cuek.

“oh, ya. Hyuk kenalkan ini hongbin. Kau harus memanggilnya binnie karena dia menjadi teman dekat kita sekarang.” Cercah hakyeon, mengenalkan binnie yang nama aslinya hongbin pada hyuk, sepupunya.

“Sanghyuk.” Singkat hyuk, menyunggingkan senyum yang malah terlihat seperti menyeringai.

“Hongbin.” tukas binnie, Meremas tangan hyuk tanpa sadar.

 “kenapa baru mengenalkan hongbin hyung sekarang? Bukankah kalian satu sekolah?” Tanya sanghyuk penasaran tak sopan, melepaskan almamater dan menyampirkannya di sandaran kursi.

“dia, pertukaran pelajar. Ia satu tingkat dengan wonshikkie.” Jawab hakyeon.

“oh, begitu.” Tanggap hyuk yang hanya ber’oh’ saja. “terus, Hongbin hyung suka gopchang?” beralih menatap hongbin, meminta hongbin yang berbicara.

“ya, aku suka tapi hakyeon hyung tidak menyukainya. Apa ini tidak apa-apa?” Tanya hongbin berulang kali masih merasa tidak enak dengan permintaannya harus disepakati bersama.

“kau tak perlu mengkhawatirkannya. Ia tidak akan mati h. Paling dia hanya muntah-muntah.” Kata hyuk tanpa beban, tak ambil pusing dengan ucapannya.

“apa?” ungkap hongbin tampak terkejut, gelisah. “sebaiknya tidak jadi saja.” Bangkit dari duduknya, ingin membatalkan pesanannya dan mengajak ketempat lainnya.

“hyuk, kau jangan berlebihan.” berang hakyeon, menggenggam salah satu tangan hyuk yang diatas meja, meminta hyuk untuk menarik ucapannya dan meminta maaf pada hongbin sambil menatap hyuk memelas.

Karena hakyeon hyung memohon dengan tatapan menyedihkan menurut hyuk sediri sehingga mau, tak mau hyuk harus melakukan perintah hyungnya itu. “hongbin, hyung?” ucap hyuk serius. Refleks jaehwan dan wonshik melirik kearah hyuk, diam membisu yang semula berlovey-dovey. Hongbinpun juga terdiam dari acaranya berdirinya, menoleh pada hyuk.

“hongbin hyung, kau cantik juga. Kau mau  jadi pacarku?” tegas hyuk malah bukan mengucapkan kata minta maaf sambil memukul tangan hakyeon hyung halus bermaksud mengusir tangan hakyeon hyung dari tangannya. Secara bersamaan jaehwan dan wonshik terbatuk-batuk.

“yak, hyuk.” Refleks hakyeon menggeplak kepala hyuk sambil berdiri. Hongbin yang sudah berdiri dari tadi yang berniat memanggil pelayan kedai semakin membeku dalam keterpakuannya setelah mendengar omongan hyuk.

“aku serius.” Sambil mengusap-usap kepalanya yang berdenyut sakit. “kami sudah pernah bertemu beberapa kali.” Lanjut hyuk enteng, menjelaskan.

“kenapa kau tak cerita padaku?” sergah hakyeon penasaran, duduk kembali. Memandang tajam pada hyuk.

“aku bertemu dia di gerbang belakang  waktu aku menungguimu, hyung.” terang hyuk jujur.

“apa hyung percaya dengan cinta pandangan pertama?” jawab hyuk lagi seolah malah mencoba mengibuli hakyeon untuk mempercayai ucapannya.

“kau pasti bercanda.” Tukas hakyeon antara percaya dan tak percaya.

“binnie, duduklah.” Ucap wonshik mulai menyadari ucapan hyuk adalah lelucon yang menyebalkan tapi tetap memibiarkan hakyeon hyung trertipu. “ Tak perlu mencemaskan apapun, kami suka bercanda. Biasakanlah dirimu dengan orang-orang aneh ini.” Tukas wonshik menyuruh hongbin duduk kembali dan berusaha menenangkan pikiran bingung hongbin yang terbaca jelas diwajah hongbin setelah wonshik dan jaehwan berhasil meredakan batuk-batuk mendadaknya.

“duduklah, anggap saja ia bercanda. Jangan dimasukkan di hati.” Kata jaehwan menambahi argumen wonshik agar hongbin yakin.

“sudahlah, duduk saja. Binnie hyung. aku hanya asal bicara.” Tukas hyuk. “ya, aku hanya bercanda kok, hakyoen hyung.” lanjutnya pada hakyeon masih memasang muka serius.

“yak, kau dasar. Bocah evil.” Memukul sekali lagi kepala hyuk cukup keras. “sakit, hyung” hyuk mengadu kesakitan. “maaf, Binnie hyung.” Jelas hyuk sekali lagi pada hongbin.

“santai sajalah.  Jangan tegang. Bukankah kita berteman sekarang.“ ungkap hyuk ceplas-ceplos, mengedipkan mata sambil menyeringai.

“ayok, binnie. Jangan diambil hati. Dia hanya bercanda. Dia memang usil. Ayo, kita makan.” Paksa hakyeon  juga, menarik-narik tangan hongbin untuk segera duduk.

Hongbin hanya mengangguk yang mengisyaratkan jawaban ya, kembali duduk. Mereka balik saling bercerita lagi tanpa canggung, seakan telah lupa dengan drama cinta yang dibuat oleh hyuk. Makanan pesananpun datang selang beberapa menit kemudian.

Pengakraban yang cukup lama tersebut, diakhiri dengan mengantar hakyeon hyung, wonshik dan jaehwan di halte bus, tiga orang itu pulang bersama sedangkan hyuk mengantar hongbin sampai diapartemen hongbin dengan menumpang kereta bawah tanah. Entahlah, sepertinya hyuk punya modus, yang ingin sekali mengantarkan hongbin dengan memaksa.

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
nonafaya
#1
Hey would you be able to write this in english? I would love to read it then ^^