HALTE BUS (version kyuhyun siwon)

Description

lelaki itu hanya diam tidak tahu harus bagaimana? ia berdiri di halte bus, menatap hujan yang sakan menggambarkan suasananya yang resah. ia juga tidak peduli bila mantelnya sudah basah kuyub karena tempat berteduhnya tidak benar-benar membantunya terlindung dari hujan lebat yang bercampur angin. apa benar ia belum bisa dimaafkan? ia tidak mengerti, ternyata sesakit ini jika seseorang yang kamu sayangi tidak menerimamu.

Foreword

Suasana yang sepi, hampir tak ada orang yang berlalu lalang disepanjang jalan padahal  jam masih menunjukkan pukul 5 sore dan hari dimana orang-orang menghabiskan waktunya untuk menghilangkan penat.  Ya, mau bagaimana lagi? Keadaan yang senyap ini terjadi karena hujan deras telah mengguyur kota  dan sesekali siluet putih tampak senang menggoreskan diri pada dinding mendung diatas yang bernama langit. Penggambaran seperti itu sudah cukup membuat orang-orang bergidik malas, tak ingin keluar rumah; lebih memilih berdiam diri ditempat yang hangat dengan ditemani secangkir coklat panas.  namun hal itu tidak berlaku pada satu orang yang masih berdiri tegap di halte bus sambil menatap intens pada titik-titik air yang jatuh ke tanah. Entah, orang itu memang nekat ingin keluar atau sial karena ia tidak mengira bahwa hujan akan datang lebih awal dari perkiraannya. Ia masih setia dengan tingkahnya yang terbilang konyol itu, ia hanya diam; tak bergerak sedikitpun, menggosok-gosokkan kedua tangannyapun tidak ia lakukan walau hanya sekedar untuk menghangatkan tangannya yang mulai terasa dingin. jika ada orang yang berani keluar seperti dirinya dan berjumpa padanya, mungkin akan mengira ia adalah maneken penuh pesona yang sengaja dipindahkan di halte bus oleh perusahaan fashion sebagai sensasi promosi. Ia berperawakan tinggi atletis bak model dengan garis wajahnya yang tegas, begitu tampan. 

Di lain sisi, mungkin ini sebuah keajaiban atau ketidaksengajaan; seorang pemuda dengan rambut eboni, kulit yang pucat dan wajah manis, tak lupa juga senyumnya yang mampu membuat semua orang meleleh ingin memilikinya jika kau mendapatkan kesempatan melihat senyumnya itu sedang berlari sekuat tenaga menghampiri halte bus. Ya, tragedy unik ini bisa diartikan bahwa orang yang seperti patung itu tak akan sendirian dan kesenyapan tidak menemaninya lagi.  “hyung, maafkan aku.” Kata pemuda manis itu, mencoba bernapas dengan benar setelah ngos-ngosan berlari sambil membenarkan rambutnya yang berantakkan dan basah, tidak tertutup tudung jas hujan. Ia terlihat menggemaskan dengan gaya menggosok-gosok kasar rambutnya. Ternyata pemuda manis itu mengenal orang yang dari tadi hanya diam seribu bahasa. “maaf, membuatmu terluka? Aku tidak bermaksud seperti itu.” Lanjutnya, mendekati orang yang telah dipanggil hyung oleh dirinya. “aku akan mempedulikanmu. Aku tak akan marah padamu lagi. Maafkan aku.” Tukas pemuda manis itu berulang kali; menarik tangan laki-laki yang masih setia dengan sikapnya, membisu. Perbedaan kulit mereka begitu kontras, pemuda manis itu kulitnya putih pucat seperti warna porselen sedangkan orang yang masih diam saja berwarna tan.

 “hyung, maafkan aku. Aku tahu, aku salah. Aku mencacimu dan menuduhmu tidak berguna tapi aku tak ingin kehilangan lagi. Aku mohon.“ ucap pemuda manis itu memelas, tidak peduli hujan semakin deras terbawa angin dengan gemuruh guntur yang terdengar cukup keras walau ia cukup menahan diri untuk tidak takut akan suara petir dan halte yang ia datangi.

TBC

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet