keep secret

keep secret

chapter 3

selamat membaca

VIXX-VIXX- jellyfish ent-VIXX-VIXX

.

Telpon genggam Hakyeon berbunyi berkali2 diatas nakas sebelah tempat tidurnya, sedikit menggerutu sebal ia bangun dari kegiatan berguling-gulingnya diatas kasur setelah  acara membersihkan diri namun hakyeon mengurungkan diri mengambil hp ketika matanya menangkap kertas-kertas kumal itu tersusun secara berurut; ia teringat pada hari minggu, kemarin.

Ia mendapatkan surat itu saat sahabat dan saudara sepupunya meninggalkan dirinya sendiri dirumah. Kala itu dia menyirami pot-pot kecilnya dipetak tanah yang tidak luas yang sudah dia anggap sebagai pekarangan mini, ia menemukan kertas kusut itu di pot bunga kesukaannya.

Kertas itu adalah kertas jelek ke 4 yang ia dapat. Jika di urutkan kertas itu seolah mengajaknya dan meminta tolong sekaligus mengancamnya. Kertas pertama berisi 12 digit yang merupakan nomor handphone. Kertas kedua berbunyi aku mempunyai sebuah rahasia. Kertas ketiga: apa kamu bisa menjaga rahasia?; Kertas keempat: sebaiknya kamu benar-benar menjaga rahasia ini. Kertas kelima: rahasia ini hanya kau yang  mengetahuinya

Surat kelima itu ia dapat sepulang sekolah hari ini. hakyeon agak takut juga dengan surat-surat itu. Ia terkadang berpikir yang tidak-tidak (negatif), Ia merinding jika pengagumnya mengintip setiap gerak geriknya dimanapun ia berada. Bisa saja penggemarnya itu seorang maniak yang memiliki obsesi berlebihan hingga membuatnya dalam bahaya.

Pikiran yang tidak beres itulah semakin menguras tenaga dan otaknya. Hakyeon juga ragu untuk menelpon kembali pada nomor telpon yang tertera pada kertas lecek itu. ia tak tahu apa yang harus dilakukan? Ia tak bisa menelpon polisi sembarangan jika tak ada bukti yang kuat. Iapun juga berulang kali menggali ingatannya, mungkin saja kertas usang itu  ada hubungannya dengan masa lalunya.

Mencoba mengingat kejadian-kejadian lalu dan pikiran yang semrawut malah membuatnya tidak menemukan titik terang; ia memutuskan memejamkan matanya, menyamankan diri di kasur; ia tak mau tahu pelajaran besuk, ia tak peduli belajar malam ini. Ia sudah terlalu penat setelah mengikuti kelas tambahan dan les. Ia berharap surat-surat itu hanyalah sebuah lelucon.

.

.

VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX

.

.

Jika tadi malam ia bilang tak menggubris pelajaran hari ini dan menyetujui saran gila ala wonshik, maka hakyeon hari ini sudah melakukannya. Ia diam-diam, bersembunyi di ruang yang tak mungkin terlihat oleh guru disiplin ataupun guru lainnya.

Ia menanti jam yang tepat untuk keluar dari persembunyian lalu memantau lokernya. Ia sudah tak tahan, siap sebenarnya yang berhasil mengusik ketenangannya. Ini momen dimana ia sudah kelas tiga, kenapa hal gila itu terjadi disaat tak tepat.

Sampai jam istirahat pertama pun, belum tampak seorangpun yang mendekati lokernya. Ia juga semakin heran, kenapa siswa-siswi hari ini tak ada yang memasukkan surat cinta pada lokernya? Apa penggemarnya mulai bosan padanya? merasa kecewa dan sudah terlanjur membolos, ia pergi ke ruang uks dengan mengendap-ngendap.

ia berpikir lebih baik menghabiskan waktunya di ruang uks untuk tiduran daripada ke perpustakaan yang ujung-ujungya juga tidak konsentrasi lagian ia bukanlah anak pintar yang sangat-sangat suka sekali ke perpustakaan untuk mengisi waktu luang.

Setidaknya, ia bisa bernafas; melupakan  masalah yang didapatnya. Akhir-akhir ini, ia mudah sekali merasa tidak baik.

Disalah satu bilik tidur, diruang uks; Hakyeon perlahan membuka hp dan mulai chatting dengan teman-teman grupnya, ia menarik selimut sampai menutup kepalanya agar tidak ketahuan jika ia hanya berpura-pura sakit.

Pesan-pesan singkat digrup chattingnya cukup menghiburnya. ia menyuruh jaehwan dan wonshik membawakan makanan diistirahat kedua, ia juga menceritakan bahwa hari ini nekat melakukan ide yang di berikan wonshik dan merajuk jika tak ada yang  memberikan surat cinta didalam lokernya.

Komentar jahil dan nasehat bermunculan dilayar hp.nya, terkadang mereka juga mengancam akan melaporkan tindakkannya, hakyeon. Grup chat itu hanya terdiri 11 anggota saja termasuk dirinya.

“hei, bangun.” Kata seseorang mengintrupsi hakyeon, menepuk-nepuk bahu hakyeon pelan secara intens.

“ya?” balas hakyeon, secara lambat dan memang sengaja di perlambat; hakyeon membuka selimutnya sembari menyimpan handphonenya dibawah bantal.

“ayo, pulang?” tukas orang tersebut, berdiri di samping kasur hakyeon; sesekali melirik pintu uks.

“apa kau mengenalku?” Tanya hakyeon bingung masih tak mau merubah posisi.

Tanpa basa-basi, orang yang kelihatannya umurnya sama dengan hakyeon; menariknya, mengakibatkan hakyeon hampir terjatuh.

“hei, pelan-pelan. Kau siapa? Aku tidak mengenalmu.” Mencoba melepaskan genggaman tangan orang tersebut. “kenapa kau bisa masuk kesini. Apa kau juga membolos?”

Disela perdebatan, dari arah pintu terdengar derap langkah kaki.

Laki-laki yang tak dikenal hakyeonpun, mendorong hakyeon kembali ke kasur,menarik selimut  dan bersembunyi dibaliknya dengan posisi miring dan  memeluk pinggang hakyeon dari belakang. Hakyeon juga merasakkan panas napas laki-laki itu dari tengkuknya.

“hakyeon?” kata seseorang yang jauh lebih tua, menatap hakyeon untuk memastikan yang terbaring di kasur adalah seorang siswa yang ia kenal.

“ya, ssaem.” Kata hakyeon gugup antara takut ketahuan dan malu.

“kau sakit?”Tanya saengnim sedikit curiga dengan posisi tidur hakyeon. “kau dengan siapa, hakyeon?” lanjut saengnim telak, bertugas sebagai dokter uks. “kenapa kamu membolos?” berkaca pinggang.

Hampir warga sekolah mengenal hakyeon yang terkenal cerewet dan ramah, suka mengikuti berbagai macam kegiatan sekolah meskipun dia bukan termasuk 10 besar juara sekolah.

Dokter uks yang sedang mengajak bicara dengan hakyeon saat ini merupakan salah satu warga yang mengenal hakyeon dengan baik walaupun jarang bertemu, sebab dokter uks tersebut mempunyai segudang gossip yang up to date, yang bersumber dari para siswa yang suka sekali menemuinya hanya untuk berkeluh kesah. Siswa-siswi pun menjadikan dokter uks sebagai guru favorit yang bisa memahami siswa daripada guru BK yang begitu kaku.

 Hakyeon tidak  menjawab pertanyaan seangnim, ia malahan memejamkan mata. “baiklah, aku membiarkan kalian berdua disini tapi ingat jangan berlebihan dan setelah istirhat kedua kalian harus kembali ke kelas. Aku akan pergi ke ruanganku.” Meninggalkan hakyeon, geleng-geleng kepala seakan tidak mengetahui tingkah anak generasi sekarang.

Ruang uks dipisah menjadi dua bagian, satu untuk ruang periksa sedangkan yang lain untuk tempat istirahat dengan tersedia beberapa kasur.

“hei, lepaskan. Kau ini siapa?” melepaskan pelukkan laki-laki tersebut, ia tidak tahan jika diperlakukan seperti itu; bisa-bisa ia hanyut dalam kenyamanan. Bukankah ini aneh, ia merasa senang seolah pelukkan laki-laki yang memiliki tatapan tajam itu tak ingin melepaskannya dan ingin melindunginya.

Laki-laki itu tak mendengarkan perkataan hakyeon; ia malah memunggungi hakyeon, memaksakan diri memejamkan mata dan menutup dirinya dengan selimut sedangkan hakyeon yang bangun dari acara pura-pura tidurnya hanya memanyunkan bibirnya. Tak mengerti harus berbuat apa? Ia hanya menggeret kursi dan menunggui laki-laki aneh itu tertidur.

.

.

VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX

.

.

Di malam hari, setelah pulang sekolah.

“hyung, kau kemana saja? jaehwanie, mencarimu.” Kata hyuk, sudah ada disamping hakyeon sambil mengemut lollipop. “aigoo, kau membuatku jantungan.” Ucap hakyeon, mundur beberapa langkah; memegangi dada terkejut.

“kau menungguku? baik sekali.” Ejek hakyeon tidak menyangka saudaranya bersedia jauh-jauh datang menungguinya di gerbang belakang sekolah. "Kenapa kau disini? Apa kau bolos jam sore?" lanjut hakyeon, menatap menyelidik.

“jaehwan, menelponku terus menerus. Ia panik setengah mati. Katanya kau menghilang dan diculik. Aku jadi bingung, sebenarnya jaehwan itu ibu kamu atau saudara kandungmu?” tegas hyuk, memasukkan tanganya di kantong celana.

“dasar kau.” Menempeleng kepala hyuk yang kini tingginya hampir menyamainya, tidak jadi mengintrogasi hyuk yang membolos. “hyung, sakit.” Sambil mengusap-usap kepalanya.

"Hyung!" ucap hyuk cukup lantang, mencoba mencegah hakyeon berjalan menjauhi dirinya. "Apa hyung baik2 saja?" tanya hyuk setelah hakyeon berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Memang kenapa?" jawab hakyeon memasang wajah polos.

“sebenanya ada apa? Apa kau lelah? Jangan memaksakan diri.”cerocos hyuk lagi berubah serius, hyuk yakin hakyeon sedang menyembunyikan sesuatu; dari gelagat hakyeon yang tidak tenang, hyuk bisa melihat ekor mata hakyeon yang selalu waspada dan khawatir tapi tercampur rasa senang yang baru muncul. Seperti orang yang penyakit kejiwaannya kambuh.

"Aigoo, bocah ini. Kenapa? Jangan berlebihan seperti itu. Aku tidak yakin ini hyuk." cerocos hakyeon, menarik tangan hyuk untuk segera jalan.

"Hyung?!" kata hyuk menggenggam tangan hakyeon erat, tidak menyetujui tingkah hakyeon yang menyeretnya memaksa dan berusaha untuk tidak perlu khawatir dengan sikap hakyeon.

"Apa lagi, hyuk? Akan ku adukkan bibi kalo kau membolos lagi dan suka berkeluyuran." ancam hakyeon, malas meladeni sikap hyuk yang tampak mengasihani dirinya, dilihat dari binar mata hyuk yang cemas.

"Coba hyung tanya bibi, mungkin jaehwan saudaramu yang hilang?" jelas hyuk, merubah raut wajahnya tampak puas, senang kegirangan. Melepaskan tangan hakyeon, berlari. Tidak ingin mendapatkan pukulan lagi.

"Yak, kau. Dasar bocah, tak tahu diri." ikut berlari mengejar hyuk yang mulai menghilang dari pandangnya.

Untuk sekian kalinya hakyeon tidak mau menceritakan kegelisahannya. hakyeon semakin bingung, hari dimana dia membolos malah ada laki-laki stress yang tidur minta ditemani olehnya dan kertas jelek itu tidak datang dilokernya, Surat yang lain pun juga tidak. Sebenarnya apa yang terjadi? dia yang tidak waras? Atau dirinya kini sedang kena penyakit ilusi? Hal sepele ini semakin merusak pikirannya.

.

.

VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX

.

.

Keesokkan hari, SMA X di salah satu kelas tingkat tiga (12).

“hyung apa kau baik-baik saja? Apa ssaem menangkapmu? Aku tidak menemukan mu di uks. Aku mencarimu disetiap sudut sekolah.”Kata jaehwan menaikan suaranya 1 oktaf berubah suara seperti ahjumma-ahjumma; seperti biasa wonshik di belakang jaehwan, membuntutinya layaknya bodyguard. Mereka nyelonong masuk ke dalam kelas begitu saja, untungnya ini masih terlalu pagi jadi belum ada siswa lain selain hakyeon yang datang ke dalam kelasnya.

“aku baik-baik saja, jaehwan. Aku tidak kemana-mana hanya bersembunyi ditempat lain.” Bohong hakyeon tersenyum.

“bagaimana? Apa hyung berhasil? Siapa pelakunya? Apa dia salah satu penggemar beratmu.” Tanya jaehwan berbisik, duduk pada kursi depan yang ia balik menghadap hakyeon; wonshik duduk di samping hakyeon ikutan nimbrung.

“tidak, hari itu tak ada surat-surat masuk ke lokerku.” Singkat hakyeon, mengeluarkan roti yang ia beli sambil menawari dua makhluk absurd itu.

“apa mungkin, dia tahu kalau hyung sedang mengawasinya?” jelas wonshik; mengangkat alis sebelah kanan, yang menandakan dia sedang berpikir.

“bisa jadi? Itu berarti dia, sekolah sini.” Jawab jaehwan membenarkan perkatanya sendiri.

“kira-kira sapa ya?” pikir jaehwan, menggetok-getok kepala dengan jari lentiknya.

”ah, aku ada ide. Sepertinya kita perlu mendaftar surat-surat yag dulu pernah menyatakan cinta pada hyung. Hyung masih menyimpannyakan?” ujar jaehwan, mendapatkan ide yang muncul begitu saja diotaknya.

“ah, iya.” Jawab hakyeon tergagap, membuyarkan pikirannya. Tidak sadar kalau dirinya melamun ditengah obrolan temannya. Sekali lagi makanannya terabaikan olehnya.

 “hyung, jangan khawatir, nanti kita kan membantumu. Pokoknya besuk kasihkan sebagian surat-suratnya padaku, aku kan mengelistnya.” Menepuk-nepuk punggung hakyeon keras sambil tertawa aneh seperti penyihir wanita yang kesenangan. Hakyeon mengangguk-angguk, mencerna apa yang diucapkan jaehwan.

“ok, kita balik dulu hyung. Bye...bye...” terang jaehwan, menarik tangan wonshik yang tampaknya terkejut atas perlakukan jaehwan yang tiba-tiba padahal dia sedang ikut berpikir tadi.

Duo sejoli yang terkenal disekolahan itu terkadang seenaknya sendiri menemui hakyeon di kelasnya, terkadang mereka menemui hakyeon hanya untuk sekedar absen atau sekedar say hello tapi jika mengalami kebosanan mereka bisa seharian menempel pada hakyeon.

“atau memang dia pengirim surat itu? Cowok sekeren itu? Mana mungkin melakukan hal aneh seperti itu? Dan tak mungkin dia bersekolah disini. Aku tak pernah melihatnya.” Monolog hakyeon, seorang diri.

Ia memutar otaknya, mengingat kejadian kemarin.

Tak terasa bel istirahat kedua berbunyi, itu menandakan ia harus segera pergi dari uks dengan laki-laki itu. Tanpa ragu-ragu ia membangunkan laki-laki itu. “kamu cepatlah bangun, aku harus kembali ke kelasku.” Jelas hakyeon berdiri, mengembalikan kursi yang ia gunakan untuk menunggui laki-laki itu.

“aku tidak tertidur.” Balas laki-laki itu dengan suara lembutnya yang hampir tidak terdengar, ia berbenah diri; merapikan bajunya yang sedikit kusut. Hakyeon hanya mengamati diam-diam betapa tampannya laki-laki itu dengan kulit putih pucatnya seakan kulitnya kekurangan cahaya matahari dan bibirnya yang membentuk curva.

Larut dalam pengamatannya, hakyeon tidak menyadari bahwa laki-laki itu sudah berdiri cukup  dekat dihadapannya, dalam hitungan detik laki-laki itu dengan lancangnya mencium lembut bibirnya tanpa ada penekanan secara kasar seakan laki-laki itu meluapkan perasaannya pada hakyeon.

“ah, sudahlah. Ayo, fokus lagi. Tak usah pedulikan dia.” Membuyarkan ingatannya, ia merasakan pipinya memerah.

Beberapa temannya sudah pada berdatangan, refleks hakyeon menyapa teman-temanya seperti biasanya tetapi dibalik itu semua, ia mencoba menutupi sifat konyol dan kebingunganya pada peristiwa yang tidak bisa ia mengerti akhir-akhir ini.

.

.

VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX-VIXX

.

.

malam hari, hanya beberapa siswa yang masih berada disekolah karena berbagai kegiatan sedang diikuti seperti klub sepak bola, basket, seni tari dan lain sebagainya kecuali siswa-siswa tingkat tiga.

“jadi kau yang selalu memasukkan surat aneh itu pada hakyeon.” Kata seseorang yang masih memakai seragam sekolah sepertinya sudah menunggu orang itu keluar dari gedung sekolah.

 “apa yang kau katakan? Hakyeon? Oh, sih terkenal itu?” balas orang itu menghampiri sosok yang dengan angkuhnya menungguinya.

“kenalkan aku hongbin.” Kata orang yang sudah keluar dari gerbang sekolah itu ke-GR’an. “sepertinya kau hafal seluk beluk sekolah ini.” Lanjut orang yang memperkenalkan diri.

“bukankah, kau yang jauh lebih hafal sekolah ini, kau seenaknya keluar masuk sekolah tanpa ada yang menegurmu. Dan kau bukan siswa disekolah ini.” Jawab orang yang menungguinya, melihat baju yang dikenai hongbin bukan seragam sekolah tersebut. “kenapa kau melakukannya?” lanjut orang yang mendekati orang yang mengenalkan diri sebagai hongbin.

“melakukan apa? Aku tidak mengerti maksudmu, bocah.” Terang orang yang bernama hongbin, tersenyum sok polos; tampak dimple terpasang dikedua pipinya.

“berkeliaran tidak jelas. Ya, penjahat mana ada yang mau mengaku? jarang ada yang keluar masuk dan lewat pintu belakang sekolahan begitu saja.” Ungkap orang tersebut penuh selidik, menarik kerah jaket hongbin. Entah sejak kapan ia sudah memegang erat kerah coat hongbin.

“aku bisa melaporkanmu bocah, diam-diam kau membolos dan menjadi stalker. Apa lagi kau lebih suka mengamatiku akhir-akhir ini.” Balas hongbin, menatap penuh remeh.

“tak masalah, kita lihat siapa yang bisa mencuri start dan mengakui kelakukan konyol ini.” Jawab orang itu tak gentar sedikitpun.

“cukup bernyali juga, bocah.” Tukas hongbin berusaha melepaskan tangan orang yang ia panggil bocah.

“dan jangan kepede-an. Aku tidak menguntitmu.” sahut orang yang masih memakai seragam sekolah namun berbeda seragam dengan sekolah yang ada didepannya.

“ternyata kau cukup lemah juga. Ingat jangan kau berbuat ulah pada hakyeon. Aku tahu kau sedang bermain hide and seek dengannya.“ menyunggingkan senyum penuh kemenangan, ia merasa senang melihat hongbin yang bodoh tak mampu melepaskan tangannya. Itu memberikan petunjuk padanya jika hongbin bisa dikalahkan dan takhluk padanya.

“bocah yang sok tahu. Belajar sajalah, jangan bermain disini. Apa hakyeon itu pacarmu?” tukas hongbin, berhasil melepaskan diri dari tangan bocah itu meskipun sedikit meronta.

Orang yang ditanya hongbin tak menjawab malah menyeringai. “kau pikir aku takut dengan tampangmu  yang seperti itu?” Ejek hongbin, membersihkan kerah bajunya. “ya, ikuti saja aku. Memastikan bahwa aku bukan ancaman untuk pacarmu, hakyeon? Seleramu aneh, suka yang lebih tua?” lanjut hongbin tanpa pikir panjang, mencoba menyulutkan kemarahan bocah yang dihadapannya.

Hongbin yakin, anak  yang ada dihadapannya akan cepat emosi berarti ia telah menemukan mainan baru lagi meski ia lemah fisik dengan bocah yang ada dihadapannya, ia yakin ia bisa membuat perangkap pada si bocah itu dengan otak jeniusnya Ia merasa permainan ini akan menjadi lebih menarik jika melibatkan bocah pemberontak yang ada dihadapannya ini.

“lain kali sajalah, aku mengikutimu. Aku sedang diburu waktu. Masih banyak yang harus aku lakukan dan ada yang jauh lebih penting.” Jawab bocah tersebut, melihat jam tangan sekilas.

 “Nanti kalau aku bosan, aku kan membuntutimu. Mulai hari ini dan dari tempat ini.” Kata bocah itu lagi tersenyum absurd.

 “ok, sampai ketemu lagi di tempat ini. Tunggu aku disini karena Aku hanya bisa mengikutimu mulai dari tempat ini, gerbang belakang sekolah sma X.” Pergi meninggalkan hongbin dengan sikap yang sok cool sambil melambaikan tangan.

“dasar, bocah t*ngik.” Bergumam agak kesal namun senang. ”awas saja kau.” Menatap bocah menjengkelkan itu yang sedang memunggunginya, berjalan menjauh.

------- TBC -----

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
nonafaya
#1
Hey would you be able to write this in english? I would love to read it then ^^