keep secret

keep secret

Chapter  4

Selamat  membaca

 

vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx

 

"Hongbin hyung?"ucap seorang remaja laki-laki, melepaskan headset sebelah kiri bersamaan membuka tudung jumpernya. Ia sedang menunggu orang yg dipanggil itu, diseberang apartemen.

"s*al" umpat orang yang merasa dirinya dipanggil, terkejut.

"Jadi rumah kamu disini?" kata si pemakai jumper, tersenyum sok akrab.

"Kenapa kau disini? ternyata kau menakutkan juga." ejek hongbin, melihat keseluruhan badan si jumper berulang kali dari atas sampai ke bawah.

Ia memastikan bahwa si pemakai jumper itu adalah orang yang sama, ia temui tanpa sengaja di gerbang sekolah belakang. Orang yang seenaknya masuk kedalam rencana bodoh yang ia buat, orang yang memberi riak pada air yang deras dan tenang.

"Aku hanya pergi ke supermaket untuk membeli  persediaan makanan yang habis." senyum si jumper dengan warna biru navy antusias, menunjukkan seplastik barang belanjaannya.

 "Bagaimana kalau aku makan ditempatmu?" paksa si jaket biru navy masih dengan menyuguhkan senyum palsu yang menggemaskan.

"Menarik juga." jawab si hongbin tak nyambung sambil  memberi isyarat jari kalau hongbin setuju atas permintaan si jumper biru navy, disepanjang perjalanan mereka; si jumper itu bergumam terus menerus, tak lupa ia kembali menutupi kepalanya dengan tudung jumpernya yang berbulu hitam, terkesan misterius.

"Berhentilah kau bernyanyi lagu itu." sela hongbin seakan risih dengan lantunan lagu yang hanya diucapkan dengan kalimat 'hmm...hmmm..'

"Oh, hongbin hyung tahu Lagu itu?" tukas si jaket misterius itu. "Apa maksudmu?" berhenti sejenak, menatap ke dalam mata si lawan bicara  yang tertutup oleh bayangan tudung itu.

 "Apa rahasia itu harus dijaga dan kau simpan dikantong? Jika rahasia itu terbongkar." lanjut si bertudung.

"Gloomy sunday jauh lebih menakutan menurutku. Liriknya menyedihkan." kata hongbin, memutuskan arah pembicaraan yang tampaknya tidak ia sukai.

"Aku pikir itu rumahmu? ternyata bukan. Lebih baik aku pulang saja, ini sudah terlalu malam. Besuk kita bertemu lagi. Bye..." tegas si jumper yang begitu ambigu tingkahnya, susah ditebak. "S*al, ini membuatku gatal. Ingin sekali ku garuk segera." lagi-lagi hongbin berkata kasar yang sebelumnya dia tak pernah mengungkapkan kekesalannya dengan berbicara kurang *jar.

Ia pun juga masih menyempatkan dirinya untuk menatap kepergian si  jumper biru navy itu yang perlahan lenyap dikegelapan jalan.

"Tak kusangka, rencananya semakin berjalan cepat. Baiklah, ini jauh lebih bagus daripada tak ada kesenangan yang lain." kembali bercicit sendiri meneruskan perjalanan pulangnya. “bocah s*alan.” Tak sengaja mengumpat lagi. Entah, ia mudah sekali uring-uringan bila berdekatan dengan laki-laki itu yang hari ini memakai jumper biru navy.

.

.

.

******************

.

.

.

“ Hyung?” teriak jaehwan yang menggema di lorong sekolahan, ia berlari mengejar hakyeon yang sedang berjalan keluar menuju gedung serbaguna. Sapaan yang memekakan telinga itupun tak luput dari perhatian warga sekolah yang juga melewati lorong sekolah itu, mereka secara serempak menoleh kearah jaehwan dengan wajah antara kesal, takjub dan terkejut.

 

“hei, jaehwan? Kau mengganggu ketenangan orang.” Tegur salah satu guru bahasa yang kebetulan berjalan di lorong itu.

“maaf, saengnim.” Spontan jaehwan, yang berhenti berlari dan berteriak-teriak. Ia tak ingin mendapat skor lagi karena menurutnya hukuman yag diberikan guru itu tak menyenangkan. Ia tidak suka harus membersihkan toilet seluruh sekolah ataupun memilah-milah sampah.

 

“sekali lagi, kau sepeti itu. Aku akan memberimu hukuman. Sekarang berjalanlah dengan tenang.” Nasehat guru bahasa itu dan berlalu meninggalkan jaehwan yang hanya mengiyakan tutur gurunya dengan menggangguk.

 

Setelah guru itu pergi jaehwan kembali meneruskan misinya, mengejar hakyeon hyung dengan berjalan cepat, tidak berlari;  ia takut mendapat teguran kedua dari guru lain. “kenapa hakyeon hyung, tak mendengarkanku? Kemana juga si wonshik mesum itu.” Gerutu jaehwan.

 

Sesampai digedung serbaguna alias disisi lain basecamp ekstrakulikuler sekolah, Jaehwan celingukan dan menyembulkan kepala ke ruangan pintu club satu persatu sambil berucap lantang menyebutkan nama hakyeon hyung.

 

Siswa-siswa yang berada di club terkadang dibuatnya ketakutan karena hanya kepala jaehwan yang muncul dengan suara nyaringnya itu tapi jaehwan tak lupa mengucapkan maaf pada para siswa yang ada didalam club-club tersebut.

 

 “kemana sih, hyung itu? Padahal aku ingin menunjukkan hasil penyelidikanku. Aku  sudah memiliki dugaan atas beberapa tersangka sebagai pengagum rahasia hakyeon yang begitu obsesi.” Berhenti sejenak di depan pintu club basket yang belum ia kunjungi.

 

Terkadang jaehwan sesukanya berucap yang tak berprikemanusiaan pada teman-temannya untuk memenuhi dunia fantasi yang ada di otaknya itu.

 

“apa aku telpon si larva dulu aja ya? menyuruhnya membelikan makanan. Mencari hyung membuatku lapar.” Gumam jaehwan, merogoh saku celanannya; mengambil handphone. Keasyikkan memperhatikan telpon genggamnya, ia tidak sadar ada seseorang yang sudah berdiri cukup lama didepannya namun orang itu juga tak menginterupsi jaehwan malahan ia mengamati jaehwan.

 

“bagaimana bisa, pahatan sempurna ini mencintai wonshik? Yang selalu dikatakan mesum.”  Kata orang itu lirih.

 

“apa?” Tanya jaehwan, ia mendengar ada seseorang berbicara pelan dihadapannya, sambil menatap orang itu.

 

“maaf, aku mengganggumu.” Orang itu tersenyum manis, hingga mencetak lesung pipi.

 

“kau murid baru? ” lanjut jaehwan, ikutan tersenyum. “kau bicara apa tadi?” kata jaehwan lagi, memasukkan handphonenya kedalam saku.

 

“tidak ada.” Kata anak tersebut yang masih tersenyum. “saya bukan murid baru; saya hanya pertukaran pelajar. Aku sudah disini cukup lama tapi aku jarang keluar  dari gedung A.” terang siswa yang tingginya sama dengan jaehwan, seragamnya berbeda dari siswa-siswa regular di sekolah itu.

 

“Kau dari sekolah mana? Kau kelas 1? Berapa orang yang pertukaran pelajar?” kata jaehwan berseri-seri, ia antusias dengan siswa baru ditemuinya.

 

“ aku dari sekolah Y, sekitar 30 siswa yang sama seperti aku. Tapi yang dari sekolahanku Cuma 5 orang termasuk aku. Ya, kami anak kelas 1. “ jawab anak itu sigap.

 

“ Wah, kau anak yang pintar ya? aku belum pernah kesana sih? Karena terlalu jauh ke gedung A. lain kali aku mampir deh.”  Terang jaehwan berbinar-binar.

 

“kau tetap ku anggap murid baru meski kau hanya pertukaran pelajar untuk beberapa minggu kedepan.” Jaehwan tak berhenti untuk berbicara, “oh, ya kenalkan aku jaehwan. Kelas XI-IPS. Mengikuti club bernyanyi dan drama.”

 

“aku sudah mengetahui nama hyung. Dari teman-teman, mereka banyak bercerita tentang hyung yang ceria.” Jawab siswa pertukaran pelajar itu, menjabat tangan jaehwan dan ikutan terbawa kecerian jaehwan, lagi-lagi memberikan seulas senyum yang menakjubkan.

 

“bagaimana denganmu? Siapa namamu?“ ucap jaehwan balik bertanya, mengangkat kedua alisnya yang menandakan dirinya ingin berkenalan dekat dengan siswa tersebut.

 

“binnie. Hyung bisa memanggil nama imutku seperti itu. Bolehkan?” balas siswa laki-laki itu.

 

“baiklah, tak apa? Itu artinya kau harus sering menemuiku. Karena tidak semua orang, aku panggil seperti itu.”  Ucap jaehwan yang tampaknya semakin suka dengan murid baru itu. Itung-itung ia bisa mengetahui seluk beluk murid pertukaran pelajar untuk kasus si hakyeon hyung.

 

“bagaimana kalau kita cari makan bersama, kekantin? Aku akan mengajakmu berkeliling sekolah dan mengenalkan teman-temanku yang lain.“ terang jaehwan senang, mendekap si anak laki-laki itu erat dan menggiringnya ke tempat yang menyediakan berbagai macam makanan. “terus kamu juga harus mengenalkan teman-teman kelasmu ya?” cerocos jaehwan.

 

jaehwan berceloteh riang, tanpa henti. Ia bercerita berbagai macam lelucon, ia tidak habis topic untuk dibicarakan sedangkan anak yang diajaknya hanya menjawab sekedarnya jika itupun jaehwan meminta jawabannya hingga Jaehwan lupa akan misinya untuk bertemu hakyeon segera, ia juga mengabaikan wonshik yang sudah membalas chat jaehwan.

 

.

.

.

 

******************

.

.

.

Hyuk yang mengawasi orang dari seberang jalan, memutuskan mendekati orang itu yang hampir 1 jam tidak beranjak dari halte bus; banyak bus yang sudah melewati halte itu tetapi orang itu juga tidak menaiki salah satu bus. Orang itu hanya duduk, menggenggam segelas minuman dengan pandangan kosong.

 

“apa anda tidak ingin menaiki bus? Sebentar lagi bus itu akan jalan.” Tanya hyuk lugas, dengan sengaja menyenggol lengan orang itu, hyuk sudah duduk disampingnya.

 

“kenapa?” kata orang itu membuyarkan lamunan, menoleh ke samping; dimana  hyuk duduk di sebelah kirinya. Ia tidak menyadari bahwa hyuk telah mengamatinya.

 

“anda ingin pergi kemana? Bus itu akan melaju sebentar lagi.” Tunjuk hyuk, megacungkan jari telunjukknya kearah bus.

 

“ aku sedang menunggu seseorang.” Jawab orang itu, sambil memperlihatkan kotak hitam kecil berbalut pita biru muda yang digenggamnya.

 

“ aku akan melamar kekasihku tapi ia tak kunjung datang. Apa dia tak menyukaiku?” curhat orang itu sedikit gugup dan khawatir. Si hyuk hanya mengangguk-anggukkan kepala bahwa dia bersedia mendengar ungkapan isi hati lelaki itu.

 

“ia berjanji akan datang menemuiku dan kita akan bersama menghabiskan waktu seharian untuk bersenang-senang dan bercerita tentang masa depan kami.” laki-laki itu dengan santainya bercerita tanpa perasaan curiga pada hyuk. Mungkin laki-laki itu ingin menghilangkan rasa cemasnya dengan curhat sejenak pada hyuk yang dengan baik hati menanyakan keberadaannya di halte bus.

 

“aku pernah melihat kotak hitam kecil itu di rumah hyungku.” Sela hyuk

 

“benarkah? Aku memesan khusus kotak ini berserta dengan isinya.” Ungkap si laki-laki itu, memutuskan meminum latte yang sudah mendingin. Ia mulai merasa haus.

 

“boleh aku melihat kotak itu?” kata hyuk berusaha sesopan mungkin pada laki-laki itu yang wajahnya kelihatan tegas menyeramkan sekaligus tampan.

 

Tanpa babibu, laki-laki tersebut menyerahkan kotaknya sambil memaksakan diri  tersenyum yang malah ia merasa malu jika tersenyum sembarangan dengan orang yang baru ditemuinya apa lagi dengan bocah yang tidak takut untuk berkenalan dengannya.

 

“siapa nama kekasih anda?” kata hyuk penasaran, melihat lekat-lekat dua cincin yang terpasang di kotak itu. Dua cincin sederhana yang memilki garis putih ditengahnya dan inisial nama dibagian lingkaran dalam cincin itu.

 

Laki-laki itu tanpa banyak kata, ia mencari sesuatu untuk menunjukkan jawabannya pada hyuk tapi ia tidak menemukan apa yang sedang di carinya pada kantong baju, coat dan celana panjangnya.

 

Ia berubah bingung,  sedikit panic, raut wajahnya pun gelisah; tampang menakutkan yang terpasang di mukanya hilang seketika yang terlihat tampak seperti seekor anjing kecil yang tersesat.

 

“apa anda baik-baik saja? Apa aku perlu membantu anda mencarikannya?” tawar hyuk walau dia sendiri tidak begitu tahu, apa yang dicari si laki-laki itu.

 

“aku ingin pulang? Apa kau bisa menagarahkan dimana apartemen florist xy, jalan orchid z no.13?” kata laki-laki itu, memohon pada hyuk.

 

Hyuk tidak segera menjawab, ia terdiam seperkian detik setelah mendengar pernyataan laki-laki itu; ia menatap lurus ke depan halte bus, melihat gedung apartemen yang bertuliskan florist xy dan berkali-kali membaca plang jalan yang ada diatas jalan raya mengantung besar pada besi melengkung kokoh tak jauh dari halte bus ‘orchid z no.13’.

“bagaimana bisa begini?” bsisiknya dalam hati

.

.

.

*******************

.

.

.

Digerbang  belakang sekolah sma X,

Seorang laki-laki memakai almamater hitam berkali-kali menatap kedalam sekolah yang ada didepannya dan sesekali menggosokkan kedua tangannya yang kedinginan. Ia lupa membawa sarung tangan padahal cuaca hari ini, dinginnya jauh lebih ekstrim daripada hari-hari sebelumnya.

 

“apa hari ini dia tidak akan datang lagi? Apa karena aku melanggar janjinya? ah, enggak mau tahu. Pokoknya aku bosan dan harus menemukan kesenangan.” Cerocosnya, berjongkok setelah menghangatkan kedua tangannya.

 

“kau mencariku bocah?” sesosok orang yang dinanti telah datang dihadapnya, tak lupa dengan nada angkuhnya menyapa si almamater hitam.

“kenapa kau tidak datang akhir-akhir ini?apa gara-gara kemarin aku berubah pikiran? Tidak kerumahmu?” lanjut si pemakai almamater berwana tak cerah itu , berdiri dengan seulas senyum yang renyah, tak dibuat-buat.

 

“kau pikir aku seperti dirimu, keluyuran tak jelas.” Menyodorkan segelas latte yang masih hangat.

 

“ untukku?” Tanya si almamater hitam, tanpa basa-basi meminumnya.

 

“ternyata kau mengikutiku, hongbin hyung?” kembali berbicara dengan sikap sarkastik, setelah meminum latte sampai habis tak bersisa.

 

“apa tenggorokkanmu tidak terbakar?” kata  orang yang memiliki nama hongbin, ia sedikit mengeri dengan tingkah pemuda yang sedang ditemuinya itu.

 

“hyung, bagimana kalau kita berpacaran saja?” tukas si pemuda beralmamater sekolah lain.

 

 “uhuk…” hogbin tersedak, menyemburkan sebagian minuman kopinya yang sedang ia tegak, ia agak terkejut dengan omongan si pemuda tak waras itu.

 

“kenapa kau tidak mengakui saja, kau itu stalker dan gila?” Ucap hongbin lagi, terbata-bata; berusaha bernapas normal.

 

“bukankah kita ini sama-sama konyol , hyung? Kau sedang bermain yang tak jelas pada hakyeon hyung dan memasukkan dririku kedalam daftar yang perlu kau selidiki? Lagian hyung juga sering berjalan diam-diam dibelakangku. Lalu aku juga sama seperti dirimu, menguntitmu layaknya psikopat, menduga-duga apa yang sedang hyung lakukan.” Jelas si pemuda itu, membantu membawakan gelas kopi hongbin, dimana hongbin sibuk meredakan rasa sakit ditenggorokkannya karena tersedak.

 

“aku tidak suka menjadi kekasih orang yang suka mendua.“ jawab hongbin mengelak permintaan si pemuda teng*l itu.

 

“apa hyung berpikir bahwa hakyeon hyung adalah kekasihku?” kata si pemuda itu, menepuk-nepuk punggung hongbin; mencoba menenangkan hongbin yang masih batuk-batuk.

 

“sebenarnya kenapa hyung ingin bermain dengan hakyeon hyung?”cerewet si pemuda tersebut.

 

“Jangan kau memanggilku hyung dengan sikap tak ikhlasmu itu? Itu menggelikan.” Cerocos hongin, menyuruh si pemuda sinting itu berhenti membantunya menghilangkan batuknya yang masih belum juga reda.

 

“apa hyung tidak suka jika aku bersikap sopan padamu?” bantah si laki-laki yang umurnya jauh lebih muda dari hongbin, keras kepala. 

 

 Arah pembicaraan mereka tidak jelas, mereka seperti saling menutupi tindakkan masing-masing dan saling curiga.

 

“sebaiknya kau tak perlu ikut campur? Ini akan merepotkan.” Tegas hongbin, berhasil menghentikan batuknya namun wajahnya terlihat lucu, memerah seperti tomat.

 

“kau lucu sekali, hyung? wajahmu menggemaskan.” Ungkap pemuda berpakaian almamater gelap, tertawa terbahak-bahak hingga ia memegangi perutnya yang mulai keram karena tawanya yang berlebihan.

 

“jika kau mau, datanglah. Temui aku ditempat kemarin. aku harus pergi.” Membiarkan si pemuda itu puas menertawainya sambil melihat jam handphone ditangannya walau sebenarnya ia sangan malu dianggap cute.

 

“teruskan saja, tertawamu. Sampai jumpa besuk.” Lanjut hongbin, sudah tak menggubris si laki-laki beralmamater hitam sepekat malam.

 

Si pemuda itu berhenti tertawa setelah hongbin sudah agak jauh dari jarak pandangnya. “menyenangkan juga, aku jadi menyukai lagu yang selalu kau dengar.” Ungkap si pemuda itu ikut berlalu meninggalkan gerbang belakang sekolah itu yang menjadi saksi pertemuan mereka berdua.

 

vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx- TBC-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx-vixx

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
nonafaya
#1
Hey would you be able to write this in english? I would love to read it then ^^