[5] In the Can

The Dead Lake [Who Are You]

“Mereka sangat mencurigakan.” Jinri memulai, memainkan tangannya yang bergetar. “Maksudku, aku memang tidak begitu mengenal Lee Seunghoon jadi aku tidak tau. Tapi Soojung tidak terlihat seperti seseorang yang akan melakukan semuanya. Tapi... mereka memang mencurigakan. Apa yang terjadi dengan kakak beradik Kim, lalu kecurigaan Myungsoo. Dan malam itu. Aku penasaran sekaligus khawatir dengan apa yang akan mereka lakukan malam itu.”

Sunggyu mengamati Jinri dengan heran. Gadis yang biasanya tenang itu terdengar sangat gugup. Perkataannya berantakan dan terkesan berputar-putar, jelas menandakan perasaannya yang tertekan.

“Jadi aku dan Sungyeol memutuskan untuk naik ke atas, dengan perlahan-lahan.”

 “Ikuti aku.” Sungyeol berbisik, menuntun Jinri menuju tangga.

Jinri mengangguk, mulai berjalan sambil memandangi tubuh tinggi Sungyeol yang ditutupi sweater biru malamnya dari belakang. Malam itu sepi. Dua suara yang sebelumnya mereka dengar tidak lagi ada. Membuat Jinri merasa khawatir suara tarikan nafasnya yang memburu itu terdengar oleh mereka yang ada di atas.

Keheningan itu terganggu sesaat, mereka bahkan belum mencapai setengah tangga saat terdengar suara teriakan yang begitu jelas, lalu kembali hening. Sungyeol berbalik menatap Jinri dengan tatapan takut, lalu menarik tangan gadis itu dan berlari menuju asal teriakannya. Tidak lagi peduli dengan usaha untuk meminimalkan suara mereka.

“YA TUHAN!” suara pekikan.

Jinri menoleh, ingin meminta Sungyeol menghentikan teriakannya saat menyadari bahwa suara itu berasal dari dirinya sendiri. Gadis itu menutup mulutnya, memandang ke arah pintu kamar yang terbuka lebar di hadapan mereka. Di mana Soojung dan Seunghoon tengah berdiri membungkuk di kanan kiri ranjang Nickhun, masing-masing memegangi seprai yang melilit leher pria Thailand itu sementara si pria berambut hitam hanya bisa termegap sambil berusaha berteriak melalui mulutnya yang disumpal kain.

“Sialan.”

Seunghoon mendecak, mengeluarkan pisau kecil dari kantung kiri bajunya, dan mengayunkannya ke pergelangan tangan Nickhun. Memutuskan urat nadinya –hidupnya, dalam sekali tebas.

Jinri merasa kakinya bergetar, dia tahu dia seharusnya pergi dari sana tapi seluruh tubuhnya seolah enggan beranjak dari depan kamar itu. Baru setelah Soojung berkata pada rekannya (yang kemudian Jinri ingat adalah; “You take the guy.”) Jinri merasakan tangannya ditarik dengan tiba-tiba, dan saat dia kembali bisa merasakan seluruh tubuhnya, Jinri sudah berada di dalam sebuah kamar, dengan Sungyeol yang sibuk menutup Pintu dengan seluruh beban tubuhnya.

“Bantu aku.”

Jinri mengangguk, mendorong sebuah lemari kayu jati dua pintu yang ada di sebelah pintu. Cukup berat. Paling tidak lemari itu mampu menahan dua orang yang siap membunuh mereka berdua dari memasuki kamar...

“Myungsoo.” Jinri menatap kamar kayu berukuran empat kali enam yang gelap itu.

“Aku Sungyeol.” Sungyeol bersungut pelan, seluruh tubuhnya bergetar hebat tapi dia masih sempat melemparkan sedikit cibiran ke arah Jinri.

“Bukan. Maksudku ini kamar Myungsoo.”

“Dan kamarku juga.” Sungyeol masih bersungut, menyandarkan tubuhnya ke lemari di depan pintu yang sedang di dorong dari arah depan.

“Itu bukan maksudku.” Jinri menggaruk rambutnya kesal, melirik pintu masuk yang tampaknya tidak lagi coba di buka paksa oleh dua orang di luar sana. “Tidak ada Myungsoo di dalam sini.”

Sungyeol membelalak, segera berdiri menyalakan sakelar lampu. Dan benar saja, ruangan itu benar-benar kosong. Hanya ada tempat tidur ukuran queen yang terlihat berantakan. Sebuah meja kayu disisi kanannya dan jendela kayu besar yang...oh sialan.

Jinri mengikuti arah pandangan Sungyeol. Menatap nanar ke jendela kayu besar yang terbuka lebar. Seolah tahu pasti apa yang ada di pikiran pria tinggi itu. Yeri?

Dugaan mereka benar. Jinri bahkan tidak perlu melihat sendiri ke sana. Dari raut wajah Sungyeol yang melihat ke bawah jendela dia sudah tau bahwa dugaan mereka memang benar. Tapi toh dia tetap berjalan. Dan di bawah jendela sudah terbaring Myungsoo, di atas tanah yang berair karena salju yang mulai meleleh.

Myungsoo. Ada di bawah sana. Myungsoonya. Ada di bawah sana. Myung–

“Jinri..”

Jinri menoleh, Sungyeol sudah berdiri di depannya, menatapnya dengan campuran kasihan dan sedih. Pria itu mengulurkan tangannya, mengusap air mata yang bahkan Jinri sendiri tidak sadar telah keluar.

“Tidak apa-apa.” Sungyeol memeluknya.

Bagaimana bisa tidak apa-apa? Myungsoonya. Myungsoo yang selama satu tahun terakhir ini selalu menemaninya berada di bawah sana. Dan tidak ada dari mereka yang tahu apa pria itu masih hidup, atau telah pergi.

“Semua akan baik saja.” Sungyeol mempererat pelukannya.

Bagaimana bisa baik-baik saja? Mereka berdua sedang terjebak di dalam kamar dengan dua orang pembunuh gila di luar sana. Yang siap membunuh mereka kapan saja dengan cara apa saja, karena alasan yang bahkan dia tidak tahu.

“Aku akan menjagamu.”

Bagaimana bis–

Sungyeol melepas pelukannya, menatap Jinri dengan sungguh-sungguh; “Aku akan menjagamu.”

Dan saat itu, entah bagaimana, Jinri merasa Sungyeol akan benar-benar menjaganya.

“Kau merasa dia akan menjagamu?”

“Ya, aku tidak pernah begitu percaya pada Lee Sungyeol.” Jinri menggeleng, lalu mengangkat kepalanya, seolah menerawang pada kejadian malam itu. “Dia adalah senior yang baik. Tapi terlalu usil dan banyak omong. Tapi malam itu rasanya aku melihat Sungyeol yang lain.”

Sunggyu mengangguk, Lee Sungyeol memang terlihat kekanakan, tapi dia pria yang bisa diandalkan.

“Bagaimana dengan Myungsoo?”

“Apa?”

“Myungsoo, apa yang terjadi padanya menurutmu?”

“Apalagi? Dua pasangan gila itu pasti melemparkannya ke bawah. Seperti yang mereka lakukan pada Kim Yerim.”

Sunggyu mengangguk, tentu saja.

“Lalu apa yang kalian lakukan selanjutnya?”

“Kami memutuskan untuk keluar.” Jinri menghela nafas, memejamkan matanya untuk mengingat lanjutan kejadian tiga bulan lalu. “Kami tidak mendengar suara apapun dari dalam kamar. Sungyeol yakin mereka sudah pergi dan merencakan hal lain, jadi kami memutuskan untuk keluar.”

“Mereka pasti ada di bawah.” Sungyeol berbisik, mengamati lorong lantai dua yang sepi. Dengan setengah berjingkit, pria itu berjalan menuju tangga, sementara Jinri mengikuti di belakangnya, berusaha berjalan tanpa menimbulkan suara apapun.

“Dengarkan.” Sungyeol berhenti di pinggir tangga, melirik ke lantai bawah. Tidak ada orang, tapi terdengar suara air yang di siramkan ke lantai. “Air?”

“Untuk apa mereka menyiram–“ Jinri membelalak, menyadari apa yang sedang direncanakan dua orang itu. “Minyak. Mereka berencana membakar penginapan ini!”

“Sebuah kebakaran ditengah musim dingin?”

“Ya. Di lantai dasar terdapat mesin penghangat. Kau tau itu adalah penyebab kebakaran musim dingin nomor satu, kan?” Jinri mengerang, tapi segera menutup mulutnya ketika matanya menangkap sosok Lee Seunghoon di bawah sana. Sendirian?

Oh. .”

Suara perempuan.

Jinri berbalik. Dugaan mereka salah. Seunghoon memang ada di bawah, tapi rupanya Soojung masih berada di lantai atas. Keluar dari kamar nomor satu –yang jika dilihat dari botol minyak kosong di tangannya, gadis itu pasti baru saja melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Lee Seunghoon.

Sungyeol memandangnya, seolah bertanya apa yang harus mereka lakukan. Dua lawan satu. Mereka dapat dengan mudah melawan gadis itu sebelum rekannya naik ke–

Look who’s finally out of their little dungeon.” Lee Seunghoon berkata sambil menaiki tangga.

Sungyeol mengacak rambutnya. Sial. Bagaimana bisa pria itu sudah berada di atas sini?

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Jinri berbisik, melihat Sungyeol melirik Seunghoon lalu Soojung yang ada di depan dan di belakang mereka berulang kali.

“Serang Soojung.”

Semuanya berlangsung begitu cepat. Sungyeol yang berlari menerjang Soojung, lalu kemudian dia sendiri sudah berada di dalam cengkraman Lee Seunghoon. Tangannya yang berbau seperti minyak tanah terasa sangat dingin di bahu Jinri.

“Lepaskan dia!” Seunghoon berteriak sambil mempererat cengkramannya pada Jinri, menyadarkan Sungyeol yang masih sibuk mendiamkan Soojung yang memberontak di dalam kurungan kedua tangannya.

“Bagaimana kalau tidak?”

Lee Seunghoon menatap Soojung seolah meminta persetujuan, lalu tersenyum sinis setelah mendapat anggukan dari gadis itu. “Bukan jawaban yang benar, Lee.” Dia berjalan mundur, membawa Jinri berjalan mendekati sebuah jendela besar yang ada di belakang mereka. Lalu dari saku tangannya, pria itu mengeluarkan sebuah pemantik api otomatis.

“Apa yang kau lakukan?” Sungyeol berteriak, masih belum merenggangkan kurungannya pada Soojung.

“Menurutmu apalagi?” Seunghoon tersenyum, menyalakan pemantik apinya sambil tetap berjalan mundur.

“Kau gila? Kita semua akan mati!”

“Oh itu inti dari semua ini.”

Soojung mengangguk, meneriakan kalimat ‘Jaga dia’ dan Seunghoon melemparkan pemantik apinya ke arah Sungyeol bersamaan dengan menjatuhkan tubuhnya dan Jinri keluar jendela.

“Jaga dia?” Sunggyu bertanya, lalu menyadari orang di hadapannya yang sudah tidak sadarkan diri. “Oh. Selamat tinggal, Choi Jinri.”

 

******

 

“Jadi Choi Jinri sudah mati?” Detective Jung bertanya, menggerakan dua jarinya membentuk tanda petik sambil menekankan kata mati.

“Masih koma seperti tiga bulan yang lalu.” Sunggyu menggeleng, menunjuk ke dalam ruangan berjendela kaca besar di hadapan mereka.

“Bukan itu maksudku.” Yunho mendecak, mengamati seorang gadis berambut hitam sebahu yang sedang terbaring tidak sadarkan diri di dalam sana. “Choi Jinri yang baru saja kita temui, apa dia mati seperti sepuluh orang lain yang kita temui satu minggu terakhir?”

“Kurasa begitu.” Sunggyu menjawab tidak yakin. “Anehnya, tidak seperti yang lainnya Choi Jinri belum benar-benar mati.”

“Memang aneh. Tapi apa yang kau lakukan ini, sejak awal memang tidak normal.” Yunho mengangkat bahu. “Paling tidak para atasan berhenti menekan tim kami sekarang. Oh. Sehun si anak baru itu bahkan bilang dia mendengar kami semua akan mendapat kenaikan jabatan. Kau tau bagaimana para atasan begitu memperhatikan kasus ini karena atensi masyarakat yang luar biasa besar.”

“Ya. Selamat untukmu, Hyung.”

“Kau tidak terlihat begitu bersemangat, Kim. Jangan bilang kau belum tau kalau kau akan mendapat jabatan tetap sebagai direktur kepala pusat penelitian psikologis kriminal di kantor polisi pusat Seoul.” Detektif Jung mengeluh, menarik tangan Sunggyu menuju tempat duduk yang berada tidak jauh dari ruangan. “Apa masalahnya?”

“Oh. Aku sudah mendengar hal itu. Masalahnya ...kita masih belum mengetahui motif kedua pelaku. Jung Soojung dan Lee Seunghoon. Tidak ada hal apapun yang menghubungkan keduanya.” Sunggyu menghembuskan nafas. “Masyarakat tidak akan menerima teori ini dengan mudah, apalagi tanpa adanya motif yang jelas.”

“Oh itu yang kau khawatirkan? Apa kau setidak percaya itu pada pemerintah dan kepolisian?” Yunho tertawa paksa. “Kami akan rapat siang ini, dan jika semuanya berjalan mulus –yang aku yakin pasti berjalan mulus, besok kau akan mendapatkan cerita detail mengenai kejadian ini, lengkap dengan motifnya di semua chanel televisi nasional maupun swasta.”

“Ah, aku tidak tahu kalau kau memiliki penulis novel sebagai atasanmu.”

“Ya, beberapa dari mereka juga merupakan aktor yang cukup baik.” Yunho membalas perkataan sarkastik Sunggyu dengan hal yang sama. “Kau ikut rapat hari ini? Tidak wajib sih, tapi akan lebih membantu jika kau ada disana.”

“Nah, aku–“

“Dokter Kim!!” Seorang pria muda dengan tubuh tinggi berlari sambil meneriakan nama Sunggyu.

“Oh Sehun?” Yunho bertanya heran, apa yang dilakukan anak buahnya ini?

“Selamat siang Detektif Jung, Dokter Kim.” Sehun menunduk, membuat tubuhnya yang paling tidak satu kaki lebih tinggi dari Sunggyu terlihat aneh. “Detektif Ahn memintaku memberitahu kalian kalau Tuan Kim Myungsoo sudah bangun.”

“Oh sungguh?” Sunggyu berdiri, menatap penuh tanya pada Detektif Jung yang mengangguk sambil tersenyum lebar.

“Tentu saja, kalian sudah bo–.”

“Terimakasih!” Sunggyu berlari menjauh, bahkan sebelum Yunho sempat menyelesaikan perkataannya.

“–leh pulang.” Yunho menghembuskan nafas, melihat punggung Sunggyu yang semakin mengecil dengan senyum yang belum pudar. Pria itu menoleh pada bawahannya. “Katakan pada Detektif Lee kalau Dokter Kim tidak akan ikut rapat hari ini.”

 

*****

 

“Akhirnya aku bisa lepas dari kurungan itu. Lebih lama satu hari lagi di dalam sana dan aku bersumpah aku akan membunuh diriku sendiri.” Myungsoo menggerutu, membuka pintu depan mobil jenis Infiniti Q50 hitam milik Sunggyu dan masuk ke dalamnya. “You got a nice car, Brother.

“Aku mendapatkannya setelah makan mie instan dan rumput laut selama hampir dua tahun. Pertukaran yang baik untuk mobil seharga $45.000 kan?” Sunggyu tersenyum, menyalakan mobilnya dan bersiap kembali ke apartemen milik Myungsoo. “Ngomong-ngomong, apa berada di penjara sementara semengerikan itu?”

“Tidak juga. Aku beruntung bisa mendapat kamar pribadi karena statusku yang merupakan tahanan sementara. Aku hanya berharap mereka berhenti memberikan kami campuran nasi dan kacang-kacangan dan sedikit telur gulung tiga kali dalam setiap harinya.” Myungsoo bergidik, bersumpah untuk tidak memakan nasi kacang dan telur gulung paling tidak dalam satu tahun yang akan datang. “Bagaimana di sana? Kuharap tahanan disana mendapat makanan yang lebih layak.”

“Oh aku tidak tau Myungsoo. Jika menurutmu roti gandum keras dan daging asap yang terasa seperti triplek asin terdengar lebih bagus daripada nasi dan telur, maka ya. Mereka mendapat makanan yang lebih layak.”

Myungsoo mengetuk-ngetuk kepalanya, mencoba membanding mana yang lebih baik dari keduanya, lalu akhirnya menggeleng. “Aku mau makan mie.”

“Tentu saja. Kita bisa menelpon restoran cina di dekat apartemenmu.”

“Selama ini kau tinggal disana?”

“Ya, tempat yang sangat besar untuk ditinggali sendiri, Brother.”

“Aku perlu tempat luas untuk menyimpan semua barang-barangmu dari Jeonju.”

“Kau bisa saja membuang semuanya.” Sunggyu berkata dengan suara lirih. Myungsoo benar-benar menyimpan semua barangnya dari rumah mereka dulu. Paling tidak setengah dari apartemen mewah dua lantai milik adiknya itu berisi barang-barang miliknya. Dan semuanya dalam keadaan amat terawat, seperti selalu dibersihkan setiap minggunya.

“Aku tidak mau melupakanmu.”

Seperti aku yang melupakanmu? Sunggyu membatin, memilih fokus meneruskan perjalanannya menuju apartemen Myungsoo tanpa tahu harus berkata apa. Aneh rasanya bagaimana dia bisa dengan mudah melupakan Myungsoo, lalu memulai kehidupan barunya di negara yang baru. Negara yang terpisah pulau dan benua dari tempatnya yang lama. Melanjutkan hidupnya di negara asing itu dengan mudah, tanpa memikirkan begitu banyak hal. Tanpa memikirkan Myungsoo yang ternyata tidak pernah sekalipun melupakannya.

“Terimakasih.”

Myungsoo mengangguk, dan dari ujung matanya Sunggyu bisa melihat pria itu tersenyum kecil.

“Terimakasih juga, karena sudah kembali.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
bibimbab
Setelah hampir 2 tahun menghilang akhirnya saya posting lanjutan cerita ini. Saya tau cerita ini sangat not worth the wait, dan saya bakal sangat ngerti kalo pembaca unsubscribe.
Anw. Kalau memang masih ada yang berniat membaca saya saya cuma bisa bilang maaf banget, dan terimakasih!

Comments

You must be logged in to comment
Blue_light #1
Good story
Itadekimass #2
Chapter 8: Oke aku udah penasaran pake banget!!
Kak bi harus tanggung jawab! Plisss lanjutin kaaakkk :'(((
Itadekimass #3
Chapter 1: Hah! Kak bibimbab emang warbiasahhh :*
Wahyuni1998 #4
Chapter 8: Next please ??
babbychoi
#5
Chapter 8: Kak, btw aku masih nunggu cerita ini update loh :)
babbychoi
#6
Chapter 7: Ya Ampun kak Bi, aku nggak ngerti lagi mau nulis apa. Bahkan aku terlalu spechless waktu buka story kakak dan udah ada part baru dari cerita ini. Meskipun aku baca sambil "nyureng_nyureng" karena gagal paham tapi akhirnya aku sedikit ngerti sekarang sama jalan ceritanya. Tetep semangat kak, karena aku masih nunggu BANGET cerita-cerita dari kakak becoz ada Jinri-ku disini. Wkwkwk.
babbychoi
#7
Chapter 3: Bisa kali di update mba, nungguin nih dari kapan tau :(
babbychoi
#8
Chapter 3: Kak? Aku bener2 nungguin updatean mu! Kenapa gak update2? :( :( :(
seiranti
#9
Chapter 3: Cinta segitiga kah ini, ato empat, lima?? Tp loh kok mauu cewe2 kece d duain.. Jinri n soojung! Penasaran bgt nih thor
vanilla133 #10
Chapter 3: okayyy.... im really curious about jinri,L and soojung right now.