[3] Shades of Grey

The Dead Lake [Who Are You]

 “Apa kita harus melakukan ini sekarang? Aku masih harus pergi ke tempat les violin.” Gadis itu merapikan rambutnya. “Dan uh, sejak kapan rambutku seaneh ini? Efek obatnya sudah mulai menhilang, aku harus kembali membuat rambutku bergelombang besok. Dan warnanya, eww. Apa aku perlu memberinya warna? Mungkin Pink atau Ungu? Bagaimana menurutmu Dok?”

“Aku suka blonde.” Sunggyu menjawab tanpa benar-benar memperhatikan gadis di hadapannya. Kim Yerim, 15 tahun, anak kedua dari pemilik perusahaan perhotelan terbesar di Jeonju saat ini. Manja, banyak bicara, self-centic.

“Pirang? Ah! Aku dengar Dokter sekolah di Luar Negri? Pasti karena itu dokter menyukai rambut hitam. Saat itu juga ada wanita berambut pirang, cantik sekali walau sifatnya sedikit menjengkelkan.” Yeri bercerita.

“Saat itu?”

“Ya, kejadian tiga bulan lalu. Bukankah karena itu dokter memanggilku?”

Pintar juga.

“Aku sudah meminta Ayah untuk menjadwalkan kunjungan ke psikolog, aku rasa aku bisa jadi gila karna kejadian itu. Tidak ku sangka Ayah bahkan mendatangkan psikologis khusus dari Luar Negri. Dia memang begitu menyayangiku.” Yeri tersenyum kecil.

Oh.

“Jadi bagaimana menurut anda? Apa aku sudah gila?”

Kamu bisa bercerita dengan normal, dan bahkan sangat normal jadi ...”tentu saja tidak, Nona Kim.”

“Oh baguslah, kupikir aku sudah gila. Bagaimana bisa aku lupa menggelombang rambutku? Eww.”

Mungkin dia memang sedikit gila.

“Jadi apa aku sudah boleh pulang? Mister Baek dari tempat les violin pasti sudah menunggu.”

“Tentu bisa, tapi apa anda mau berbagi sedikit cerita mengenai hari itu dulu, Yeri?”

“Untuk apa?”

“Hanya ...penasaran.”

“Uh, baiklah, oke jadi hari itu, -uh hari itu. Mengerikan. Setelah si penjaga penginapan mati, kami semua berkumpul di ruang tengah. Tidak ada jalan keluar, tidak ada alat transportasi apalagi komunikasi. Jadi setelahnya kami tinggal di kamar masing-masing. Si pasangan turis itu, lalu Kakakku dan pria tinggi yang dia tabrak, dan para mahasiswa itu.”

“Lalu?”

 “Aku juga kembali ke kamar, kau tau, hanya diam dan mencoba melupakan sosok di kamar bawah. Tapi beberapa jam kemudian aku ingat kalau aku belum sarapan. Jadi aku turun untuk mencari makanan.”

“Sendirian?”

“Ya, aku datang ke kamar Jinwoo untuk minta ditemani, tapi di sana hanya ada si pria yang kami tabrak, dia bilang Kakakku sedang mandi. Jadi aku pergi sendiri. Sedikit menakutkan memang, tapi beruntung ada si gadis berambut pirang dan pacarnya di lantai bawah.”

“Pacarnya?”

“Ya, Mahasiswa yang tampan itu, yang tadi pagi tampaknya lebih terlihat mengantuk dari pada kaget saat melihat mayat penjaga penginapan. Dia tampan sekali, Ah andai saja dia tidak memiliki kekasih.”

Myungsoo? Tapi Myungsoo kan...

“Kau yakin itu kekasihnya?”

“Tentu saja.. dia yang bilang begitu..”

“Kim Yerim, kan?” si Mahasiswa –Myungsoo, bertanya. Sambil menepuk kursi di sebelahnya.

“Ya, panggil saja Yeri. Bisa aku minta makanan?”

“Tentu, hanya ada makanan beku disini. Tidak apa?” Soojung meletakan sepiring sosis di meja, lalu duduk di depan Myungsoo. “Aku Jung Soojung, ini pacarku L.”

Myungsoo berdeham.

“Uh, maksudku Myungsoo.”

“L? Seperti yang di film Jepang Death Note itu?” Yeri bertanya heran.

“Ya, kau pernah menonton filmnya?”

“Tentu, Mister Tadako memintaku menontonnya untuk kelas Bahasa Jepang.” Yeri mengamati Myungsoo. “Dia tidak terlihat seperti L.”

“Ya, aku rasa juga begitu.” Soojung tersenyum kecil. “Aku tidak mengerti alasannya tapi dia memintaku memanggilnya L.”

“Tapi dia terlihat jauh lebih tampan dari pada L.” Yeri memandangi wajah Myungsoo yang hanya tertawa, memilih untuk tidak mengomentari perkataan murid sekolah menengah itu.

“Kau mencoba menggoda pacarku sekarang?”  

“Oh tenang saja, aku tidak akan menerimanya walau Tuan L ini menyukaiku. Daddy bilang aku baru boleh berkencan saat sudah sekolah menengah atas.” Yeri merengut.

“Aku dengar Ayahmu memiliki perusahaan perhotelan besar.”

“Ya, yang terbesar di Jeonju. Ayah sedang mencoba mengembangkan bisnisnya di Gangnam. Kalau semuanya berjalan mulus, mungkin tiga tahun lagi kami akan menjadi yang terbesar di Seoul. Kenapa? Sekarang setelah tau kondisi keuangan keluargaku kau menjadi tertarik?”

Myungsoo tertawa, “Tidak ju–“

“Tunggu dulu, Myungsoo tertawa padamu?” Tapi Myungsoo tidak seakrab itu pada orang yang baru ditemuinya.

“Iya, tentu saja.” Yeri mendengus, “Apa itu begitu sulit diterima?

“Tidak, maafkan aku. Bisa kamu lanjutkan ceritanya?”

“Yah begitulah, kami hanya berbicara tentang beberapa hal tidak penting. Sebagian besar tentang keluargaku, apa menurutmu dia benar-benar menyukaiku? Tapi aku masih dibawah umur...”

Sunggyu tersenyum kecil, Myungsoo dan gadis ini? Tidak mungkin. Tapi kalau dilihat dari Jinri dan Soojung... mungkin saja.

“Setelah menghabiskan semua makanan aku kembali ke kamarku.”

“Untuk tidur?”

“Dokter bercanda? Tentu saja tidak, aku bisa menjadi gendut kalau aku tidur sehabis makan. Aku berolahraga sebentar, makanan beku memiliki banyak lemak.” Yeri menjelaskan, lalu melihat ke arah jam tangannya, “Aku benar-benar harus pergi.”

 

*****

 

“Tiffany meninggal.”

“Apa?”

“Tiffany meninggal, Dokter. Dia- dia ada disampingku, selalu ada disampingku. Tapi tiba-tiba dia meninggal. Bagaimana bisa dia–“

“Tenang dulu, Tuan Buck.” Sunggyu menghela nafas, memberikan sebotol minuman dingin kepada orang di hadapannya –Nickhun Buck, pria berkebangsaan Thailand. Tinggal di Korea karena pekerjaan. “Mari ulangi dari awal, pelan-pelan saja..”

“Oke, jadi setelah kejadian Jang Dongwoo, kami semua pergi ke kamar. Tiffany menangis cukup lama, lalu akhirnya tertidur. Aku menunggunya bangun, satu jam, dua jam, ....aneh, dia tidak biasanya tertidur dengan begitu tenangnya. Jadi aku mencoba membangunkannya tapi tidak bisa. Dia sudah pergi, dia benar-benar tidur untuk selamanya.”

“Bagaimana bisa...”

“Aku tidak yakin, tapi...”

“Sepertinya racun.” Myungsoo berkata, wajahnya terlihat serius mengamati Tiffany yang seolah sedang tertidur di atas tempat tidur.

“Racun? Kalau begitu kamu tau cara mengeluarkan racunnya? Atau apa saja, lakukan apa saja agar dia bisa bangun!”

“Aku tidak tau..”

“Apa? Kamu kan dokter!”

“Aku tidak pernah bilang begitu, aku bahkan tidak dapat melihat da-“

“Lalu aku memukulnya.”

“Apa?”

“Mahasiswa itu, aku pukul dia.” Nickhun menjawab, lalu melihat wajah Sunggyu yang terlihat marah dia melanjutkan, “Oke, maafkan aku. Aku dengar dia adikmu? Hanya saja waktu itu aku begitu bingung, dan marah, dan takut, dan sebagainya. Istriku baru saja meninggal, bagaimana perasaanku menurutmu?”

“Baik, aku mengerti. Lalu apa yang kalian lakukan?”

“Semuanya pergi meninggalkanku, yah, maksudku aku begitu kacau saat itu apalagi yang bisa aku lakukan? Gadis yang sudah bersamaku selama puluhan tahun meninggal hanya dalam waktu satu minggu setelah kami menikah. Apa yang bisa aku lakukan?”

“Aku mengerti.. Tiffany terlihat seperti gadis yang sangat baik.”

“Oh, kau pernah bertemu dengannya?” Nickhun mengulas senyuman kecil, “Tiffany gadis yang menakjubkan. Ayahku dekat dengan orang tuanya, jadi aku sudah mengenalnya sejak kecil. Dan kurasa sejak saat itu aku sudah menyukainya.”

“Orang tua kalian rekan kerja?”

“Ayahnya adalah supir pribadi keluarga kami. Aku tidak mengerti bagaimana awalnya, dulu saat umurku delapan tahun Dad membawaku pergi ke rumah kenalannya di Amerika. Disanalah aku pertama kali bertamu dengan Tiffany. Dia gadis campuran Korea Amerika yang ramah dan menyenangkan, aku dapat dengan mudah mengerti perkataannya walau bahasa Inggris gadis itu masih sangat berantakan. Oh, kalau tidak salah ada satu anak laki-laki disana. Seorang anak berdarah Korea. Aku tidak ingat siapa dia, kami hanya pernah bertemu sekali. Mungkin sepupunya?

Tidak lama kemudian, kira-kira satu bulan sebelum keluargaku pindah ke Kanada, Ayah dan Ibunya berpisah, Tiffany dan Ayahnya pergi pindah mengikuti keluargaku, sementara Ibunya tetap tinggal disana. Dia tidak pernah menyebut-nyebut tentang ibunya lagi, Tiffany mungkin merasa kalau ibunya membuangnya.”

Sunggyu berdeham, lalu menyodorkan tissue pada Nickhun yang ternyata meneteskan air mata di sela-sela ceritanya. “Aku turut berduka.”

“Terimakasih, aku boleh pergi sekarang?”

“Tentu saja.” Sunggyu mengangguk dan membiarkan Nickhun berdiri dari bangkunya.

“Oh, ngomong-ngomong.” Nickhun terdiam sejenak, “Kurasa aku mendengar suara teriakan di sore hari.”

 

*****

 

“Yang berteriak itu Yeri. Kau tau kan, di gadis manja yang banyak duit itu, Hyung?”

“Oh, ya.” Sunggyu mengangguk, lalu mengernyit saat menyadari sesuatu. “Hyung?

“Kau kan Kakak Myungsoo, yang berarti Kakak-ku juga.” Sungyeol mengangkat bahu. “Apa aku tidak boleh memanggilmu begitu?”

“Terserah saja.” Sunggyu menghembuskan nafas pasrah. “Mari lanjutkan, kenapa Yeri berteriak?”

“Mari kita mulai dari kematian Nonya Hwang. Sehabis Buck memukul Myungsoo, tidak ada satupun dari kami yang berkata apapun. Maksudku, aku tidak bisa menyalahkan orang Thailand itu, dia terlihat sangat terpukul dengan kematian istrinya. Jadi kami pergi keluar dan meninggalkan dia sendiri di dalam kamar. Aku sudah bosan mengurung diri di kamar, jadi aku dan Myungsoo, bersama Lee Seunghoon yang wajahnya menjengkelkan itu menonton film melalui pemutar CD di ruang tengah lantai satu. Kami sudah menonton empat episode dari American Horor Story, jadi kemungkinan besar itu sudah pukul lima sore, saat Yeri turun dan mencari Kakaknya.”

“Jinwoo? Aku belum melihatnya.” Sungyeol menggeleng, lalu melirik ke arah Myungsoo dan Seunghoon yang ikut mengangkat bahu. “Sudah cari di kamarnya?”

“Sudah, tidak ada siapa-siapa. Dimana dia? Jangan bilang si bodoh itu mencoba meninggalkanku di tempat ini sendirian.” Yeri merengut marah.

“Oh, percayalah. Walaupun dia berniat begitu dia tidak akan bisa meninggalkanmu, Little Kim.” Seunghoon menunjuk pada jendela yang tertutup salju. “Sudah coba cari di kamar lain?”

“Maksudmu?”

“Kamar mahasiswi itu? Kurasa Kakakmu tertarik pada yang berambut hitam.” Seunghoon mengangkat bahu.

“Jinri? Tidak mungkin!” Sungyeol melirik Myungsoo.

“Mungkin saja, dia terlihat seperti tipe yang akan disukai Jinwoo, aku cari ke atas.”

“Lalu dia pergi ke lantai dua lagi untuk mencari Kakaknya, Kim Jinwoo tidak terlihat seperti pria yang akan masuk ke kam–“

“Sungyeol, sebenarnya siapa pacar Myungsoo?”

Huh?” Sungyeol terlihat kaget, “Kenapa tiba-tiba..”

“Tidak, hanya penasaran, lanjutkan saja...”

“Oke, jadi.. sekitar beberapa menit kemudian aku mendengar teriakan Yeri. Jadi kami bertiga segera naik ke lantai dua. Dan dia bukan berada di depan kamar Jinri, tapi di depan kamar nomor satu.”

“Yang sedang di perbaiki itu?”

“Ya, dan di dalam sana memang benar ada Kim Jinwoo. Tergantung di kipas angin dengan mulut di selotip.”

“Tidak apa-apa.” Soojung yang sudah lebih dulu berada di depan pintu sedang memeluk Yeri yang menangis, sementara mata tajamnya menatap tubuh Kim Jinwoo yang tergantung tanpa nyawa.

Di dekat pintu ada Jinri yang menyandarkan tubuhnya ke dinding tidak percaya, sementara Nickhun hanya berdiri diam di sebelahnya.

“Bagaimana ini bisa terjadi?” Sungyeol bertanya heran, mengikuti Myungsoo yang masuk ke dalam ruangan dan mengamati mayat Jinwoo. “Bunuh diri?”

“Tidak mungkin.” Myungsoo menggeleng, mengambil bangku di dekat tempat tidur dan menurunkan tubuh Jinwoo ke lantai. “Lihat tanganya? Jarinya sedikit memar, aku yakin dia mencoba melepaskan ikatan tali di lehernya, lagipula orang bodoh mana yang melakban mulutnya sendiri jika mau bunuh diri?”

“Benar juga.” Sungyeol mengangguk, “Tapi jika begitu berarti...”

“Dia dibunuh, sama seperti Tuan Jang, dan Tiffany.” Nickhun berkata, suaranya terdengar serak karena terlalu lama menangis.

“Dan pembunuhnya ada di antara kita.” Sungyeol menambahkan.

“Ada diantara kalian?”

“Ya, ada diantara kami.” Sungyeol mengangguk, lalu menjelaskan. “Aku tidak begitu yakin tentang Jang Dongwoo, tapi mengenai Tiffany.. aku tau Myungsoo keluar untuk sarapan sesaat sebelum kejadian Tiffany, jadi tidak mungkin ada yang masuk ke dalam Villa. Dan untuk Jinwoo, kami bertiga ada di lantai bawah untuk sekian lama dan benar-benar tidak ada satupun yang memasuki villa. Jadi siapa lagi pembunuhnya?”

“Wow, kamu ternyata lebih pintar dari kelihatannya.”

“Oh, ini hanyalah buah dari kebiasaan menonton film detektif. Itu jauh lebih menarik daripada drama romantis.” Sungyeol berakting seolah sedang muntah.

“Oke, sherlock. Jadi siapa pembunuhnya menurutmu?”

“Itu...”

“Jinwoo pria yang baik, dia bodoh dan naif, tapi dia terlalu baik untuk membuat seseorang membunuhnya.” Yeri menjelaskan, menatap satu persatu penghuni villa yang kini sedang duduk di sofa lantai satu.

“Ada berapa kemungkinan dia bukan dibunuh, tapi bunuh diri?” Sungyeol menoleh pada Myungsoo.

“Sekitar 2..persen?”

“Jadi apa yang bisa kita lakukan sekarang?” Sungyeol menghembuskan nafas kesal.

“Cari pembunuhnya, bukankah itu tujuan kita semua berkumpul disini?” Nickhun menjawab, “Hanya ada tujuh orang yang tersisa disini sekarang. Gadis ini datang bersama kakaknya yang sudah meninggal. Lalu Tiff– Tiffany datang bersamaku. Lalu kalian empat mahasiswa. Kalian tau siapa yang ada dipikiranku sekarang?”

“Aku?” Seunghoon berteriak marah. “Aku bahkan tidak mengenal kalian semua! Kalau saja bukan karena si bod– Kim Jinwoo yang membuatku begini, tentu aku tidak akan berada disini sekarang. Dan lagipula, alibiku kuat. Aku berada di lantai dasar bersama dua orang ini.” Seunghoon menunjuk Sungyeol dan Myungsoo.

“Dan apa alibi anda, Tuan Buck?”

“Kau menuduhku sekarang? Aku di dalam kamar, aku bahkan tidak keluar sedikitpun setelah... setelah hal itu!” Nickhun balas berteriak, lalu menarik dan menghembuskan nafasnya berulang kali, “Baiklah, jika begitu, jika memang yang kamu katakan benar lalu itu menyisakan..” Nickhun menoleh pada Jinri ada duduk disebelahnya.

“Aku –aku sedang tidur, sungguh, aku benar-benar tidak melakukannya.” Jinri menggeleng keras, dan Nickhun memindahkan lirikannya ke Soojung yang masih menenangkan Yeri.

“Aku? Sama seperti Jinri, aku juga tertidur di dalam kamar.” Soojung mengangkat bahu.

“Tidak ada yang akan mengaku. Bahkan jika pembunuhnya benar-benar ada diantara kitapun, kamu pikir dia akan mengaku?” Myungsoo bertanya, “Kita harus tetap bersama, selalu berada dalam kelompok dan jangan pernah pergi kemanapun sendirian. Bagaimana?”

“Ide bagus.”

“Mari kita bagi kelompok, di lantai dasar dan di atas.”

“Aku akan berada di sini.” Nickhun menjawab, mengambil sebuah majalah lama dari bawah meja lalu bersandar ke sofa.

“Baiklah, Soojung, kau bisa menemani Yeri di kamarnya?” Myungsoo melirik Yeri yang masih tampak Shock.

“Tentu saja.” Soojung mengangguk, membawa Yeri menaiki tangga.

“Aku ikut ke atas.” Seunghoon berdiri, melirik Nickhun yang mulai membaca majalahnya. “Sangat tidak nyaman berada disini.”

“Kurasa aku membawa beberapa obat penenang, Yeri akan membutuhkannya.” Myungsoo berkata, ikut berdiri lalu menatap Jinri sebentar, “kau baik-baik saja?”

“Ya, kurasa..”

“Baguslah.”

“Jadi kami membaginya begitu, di atas ada Soojung, Yeri dan Seunghoon. Juga Myungsoo yang sedang memberikannya obat. Menyisakan aku dan Jinri juga Tuan Buck di lantai bawah.”

“Sungyeol-ah.” Sunggyu memandang Sungyeol bimbang.

“Ya?”

“Aku benar-benar menghargai usahamu memberitahukan semua cerita ini, tapi sejak awal ada satu pertanyaan yang benar-benar menggangguku. Ini tidak begitu penting tapi..” Sunggyu menghela nafas. “Myungsoo, Jinri dan Soojung. Ada apa dengan mereka?”

“Oh..” Sungyeol mengangguk, lalu menjawab dengan lemah. “Masalahnya.. aku juga tidak yakin.”

“Huh?”

“Aku bahkan tidak yakin aku mengenal Myungsoo, kami sudah bersahabat sejak sekolah menengah atas, lalu memasuki universitas yang sama. Dia orang yang aneh dengan kepribadian yang juga aneh. Kami selalu berdua selama waktu yang cukup lama, lalu saat memasuki semester tiga, Soojung tiba. Dia mahasiswa baru di kedokteran, seorang warga campuran yang cantik dan pintar, tapi terlalu serius. Tidak begitu cocok denganku, tapi Myungsoo kelihatan sangat menyukainya. Dan tentu saja Soojung juga, siapa yang tidak suka Myungsoo? Dan aku juga berpikir mereka berdua memiliki hubungan khusus.

Sampai semester enam, Choi Jinri datang. Dia mahasiswa semester tiga di jurusan yang sama denganku, Teater. Aku menyukai Jinri, maksudku, dia gadis yang baik dan tentu saja cantik sekali. Tapi anehnya... Myungsoo juga sekali lagi kelihatan sangat menyukai Jinri. Lalu bam! Mereka menjadi sangat dekat. Tapi dia juga tetap dekat dengan Soojung, lalu dengan Jinri, lalu.. kamu mengerti maksudku, Sunggyu Hyung?”

Two-timing?

“Entahlah, mungkin begitu. Tapi dalam cara yang aneh, ah aku benar-benar tidak mengerti Myungsoo.”

“Aku juga.”

 

*****

 

“Menurutmu Myungsoo itu orang yang seperti apa?”

“Hey, dia adikmu, Kim.”

“Ya, tapi kau kan pernah bertemu dengannya sekali.”

“Oh itu? Dia terdengar sedikit kekanakan.” Detektif Jung tertawa kecil memikirkan Myungsoo yang sempat memarahinya saat itu.

“Ya, seperti itulah Myungsoo yang aku tau. Tapi entah kenapa setelah mendengar cerita dari orang-orang ini, aku seperti bukan mendengarkan cerita tentang Myungsoo.”

“Tentu saja. Sudah berapa tahun kau tidak bertemu Myungsoo? Dia memang adik yang lucu saat bersamamu, tapi dia mungkin sudah berubah di depan teman-temannya.” Jung Yunho menjelaskan, lalu menepuk bahu Sunggyu. “Semua orang berubah, Sunggyu.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
bibimbab
Setelah hampir 2 tahun menghilang akhirnya saya posting lanjutan cerita ini. Saya tau cerita ini sangat not worth the wait, dan saya bakal sangat ngerti kalo pembaca unsubscribe.
Anw. Kalau memang masih ada yang berniat membaca saya saya cuma bisa bilang maaf banget, dan terimakasih!

Comments

You must be logged in to comment
Blue_light #1
Good story
Itadekimass #2
Chapter 8: Oke aku udah penasaran pake banget!!
Kak bi harus tanggung jawab! Plisss lanjutin kaaakkk :'(((
Itadekimass #3
Chapter 1: Hah! Kak bibimbab emang warbiasahhh :*
Wahyuni1998 #4
Chapter 8: Next please ??
babbychoi
#5
Chapter 8: Kak, btw aku masih nunggu cerita ini update loh :)
babbychoi
#6
Chapter 7: Ya Ampun kak Bi, aku nggak ngerti lagi mau nulis apa. Bahkan aku terlalu spechless waktu buka story kakak dan udah ada part baru dari cerita ini. Meskipun aku baca sambil "nyureng_nyureng" karena gagal paham tapi akhirnya aku sedikit ngerti sekarang sama jalan ceritanya. Tetep semangat kak, karena aku masih nunggu BANGET cerita-cerita dari kakak becoz ada Jinri-ku disini. Wkwkwk.
babbychoi
#7
Chapter 3: Bisa kali di update mba, nungguin nih dari kapan tau :(
babbychoi
#8
Chapter 3: Kak? Aku bener2 nungguin updatean mu! Kenapa gak update2? :( :( :(
seiranti
#9
Chapter 3: Cinta segitiga kah ini, ato empat, lima?? Tp loh kok mauu cewe2 kece d duain.. Jinri n soojung! Penasaran bgt nih thor
vanilla133 #10
Chapter 3: okayyy.... im really curious about jinri,L and soojung right now.