Chapter 5

Just The Way You Are

Setiap orang di dunia ini punya kisah hidup menarik untuk diikuti, dan Sehun ingin tahu kisah seperti apa yang Minseok miliki. Apakah penuh kebahagiaan, petualangan seru, cerita cinta romantis atau kesedihan. Tapi sejauh dia mengenal gadis itu, buku kehidupannya terkunci rapat. Gadis itu hanya mengijinkannya melihat covernya saja, Sehun sadar jika selama ini Minseok membuat batas diantara mereka, batas yang membuatnya tidak bisa melangkah lebih jauh menuju dunia Minseok, dunia yang justru ingin Sehun kenal. Apa jika dia bertanya kali ini, Minseok bersedia membagi cerita hidup dengannya.

Hari ini adalah Sabtu, Sehun mengajak Minseok berjalan-jalan. Danau di tengah kota Beijing adalah tujuannya, tempat yang paling tepat karena gadis itu tidak begitu menyukai keramaian. Hamparan pepohonan hijau menjadi pemandangan utama di seberang danau, beberapa angsa berenang menepi memakan remahan roti yang dilempar oleh pengunjung yang lain. Area tempat mereka duduk sekarang tidak seramai area utama yang penuh dengan keluarga yang sedang berwisata, tapi sesekali mereka masih bisa mendengar gelak tawa anak-anak yang bermain.

Mereka duduk di bangku, melihat langsung ke danau. Minseok tampak begitu menikmati sambil mendengarkan music dari earphone yang dipasang dengan volume rendah. Sementara Sehun, dia lebih tertarik memandang profile wajah gadis itu dari samping. Semua tentangnya sangat manis.. dia sempurna baginya. “Jika saja kau merasakan hal yang sama, aku akan menjadi pria yang paling berbahagia. Tapi tentu saja, semuanya terlalu sulit untuk menjadi nyata”, batin Sehun sambil terus memandangnya sedih.

Minseok menundukkan kepalanya saat mengganti playlist lagunya, membuat sebagian rambutnya jatuh ke depan menutupi wajahnya. Refleks, tangan Sehun terangkat untuk membantunya menyelipkan rambut di belakang telinga Minseok, membuat gadis itu menoleh padanya dengan tatapan bingung. Tapi kemudian tersenyum.

“Terima kasih..”, Minseok tersenyum, tapi kenapa Sehun merasa itu adalah senyum palsu. Senyum yang terpaksa dilakukan karena dia harus tersenyum untuk menutupi kesedihan hatinya. Apapun itu. “…kau berhak untuk bahagia, Xiumin. Aku akan melakukan apapun untuk menghilangkan kesedihan dari hidupmu..”.

.

.

.

 

Luhan berbaring di tempat tidurnya, satu tangannya diletakkan di bawah bantal dengan satu bantal lain di bawah kakinya. Pintu besar menuju balkon sengaja dibiarkan terbuka, mengijinkan angin luar memainkan tirai tipis yang kini mulai berayun menciptakan gelombang teratur. Kamar Luhan terbilang cukup luas dan terlihat nyaman dengan dominasi warna putih dan hitam, perabotannya tersusun rapi, ada satu foto besar dirinya di atas kepala tempat tidur, di sudut kamar terdapat satu rak khusus yang memajang figure action dan komik dragon ball favoritnya, bacaan rutin Luhan saat masih sekolah dulu. Tapi kini semua hanya menjadi koleksi, hampir tak tersentuh meski dilihat setiap hari.

Saat Luhan akan memejamkan mata, ponselnya berdering. Di layar tertera nama Wu Qia. Luhan menghela nafas sebelum menggeser tombol hijau. Sekarang dia sedang mencoba memperbaiki hubungannya dengan kekasihnya itu, beberapa bulan sebelumnya memang sangat kacau dengan pertengkaran yang hampir menghiasi setiap pertemuan mereka. Tapi untuk kali ini biarlah Luhan mengalah.

“Hallo…”, jawab Luhan.

“Hallo, Luhan…”, suara Wu Qia dari seberang telepon.

“Ada apa?”, Luhan mendudukkan dirinya, menyandar pada kepala tempat tidurnya.

“Ada apa? Bagaimana bisa kau bertanya seperti itu… ini hari ulang tahunku tapi hingga pagi ini kau belum mengucapkan selamat ulang tahun padaku, apalagi hadiah. Kau pasti lupa kan?”, Luhan terdiam kemudian mengusap wajahnya. Astaga, benar hari ini Wu Qia berulang tahun dan Luhan benar-benar lupa akan hal itu. tentu kekasihnya akan marah jika tahu dia melupakan hari ulang tahunnya.

“Tidak, tentu saja aku ingat..!!”, bohongnya. “Selamat ulang tahun ya.. dan lagi kau pasti baru bangun kan..?”, Luhan melirik jam di atas nakas, dia tahu Wu Qia tidak mungkin bangun pagi kecuali ada jadwal pemotretan. “Aku sengaja tidak mau mengganggu tidurmu semalam, kau pasti sangat lelah setelah pemotretan di pantai kemarin... Sebenarnya aku berniat mengajakmu keluar hari ini”.

“Kemana..?”,

“Tentu saja untuk membeli hadiahmu..”.

“Benarkah?”, suara wanita itu terdengar bersemangat. “Aku boleh memilih apapun yang aku suka?”, tanyanya.

“Hmm.. tentu.. Aku akan menjemputmu setengah jam lagi”.

“Kalau begitu aku akan segera bersiap. Luhan… aku mencintaimu…!!”, ucapnya kegirangan lalu memutuskan sambungan teleponnya. Sebelum beranjak dari tempat tidur, perhatiannya terkunci pada frame foto di samping jam, seorang anak laki-laki bersama perempuan kecil berkucir dua yang berpose di depan rumah bergaya khas tradisional korea. Ah kenangan itu.

.

.

.

Minseok membuka pintu utama rumah Keluarga Lu, ada Sehun di sana. Pria itu menepati janjinya untuk mengajaknya berjalan-jalan setiap akhir minggu. Minseok melangkah mundur, memberi ruang padanya untuk masuk kemudian menutup pintu. Dia mengikuti Sehun yang terlebih dahulu duduk di sofa berwarna putih susu di ruang tamu.

“Ini untukmu, ku harap kau menyukainya…”, satu buket bunga mawar putih dikelilingi baby breath telah berpindah ke tangan Minseok. Mata gadis itu berbinar saat menyentuh ujung bunga-bunga itu.

“Cantik sekali, ini bunga kedua yang aku terima setelah wisudaku. Sehun-ah terima kasih…!!”, ucapnya tulus.

“Kalau kau menyukainya, aku akan mengirim bunga setiap hari untukmu…”, canda Sehun yang diiringi tawa Minseok. “Ngomong-ngomong dimana Luhan, kenapa sepi sekali?”. Senyum di wajah Minseok perlahan memudar, “Kekasih Luhan hari ini berulang tahun, jadi mereka pergi untuk merayakannya. Paman dan Bibi Lu juga pergi untuk urusan amal di daerah Zhenjiang, mungkin malam mereka baru pulang”.

“Dan kau?”, Minseok menggeleng. “Jadi, hari ini kau mau pergi kemana? Seperti yang aku katakan semalam, aku akan mentraktirmu. Katakan saja, aku pasti akan mengantarmu..”. Minseok terdiam untuk beberapa saat sebelum merespon.

“….. sebenarnya, aku tidak ingin pergi kemanapun”.

“… kau ingin tetap tinggal di rumah?”.

Minseok menggeleng lemah, “Bisakah kita hanya berjalan-jalan di sekitar sini?”. Sehun mengangkat sebelah alisnya, kenapa gadis itu lagi-lagi terlihat sedih. Dia tahu berjalan berdampingan dengannya akan tampak sangat aneh, Minseok jarang berbicara dan Sehun tidak tahu harus mengawali pembicaraan dengan apa. Tapi akhirnya dia menyetujuinya.

“Tentu, aku akan menemanimu..”.

.

.

Mereka sampai di sana, Sehun sedikit terkejut karena tidak ada siapapun di sana. “Wah.. apa kita datang terlalu pagi…”, komentarnya saat keluar dari mobil. Dia berjalan ke sisi Minseok untuk membukakan pintunya tapi gadis itu ternyata sudah ada di luar.

“Di sini memang selalu sepi, tamannya indah bukan.. tapi penghuni perumahan mewah ini sepertinya tidak punya banyak waktu untuk menikmatinya. Mereka melewatinya setiap hari, mengakui keindahannya tapi tidak pernah mau singgah barang sebentar”.

Sehun mengiyakan, membuat senyum kecil dan mengikuti Minseok masuk ke dalam taman. Di dalam ternyata lebih bagus dari yang terlihat di luar, ada kolam air mancur di tengahnya, jalan setapaknya terbuat dari batu putih yang tersusun rapi, aneka macam bunga ditanam di sana, dikelompokkan berdasarkan jenis dan warna, di beberapa sudut ada pohon rindang yang tumbuh menaungi beberapa gazebo kecil di bawahnya. Di dekat pintu masuk juga terdapat areal bermain anak-anak tapi sepertinya jarang digunakan.

Mereka berjalan bersisian, pandangan Sehun tertuju pada tangan mereka yang saling berdekatan, cukup dekat untuk meraihnya kemudian menggenggamnya dengan lembut. Dengannya yang begitu dekat, dia ingin sekali memeluknya, melindunginya dari sesuatu yang bisa menyakitinya. Tapi bagaimanapun dia mencoba menahan diri. Dia selalu takut untuk melakukannya, mereka tidak pernah melakukan kontak fisik dengan sengaja. Bagaimana jika Minseok membencinya dan menghindarinya jika dia tetap melakukannya.

Hampir satu jam mereka berjalan-jalan di sana, jika Minseok lebih senang merekam yang dilihat dengan matanya, Sehun mengabadikan moment indah itu dengan ponselnya. Memotret banyak hal dan tentu saja mencuri gambar Minseok adalah salah satunya karena gadis itu selalu menutup wajahnya jika Sehun mengarahkan kamera ke arahnya.

Angin dingin musim semi berhembus, membuat Sehun harus menggosok tangannya karena kedinginan. Sialnya, dia hanya mengenakan jeans dan sweater lengan panjang tipis tanpa jaket tebal apalagi syal. Siapa kira dia akan berkeliaran di luar rumah menantang dinginnya udara, bayangan hangat atau nyamannya kedai kopi sirna sudah. Sehun memang bodoh, ya cinta yang membuatnya begitu.

“Pakai ini…”, Sehun berbalik dan melihat Minseok mengulurkan syal biru yang sedari tadi dipakai padanya. “Kau kedinginan, pakailah…!”, harus diakui Sehun senang dengan perhatian kecil yang Minseok berikan tapi gengsinya sebagai pria menolak. Tapi penolakan Sehun tidak berarti karena gadis itu segera memasangkannya secara paksa pada pria yang bertubuh lebih besar darinya itu, kemudian tak lupa menatanya sedemikian rupa agar Sehun tak kedinginan. “Maafkan aku, karena mengikutiku kau jadi kedinginan. Lain kali kau bisa katakan tidak untuk keinginanku..”, ucap Minseok setelah selesai memasangkan syalnya pada Sehun. Mereka terdiam sejenak, menatap satu sama lain dengan dalam. Sampai akhirnya Minseok memutuskan kontak mata mereka.

Tangan Minseok perlahan turun, tubuh mereka masih saling berhadapan. Minseok menghela nafasnya, pandangannya naik lagi untuk bertemu dengan mata Sehun, “Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau terus berada di sampingku?”, Minseok sendiri takut kata-katanya akan menyinggung Sehun. Dia tidak ingin menyakiti pria itu, tapi Minseok juga ingin tahu… selama beberapa bulan terakhir kenapa Sehun begitu memperhatikan dirinya. Minseok bukan orang bodoh yang tidak mengerti semua hal yang sudah Sehun lakukan untuknya.

Sehun cukup terkejut dengan pertanyaan Minseok yang tiba-tiba. Ini adalah pertama kalinya Minseok bertanya tentang mereka, hubungan mereka. Sehun lagi-lagi merasa ragu untuk mengatakannya. Sejujurnya dia tidak pernah mengatakan kata cinta kepada siapapun sebelumnya tapi sekarang dia sudah tidak bisa mundur lagi. “Xiumin…”, dia terdiam. “….sebenarnya aku mencin-“.

“Hentikan…!!”, potong Minseok cepat.

“Kenapa??!”, tanyanya.

“Karena aku tidak bisa membalas perasaanmu, jadi tolong mulai sekarang berhenti berbuat baik padaku. Kau membuatku tersiksa…!”, Minseok bisa melihat ekspresi terluka dari wajah Sehun saat dia mengatakannya. “Kau orang baik, carilah gadis lain yang lebih baik dariku..”. tenggorokan Minseok mulai tercekat, tapi dia menahan diri untuk tidak menangis.

“Omong kosong..! Kau mencintai orang lain? Apa aku tidak pantas untukmu?”. Minseok diam, matanya mulai memerah. Sehun khawatir sekarang. Kenapa dia tidak menjawab? Apa itu berarti iya? Apa ini? Apa dirinya baru ditolak oleh gadis yang dipujanya siang dan malam? Antara marah dan kecewa, tangannya mengepal dengan keras.

Minseok menggelengkan kepalanya dan Sehun mengira dia akan mengucapkan kata penolakan selanjutnya atau permintaan maaf karena tidak bisa menerima cintanya.

“Aku pernah mencintai seseorang dengan sepenuh hatiku, memimpikan sebuah masa depan yang indah bersamanya. Bertahun-tahun aku menjaga cintaku hanya untuknya tapi kemudian dia dengan mudah meninggalkanku, tanpa pernah bertanya bagaimana perasaanku. Aku hancur tapi aku tidak bisa membencinya. Yang bahkan hingga detik ini aku masih mencintainya, jadi bagaimana bisa aku menerima cinta yang lain saat hatiku hanya tertuju padanya. Bukankah itu terlalu egois?”. tiba-tiba Sehun merasa hatinya ikut merasa pedih.

“Kau lebih egois saat tidak memberi kesempatan pada cinta yang lain”, dia meraih kedua tangan mungil Minseok yang terasa dingin di genggamannya. “Xiumin.. bisakah kau memberiku kesempatan. Aku berjanji aku tidak akan meninggalkanmu sampai kau sendiri yang menyuruhku pergi dari kehidupanmu. Aku akan selalu di sini, bersamamu…”.

“Apa jika sekarang aku menyuruhmu pergi, kau benar-benar akan pergi?”, tanya Minseok, cairan bening mulai menganggu penglihatannya.

“Jika itu yang kau inginkan, jika itu bisa membuatmu lebih bahagia. Tentu saja…”, Sehun menjawab dengan tenang, tapi di dalam hatinya, dia khawatir jika gadis itu benar-benar mengatakannya. “Xiumin, kau sungguh ingin aku pergi?”.

.

Hening

.

“Kau memperlakukanku dengan sangat baik dan membuatku merasa nyaman setiap berada di dekatmu. Tidak. Aku tidak ingin kau pergi.. bisakah…” Minseok mulai terisak “… bisakah kau memberiku sedikit waktu untuk melupakan orang itu?”. Bahunya terguncang, dia akhirnya kalah dengan emosinya sendiri.

Sehun melihat pada Minseok yang tertunduk dengan terkejut. Dia tahu yang dikatakan Minseok adalah kejujuran. Apa dia sedang bermimpi, mimpi yang selalu dia inginkan menjadi nyata. Jika Minseok tidak ingin dia pergi berarti gadis itu mulai membuka hati untuknya. Belajar mencintainya, benarkah? Betapa senang perasaan Sehun, rasanya ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya sekarang.

Dia tidak peduli jika Minseok akan mendorong atau menamparnya setelah ini, dan tanpa banyak berpikir Sehun menarik tubuh mungil gadis itu dalam pelukannya. Minseok hanya membeku di tempatnya berdiri, air mata terus mengalir membasahi pipi putihnya saat Sehun semakin memeluknya erat. “Maafkan aku jika kau membenci ini, tapi tolong… biarkan aku memelukmu sebentar lagi”.

Sehun tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat merasakan Minseok juga balas memeluknya. Dia masih tidak percaya hal ini terjadi sekarang… gadis yang sangat dicintainya ada di pelukannya.

Minseok menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sehun. Dia ingin mengatakan dia sangat bahagia tapi tenggorokannya terasa berat untuk mengatakan sesuatu. Sehun adalah pria pertama yang memberinya kenyamanan seperti ini, sebuah perasaan dicintai dan diinginkan.. Minseok menyukai cara Sehun yang memeluknya seperti dia adalah segalanya untuknya. Untuk pertama kali setelah sekian lama, Minseok merasa jantungnya berdetak kencang untuk seseorang, selain Luhan.

.

.

.

.

.

Author Note's

Maaf short chapter, mbk authornya dua minggu ini terkapar sakit (dan masih sakit). Jadi ga bisa update panjang huhuhu... maaf ya.. 

Kalau ada teman-teman yang pengen ngelanjutin cerita ini boleh kok, message ke sini aja. Abisnya mbk author yang satu ini ga bisa diandelin kalo urusan update suka seenaknya haha... Kalau berkenan review ceritanya juga ya.., siapa tahu abis baca review kalian mendadak demamnya turun terus punya ide bikin chap selanjutnya...

Makasih sudah mau baca cerita yang sangat tidak sempurna ini, Bye.. ^_^

.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mineseu3101 #1
Senengnya ff ini updateee. Luhan lagi nyesel bgt ya, emang penyesalan selalu datang belakangan. Skrg giliran udah jadi istri org malah bru ngakuin kalo suka & kembali memperjuangkan. Kdng ngeselin jg liat luhan, haha.

Tp gimanapun jalannya ff ini, selagi castnya ada xiuhan aku tetep nikmatin kog. Ditunggu kelanjutannya ya. Fighting! :)
angga_xyu18
#2
Chapter 7: waahh persaingan makin ketat aja ya..salah ndiri lu-ge napa situ ga bisa mensyukuri apa yg ada aja sih..malah pengen yg aneh" yg lebih.

buat sehun,minseok itu istrimu kamu perjuangin aja dia buat kamu. buktiin ke luhan kalo dia udah salah dulu pernah buang minseok.

buat minseok, ga usah noleh ke belakang, liat apa yg ada di depan aja. belakang itu masa lalu, sekarang waktunya menata masa depan.
flottemo #3
Chapter 7: CIA CIA CIA TIRAN!LUHAN DETECTED!!!!

xiuhunhan bahasa indonesia jarang banget, syukur deh ketemu fic ini hehe, kok liat luhan jijik ya, salah lo udah nganggep minseok angin lalu eh pas nyesel kok malah pengen ngembat bini orang lol.

ciee sehun laki idaman banget neh, udah ganteng, perhatian, siap siaga jaga istri dari predator macam lu-nyebelin-han, sayang si minseok kok bego banget kayanya ya, doi terlalu friendly sama ngga was-was keadaan ato emang centil pengen nge-poliandri sehun sama luhan wkwk

ini bakalan ke xiuhun apa xiuhan sih? kalo xiuhun, ngga seru dong itu-itu aja, ga panas bahtera rumah tangganya, tapi kalo xiuhan ntar kasian minseok kok dapet orang nyebelin jadi suaminya, engga bisa apa xiuhunhan gitu wkwk. Hwheu maaf malah bacot ya ngga usah di tanggepin kok terserah mba malaikatnya mau bikin gimana pokoke aku bakalan tunggu update selanjutnya!!
angga_xyu18
#4
Chapter 7: Chapter7 : oke ini bikin galau binggits..aku cinta xiuhan tapi ini pertama kalinya aku pengen xiuhun happy ending. Jarang bgt aku nemuin ff xiuhun yg happy ending.
Tapi aku juga ga tega liat luge kuh sakit ati..gegana banget..

Oke fix aku mau xiuhun...xiuhun...xiuhun...xiuhun
angga_xyu18
#5
Chapter 6: Chapter6: no comment
angga_xyu18
#6
Chapter 5: Chapter5 : kyaaaaaa mau xiuhuuuun hueee,aku kok malah nyesek ya bacanya,,
Aku ga peduli ah ama luge maunya kek gimana, yg penting xiuhun!
angga_xyu18
#7
Chapter 4: Chapter4 : hahaha terus aja bikin luhan panas, aku memang xhs hardcore, tapi aku kadang suka gemes liat luhan suka ngasih kode ambigu, panasin aja terus si luhan.. aku bahagia, biar tau rasa dia haha (senyum_evil)
(Aku nistain biasku sendiri)
angga_xyu18
#8
Chapter 3: Chapter3 : kyaaaaaa.... Andweeee kenapa mesti barengan gitu ketemuannya. Ga kuat aku mau baca next chapter, kira" bakal ada apa ya?
Aku udah deg"an duluan nih....
angga_xyu18
#9
Chapter1 : bagus banget, aku suka ceritanya, lagi bingung pengen baca ff xiuhan eh, nemu ini, ada xiuhun momen lagi aaaaw sukaaa bgt.
Sip lah
ohahayu
#10
Chapter 7: Xiuhun please