Chapter 3

Just The Way You Are

Sehun berusaha membuat suasana senyaman mungkin, meskipun tidak demikian dengan hatinya, yang terdengar berisik seperti festival perayaan menyambut tahun baru. Sementara Minseok makan dengan tenang sambil sesekali memisahkan potongan jamur tiram yang tersembunyi diantara spageti ke pinggir piringnya. Mulutnya mengunyah dengan pelan, menikmati semua rasa yang menyatu dalam setiap suapan yang masuk melalui bibir mungilnya. Apa spagetinya seenak itu? pikir Sehun. Dia tidak bisa berhenti memperhatikannya.

“Sehun..”, tiba-tiba Minseok memanggilnya.

“Ya..!?”,

“Itu.. Ada saos tertinggal di wajahmu..”, Minseok tertawa kecil, menunjuk bibirnya sendiri untuk menunjukkan Sehun di mana bercak kemerahan itu tertinggal di wajahnya. Sehun mengelap sisi yang salah.

Minseok menggeleng dan sedikit mencondongkan tubuhnya untuk membersihkan saos itu dengan ibu jarinya. “Biar ku bantu..”.

Nafas Sehun tertahan saat jemari gadis itu menyentuh ujung bibirnya, mengusapnya dengan lembut. Momen yang dirasakan seperti gerakan slow motion karena waktu berjalan menjadi sangat lambat, tatapannya naik ke wajah Minseok yang halus dan berhenti di dua kelopak matanya yang bening. Hingga ia mampu melihat pantulan dirinya di dalam sana. Oh tidak, Minseok balas menatapnya.

Sehun mengalihkan pandangannya, oh apa ini. Untuk alasan yang tidak jelas dia merasa malu untuk terus bertukar pandang, khawatir gadis itu mampu melihat jauh ke dalam hatinya yang begitu senang hanya dengan duduk berdua dengannya. Bodoh

“Aku pikir kau benar-benar orang Beijing, karena bahasa mandarinmu sangat bagus..”, puji Sehun.

“Tapi tidak sebagus bahasa mandarinmu..”, Minseok tertawa. “Terima kasih atas undangan makan malamnya dan selamat atas promosimu”.

“Tidak masalah”.

“Oh iya..”, sedikit ragu untuk mengatakannya sementara Sehun menaruh perhatiannya pada ekspresi wajah Minseok yang tidak nyaman. “Aku sudah mengundurkan diri dari perusahaan dan akan pulang ke Seoul besok pagi”.

Betapa senyum itu langsung menghilang dari wajah Sehun, tergantikan dengan raut kekecewaan yang sulit untuk disembunyikan. Sepertinya takdir sedang mempermainkan hidupnya, baru saja perasaan itu bersemi dengan indah, memberinya semangat baru dan kebahagiaan tapi sejurus kemudian tanpa ampun memporak porandakan seluruh hatinya tanpa sisa.

Di bawah meja kedua tangannya terkepal kuat, ia ingin menahan gadis itu, mengatakan untuk tetap berada di sampingnya karena gadis itu sudah berhasil mencuri hatinya. Tapi mulutnya benar-benar mengkhianati hatinya, ia berdusta.

“Benarkah? Hati-hati di jalan kalau begitu..”, ia mencoba tersenyum meskipun dirinya merasa sangat kecewa. Dan Sehun berjanji, jika di masa mendatang mereka dipertemukan kembali ia tidak akan melepaskan gadis itu untuk kedua kalinya.

.

.

Peep

Pintu sebuah apartemen terbuka, menampilkan sosok cantik dengan tubuh semampai. Dress merah ketat yang dikenakan menggambarkan dengan baik lekuk tubuhnya yang sangat seksi. Wanita itu bernama Wu Qia, sosialita yang juga berprofesi sebagai model, dikenal banyak orang karena bentuk tubuhnya yang menggoda. Dia langsung menghampiri seseorang yang duduk diam di sofa, membelakanginya,

Bibir merahnya mengulas senyum saat tangannya dengan seduktif mulai menyusuri bahu pria itu hingga turun ke dadanya. “Hei tampan, kau pasti merindukanku kan..”, ucapnya sangat dekat hampir menempel di telinganya.

“Menjauh dariku..”, Wu Qia tersentak saat pria itu langsung menepis tangannya ke udara begitu saja. Padahal di luar sana banyak pria yang bertekuk lutut memuja dan mengemis cintanya tapi di sini dirinya justru terlihat sangat murahan, tentu saja perlakuan ini melukai harga dirinya.

“Luhan, kau menyebalkan..!!”, ucapnya kesal, memutari sofa untuk duduk di hadapannya, menyilangkan satu pahanya ke atas tanpa repot-repot menutupi bagian kulit mulusnya yang terekspos akibat dresnya yang tertarik ke atas. “Lalu kenapa kau tiba-tiba datang ke tempatku? Sejujurnya ini sangat mengejutkan, tiba-tiba kau menungguku di sini”.

Luhan mengusak wajahnya dengan frustrasi, keadaannya sekarang sungguh berantakan. Rambutnya kusut dengan kedua lengan kemeja yang tergulung asal, juga dasinya dibiarkan longgar dengan dua kancing kemeja teratas yang terbuka, jas hitamnya sendiri sudah tergeletak di atas meja. Dan Wu Qia bukanlah tipe wanita penyabar yang akan menunggu Luhan menjawab pertanyaannya, jadi dia meninggalkannya menuju dapur mencari sekaleng bir dingin untuk dirinya sendiri.

“Aku sudah memutuskan pertunanganku…”, Wu Qia menaikkan sebelah alisnya, segera berbalik dengan senyum sinis di sudut bibirnya, sama sekali tidak menunjukkan rasa empati atas kesedihan yang jelas tampak di wajah Luhan.

“Sayang sekali, kenapa begitu tiba-tiba Luhan?”,

“Aku selalu dihantui rasa bersalah atas semua yang telah terjadi, membiarkannya terus menungguku sungguh membuatku tersiksa. Apalagi saat dia menerima begitu saja pemutusan sepihak dariku tanpa banyak bertanya, bukankah seharusnya dia menamparku? apa menurutmu aku sudah melukai hatinya? Apa Minseok masih mau memaafkanku?”.

Rahang Wu Qia mengeras, hatinya terasa panas melihat bagaimana Luhan bercerita tentang wanita korea itu, seolah dia baru saja melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Tidak mungkin Luhan mulai menaruh perasaan pada wanita itu, yang bahkan tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun. Bagi Wu Qia, Luhan adalah pria single, omong kosong dengan perjodohan mereka yang terjadi hanya karena orang tua mereka bersahabat.

“Itu bukan hal yang harus kau sesali Luhan, apa selama ini kau tidak pernah memikirkan perasaanku. Lalu sampai kapan kau akan menyembunyikanku? Tidakkah hubungan kita terlalu rumit, aku tidak bisa terus begini karena aku juga butuh pengakuan...”, Wu Qia menekankan pada kata terakhirnya, sorot mata tajamnya ditujukan pada Luhan yang selama ia bicara tidak pernah melihat ke arahnya.

“Tidak semudah itu..”.

“Lalu apa lagi? Toh kau sudah tidak terikat dengan tunanganmu itu, atau…”, kalimatnya menggantung “orang tuamu belum mengetahui hal ini? Hah sangat lucu", diikuti tawa sinisnya. "Apa kau butuh bantuanku untuk mengatakannya?”, kalimatnya terdengar seperti ancaman.

Luhan mengangkat wajahnya cepat, Wu Qia menaikkan alisnya penuh kemenangan, tebakannya sangat tepat.

“Jangan pernah berani mendekati keluargaku tanpa seijinku, kau dengar itu..!!”, tunjuk Luhan pada Wu Qia, wanita itu mendengus kesal. Dia tidak pernah mendengar Luhan bicara seserius ini, biasanya pria itu hanya mengiyakan atau sedikit bicara padanya tapi kali ini Luhan benar-benar berbeda. “Aku sendiri yang akan mengatakan pada orang tuaku, dan aku butuh waktu.. ku harap kau mengerti..”, segera setelah kalimat Luhan berakhir, ia menyambar jasnya bergegas keluar dari apartemen, namun sebelum dirinya mencapai pintu ia berbalik. “dan jangan pernah mengganggu kehidupan Minseok”.

“Brengsek..!!”, Wu Qia meraih vas bunga terdekat dan membantingnya ke dinding dengan penuh amarah, sesaat setelah Luhan menutup pintu.

.

.

Beberapa bulan sejak kepulangan Minseok ke Seoul, hari-hari Sehun terasa sepi. Padahal sebelumnya mereka juga jarang bertemu, tapi mengetahui bahwa gadis itu sudah tidak berada di dekatnya, membuatnya harinya kurang bersemangat. Tangan Sehun selalu ingin menekan nomor telepon Minseok tapi takut jika itu membuatnya semakin rindu, sementara gadis itu tidak pernah menghubunginya untuk sekedar memberinya kabar. Benar-benar bertepuk sebelah tangan sepertinya.

Sehun terlihat begitu melankolis sekarang, duduk terdiam dengan kepala yang disandarkan pada kaca jendela kamarnya. Ada sebuah tulisan di kaca yang berembun itu. Xiumin. Ya, Sehun yang menulisnya dengan telunjuknya, mungkin hanya ini yang bisa dilakukan untuk menyampaikan rasa rindunya, meski gadis itu tidak akan pernah tahu. Telunjuknya menambahkan kata lain, di mulai dari kata I dilanjutkan gambar hati kecil, tangannya terus bergerak akan menulis huruf terakhir.

“Sehunaa…!!”, Sehun tersentak dengan seseorang yang tiba-tiba menubruk dirinya dari belakang, saat ia menoleh kakaknya tengah tersenyum lebar seraya merangkul pundaknya dengan posesif. Panik ia langsung menghapus semua tulisan yang ia buat dengan telapak tangannya.

“Hyung..!! kau mengagetkanku..”, ucapnya hampir berteriak, menggerakkan bahunya untuk menyingkirkan lengan Kyuhyun yang masih melingkar di pundaknya. Memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan Khyuhyun. “Lain kali ketuk pintu saat masuk ke kamarku”.

“Sudah kulakukan.. kau saja yang tak mendengarnya,..”, Kyuhyun membela diri, padahal tadi dia memang asal masuk tanpa mengetuk pintu. Niat awalnya ingin melihat Sehun sebentar, dia pikir adiknya itu sudah tertidur karena hari sudah larut. Tapi nyatanya dia malah menemukan Sehun yang masih terjaga dengan wajah yang terlihat murung di samping jendela.

“Ada apa?”,

“Tidak ada apa-apa..”, geleng Kyuhyun santai

“Ya sudah keluar dari kamarku, aku mau tidur..”, Sehun naik ke tempat tidurnya, menyusupkan badannya di bawah selimut yang hangat. “Yaa.. mau apa kau?!”, protesnya, saat Kyuhyun ikut merangkak naik, dan mengambil tempat di sampingnya, ia juga merebut gulingnya. “Turun dari tempat tidurku..!”, ia menendang pantat Kyuhyun dengan kakinya tapi kakaknya itu tetap keras kepala tak mau pergi.

“Ah sudahlah biarkan aku di sini, lagipula aku juga mau tidur. Tenang saja aku tidak akan mengganggumu..”, ucapnya dengan mata terpejam.

Sehun menghela nafas, menyerah untuk mengusir kakaknya. Lagipula dirinya juga mulai mengantuk malas jika harus berdebat lama-lama. Setelah mematikan lampu, dia merebahkan tubuhnya, memandang langit-langit kamarnya yang gelap, dadanya naik turun dengan teratur. Lewat ekor matanya Kyuhyun melirik padanya, sadar jika adiknya sedikit berbeda, akhir-akhir ini ia menjadi lebih pendiam dan senang mengurung diri di kamar.

Suasana kamar hening sejenak

“Hyung..”, panggilnya.

“Hmm…”,

“Menurutmu kenapa kita merindukan seseorang?”, Kyuhyun membuka matanya perlahan, tapi tidak menoleh pada adiknya, sama halnya dengan Sehun, ia juga kini menengadahkan wajahnya ke atas.

“Tentu saja, karena seseorang itu mempunyai arti penting dalam hidup kita, rasa kehilangan saat kau jauh darinya membuatmu selalu ingin berjumpa dan berada di dekatnya”.

“Bagaimana jika orang yang kau rindukan tidak merindukanmu?”, Kyuhyun sedikit bingung dengan pertanyaannya yang tidak biasa dilontarkan itu, ia menoleh ke samping pada adiknya yang masih setia melihat ke atas. Keningnya berkerut keheranan, apa adiknya sedang patah hati?

“Bagaimana kau tahu dia tidak merindukanmu?”, malah balik bertanya. “hanya karena dia mengabaikanmu atau tidak mengatakan kata-kata rindu bukan berarti seseorang itu tidak merindukanmu. Ada banyak hal yang kadang membuat seseorang tidak mengatakannya, dan lagi apa tidak terlalu egois menuntut seseorang juga merindukanmu hanya karena kau merindukannya? Yaa..!!, kau mendengarku..”, mengguncang bahu Sehun saat sadar dia tidak mendapat tanggapan.

“Berisik, aku ingin tidur..!”.

“Aishh, anak ini…”, gumam Kyuhyun saat adiknya mengubah posisi tidurnya dengan berbalik memunggunginya, padahal kan tadi dia duluan yang menganggu tidurnya. Sementara dalam diamnya Sehun membenarkan semua perkataan Kyuhyun.

.

.

Luhan berangkat ke kantor seperti biasa, karyawan yang berlalu lalang di dalam kantor menyapanya dengan membungkukkan badan sejenak, yang dibalas Luhan dengan anggukan kecil. Saat masuk ke dalam lift, beberapa karyawan lain mundur dan memberi ruang untuk atasan mereka itu.

Luhan mendudukkan dirinya di kursi kerja miliknya, menaruh perlahan tas hitam yang dibawanya di sebelah secangkir kopi yang terlihat masih hangat. OB di sini sudah hafal dengan jam kerja Luhan, jadi mereka selalu menaruh kopi kesukaan Luhan 5 menit sebelum dirinya  datang.

Suara ketukan membuatnya mendongak,

“Masuk..”, ucapnya, selanjutnya pintu kayu itu terbuka menampilkan wanita paruh baya bernama Wen Ai, asisten pribadi Luhan yang mengenakan setelan khas kerja sambil membawa sebuah notes bersampul kecokelatan dan pulpen di genggamannya, dengan langkah menunduk ia berjalan mendekati Luhan dan berdiri di samping meja.

Luhan mengesap kopinya sembari mendengarkan Wen Ai yang mulai membacakan agendanya untuk hari itu, jadwalnya tidak terlalu padat kecuali rapat intern bersama beberapa stakeholder pukul 09.00 nanti. Tak lama iapun mengangguk dan segera menyuruh asistennya pergi.

“Saya permisi Direktur Lu, Selamat pagi”.

Dan Luhan melemparkan punggungnya cepat ke sandaran kursinya, menghela nafas berat.

.

.

Sehun menatap bosan pada layar yang menampilkan gambar dan kata-kata yang menunjukkan grafik perkembangan perusahaan, sejujurnya ia sangat mengantuk mendengar penjelasan salah satu kepala perusahaan itu. Ia menurunkan tautan jemarinya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya, mencoba menyamankan posisi duduknya.

“Kenapa rencana pembangunan gedung baru di Guang Zhou tertunda?”, tanya Luhan usai mereview laporan yang dibagikan stafnya pada semua anggota rapat, menginterupsi rapat yang sedang berjalan. “Seharusnya kalian memberitahuku sejak awal”,

Para anggota rapat terdiam, mata mereka saling menatap bingung satu sama lain, ada beberapa yang menggedikkan bahu tak tahu.

“Apa Presdir tidak memberitahu anda?", seorang pria berkacamata yang duduk di sebelah Sehun bicara. Sadar atensi para anggota rapat beralih ke arah mereka, Sehun segera memperbaiki duduknya dengan menegakkan tubuhnya.

"Ayahku?", gumam Luhan lirih. 

"Kupikir anda sudah mengetahuinya. Penundaan ini terjadi karena proposal yang lama ditolak oleh Presdir beberapa waktu yang lalu. Proyek ini seharusnya mulai berjalan satu bulan yang lalu tapi tiba-tiba saja Presdir mengatakan kurang setuju dengan konsepnya, jadi dia ingin mengganti team desainnya dan menyuruhku untuk menundanya sementara, bahkan beliau sendiri yang memilih perancang yang baru”, imbuhnya.

Luhan cukup terkejut karena tidak mengetahui perubahan ini, terlebih ayahnya sendiri yang turun langsung mengurusi proyek perusahaan tanpa membicarakannya terlebih dahulu. Akhir-akhir ini hubungannya dengan sang ayah memang sedikit kurang baik pasca pengakuannya telah memutuskan pertunangannya itu.

“Lalu bagaimana dengan kelanjutan proyek ini?”,

“Tetap berjalan, kita hanya perlu menunggu perancang yang baru untuk mempresentasikan rancangannya, kemudian kita bisa membicarakan lebih lanjut mengenai waktu dan anggarannya”, seorang anggota rapat lain berkomentar, diikuti anggukan anggota yang lain. “Seharusnya dia juga ikut rapat bersama kita hari ini, tapi…”,

“Maaf semua, aku terlambat..”,

Semua yang hadir di ruangan, secara serempak menoleh pada pintu yang terbuka, menampilkan sosok gadis yang tengah berdiri dengan seulas senyum pada mereka. Dia mengenakan rok span selutut dipadu kemeja pink yang terbalut blazer berwarna hitam. Rambutnya diikat rapi ke atas menyisakan beberapa helai anak rambut di tengkuknya, juga sepasang anting mungil yang berayun setiap kali dia bergerak. Ditambah sepatu hak tingginya yang makin menyempurnakan penampilannya.

“Xiumin/Minseok”, ucap Sehun dan Luhan bersamaan dengan ekspresi keterkejutan yang berbeda.

 

 

Author's Note :

Thanks for reading, 

Review if you mind

e)(o

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mineseu3101 #1
Senengnya ff ini updateee. Luhan lagi nyesel bgt ya, emang penyesalan selalu datang belakangan. Skrg giliran udah jadi istri org malah bru ngakuin kalo suka & kembali memperjuangkan. Kdng ngeselin jg liat luhan, haha.

Tp gimanapun jalannya ff ini, selagi castnya ada xiuhan aku tetep nikmatin kog. Ditunggu kelanjutannya ya. Fighting! :)
angga_xyu18
#2
Chapter 7: waahh persaingan makin ketat aja ya..salah ndiri lu-ge napa situ ga bisa mensyukuri apa yg ada aja sih..malah pengen yg aneh" yg lebih.

buat sehun,minseok itu istrimu kamu perjuangin aja dia buat kamu. buktiin ke luhan kalo dia udah salah dulu pernah buang minseok.

buat minseok, ga usah noleh ke belakang, liat apa yg ada di depan aja. belakang itu masa lalu, sekarang waktunya menata masa depan.
flottemo #3
Chapter 7: CIA CIA CIA TIRAN!LUHAN DETECTED!!!!

xiuhunhan bahasa indonesia jarang banget, syukur deh ketemu fic ini hehe, kok liat luhan jijik ya, salah lo udah nganggep minseok angin lalu eh pas nyesel kok malah pengen ngembat bini orang lol.

ciee sehun laki idaman banget neh, udah ganteng, perhatian, siap siaga jaga istri dari predator macam lu-nyebelin-han, sayang si minseok kok bego banget kayanya ya, doi terlalu friendly sama ngga was-was keadaan ato emang centil pengen nge-poliandri sehun sama luhan wkwk

ini bakalan ke xiuhun apa xiuhan sih? kalo xiuhun, ngga seru dong itu-itu aja, ga panas bahtera rumah tangganya, tapi kalo xiuhan ntar kasian minseok kok dapet orang nyebelin jadi suaminya, engga bisa apa xiuhunhan gitu wkwk. Hwheu maaf malah bacot ya ngga usah di tanggepin kok terserah mba malaikatnya mau bikin gimana pokoke aku bakalan tunggu update selanjutnya!!
angga_xyu18
#4
Chapter 7: Chapter7 : oke ini bikin galau binggits..aku cinta xiuhan tapi ini pertama kalinya aku pengen xiuhun happy ending. Jarang bgt aku nemuin ff xiuhun yg happy ending.
Tapi aku juga ga tega liat luge kuh sakit ati..gegana banget..

Oke fix aku mau xiuhun...xiuhun...xiuhun...xiuhun
angga_xyu18
#5
Chapter 6: Chapter6: no comment
angga_xyu18
#6
Chapter 5: Chapter5 : kyaaaaaa mau xiuhuuuun hueee,aku kok malah nyesek ya bacanya,,
Aku ga peduli ah ama luge maunya kek gimana, yg penting xiuhun!
angga_xyu18
#7
Chapter 4: Chapter4 : hahaha terus aja bikin luhan panas, aku memang xhs hardcore, tapi aku kadang suka gemes liat luhan suka ngasih kode ambigu, panasin aja terus si luhan.. aku bahagia, biar tau rasa dia haha (senyum_evil)
(Aku nistain biasku sendiri)
angga_xyu18
#8
Chapter 3: Chapter3 : kyaaaaaa.... Andweeee kenapa mesti barengan gitu ketemuannya. Ga kuat aku mau baca next chapter, kira" bakal ada apa ya?
Aku udah deg"an duluan nih....
angga_xyu18
#9
Chapter1 : bagus banget, aku suka ceritanya, lagi bingung pengen baca ff xiuhan eh, nemu ini, ada xiuhun momen lagi aaaaw sukaaa bgt.
Sip lah
ohahayu
#10
Chapter 7: Xiuhun please