Keesokan paginya aku terbangun dengan keadaan tengah memeluk boneka hamster yang aku terima kemarin. Selain itu, cahaya mentari mulai menerpa wajahku. Walau tidak menyilaukan, tetapi cukup mengganggu mata sehingga dengan terpaksa aku membuka mataku. Sesaat kupandang mata boneka hamster yang masih berada dalam pelukanku. Sosok Sunggyu seketika masuk kembali ke dalam ingatanku. Sunggyu... Siapa sebenarnya dia?

Aku harus akui, mimpi kali ini lebih menyenangkan dibanding mimpi sebelumnya. Interaksiku dengan Sunggyu lebih banyak bahkan kami terasa sangat dekat. Seolah telah lama saling mengenal. Dengan munculnya Sunggyu dalam pikiranku, maka turut muncul pulalah pernyataan terakhir Sunggyu sebelum aku terbangun. Ia berharap menjadi boneka hamster ini dan membuatku melupakan boneka beruang. Itu berarti melupakan Sungjong.

Apa Sunggyu menyukaiku? Seketika wajahku merona merah. Walau itu hanya dalam mimpi, tetapi membayangkan ada seseorang yang menyukaiku rasanya sedikit malu. Namun, tak dapat aku pungkiri ada rasa bahagia dalam hatiku.

Setelah puas memutar kembali peristiwa dan percakapan dengan Sunggyu dalam mimpi, aku pun mulai menyiapkan diri untuk berangkat sekolah. Pagi ini kegiatan yang memang sudah menjadi rutinitasku aku lakukan dengan semangat. Entah mengapa, pertemuan dan percakapan dengan Sunggyu dalam mimpi membuatku lebih menikmati semua kegiatan di pagi hari ini. Mandi, mengenakan seragam, dan sarapan.

”Pagi Hyun. Ini sarapanmu. Makan yang banyak! Semalam kau tidak makan.” Ucap ibuku setelah aku berada di depan meja makan.

”Ah...iya. Kemarin aku sangat lelah, Bu. Jadi, setibanya di kamar, aku langsung tertidur.” Jelasku.

”Apa ada sesuatu yang menyenangkan? Tidak seperti biasanya. Pagi ini wajahmu terlihat sangat berseri.” Tanya ibuku sembari tersenyum simpul dan memberikan pandangan usil padaku. Seolah beliau mengetahui bahwa aku tengah menutupi apa yang aku rasakan.

”Tidak Bu. Biasa saja. Ah...hanya saja akhir-akhir ini mimpiku sangat menyenangkan. Rasanya aku ingin terus berada dalam mimpiku.”

”Apa Sungjong yang berada dalam mimpimu?”

”Bu, ibu kan tahu aku dan Sungjong sudah putus. Lagipula, ia sudah memiliki pacar baru. Tidak ada gunanya terus memikirkan Sungjong.” Tuturku dengan sedikit merenggut.

”Iya...iya...maafkan ibu. Lantas, siapa yang kau mimpikan? Sampai-sampai membuat wajahmu berseri.”

”Entahlah, Bu. Aku belum pernah bertemu dengannya di dunia asli. Maksudku, pertemuan dan percakapan kami baru terjadi dalam mimpi saja. Tapi Bu...dia terasa sangat nyata bagiku.”

”Kau tahu, Woohyun, seseorang yang masuk dalam mimpimu biasanya adalah orang-orang yang memang pernah kau temui. Atau memang pernah kau lihat sebelumnya. Baik kau mengenalnya atau pun tidak. Mungkin orang itu pun adalah seseorang yang memang pernah kau temui atau kau lihat.” Jelas ibuku panjang lebar.

”Mungkin... Aku tak ingat pernah bertemu dengannya, tetapi aku akan mencari tahu. Ouh iya, Bu, apa hari ini tak ada susu?” tanyaku sembari mengedarkan pandangan ke seluruh permukaan meja makan.

”Persediaan susu kita habis. Ibu belum membelinya lagi. Pagi ini, kau minum air putih saja ya!”

”Aku beli saja Bu nanti di mini market seberang halte. Aku pergi ya, Bu.” Pamitku sembari menghampirinya dan mencium kedua pipi ibuku.

Sebenarnya bisa saja aku membeli sekotak susu di kantin sekolah. Namun, karena meminum susu di pagi hari sudah menjadi kebiasaanku sejak duduk di bangku sekolah dasar. Jadi, rasanya aneh bila pagi ini aku tak meminum susu sesegera mungkin. Oleh karena itu, pilihan terbaik adalah membelinya di mini market seberang halte dibandingkan di kantin sekolah yang tentunya memakan banyak waktu.