You Call It Romance

Sweet Melody and Harmony

Authornya lagi merana liat jicheol terus galau dan akhirnya jadilah fic gaje ini. Ini ada artinya yang gua masukin karna author lagi galauuuu. Mungkin kalian bakalan syok denger lagunya sama mahamin arti liriknya. Tapi kalo mau baca fic ini sambil denger lagunya ya~

 


 

Detik berganti menjadi menit lalu berubah menjadi jam yang akan terus berlajan tanpa hentinya. Jihoon melihat jam dinding itu, cukup lama dia melihatnya dan kemudian berpikir ke mana kekasihnya itu berada. Pintu itu terbuka, mendapati pria bermata bulat itu tersenyum lebar seperti orang bodoh dan Jihoon hanya memperhatikannya.

“Seungcheol?” dan pria itu mengadahkan kepalanya, “Jihoon?”

“Kau kemana saja?”

Seungcheol mengambil posisi duduk di samping Jihoon karena posisi sofa itu hanya cukup untuk dua orang. Pria itu dengan sangat jelas mengabaikan pertanyaan itu dan Jihoon hanya dapat mendengus kesal, bagaimana bisa kekasihnya mengabaikan pertanyaan Jihoon.

“Cheol…”

“Hm?”

“Kau bertemu dengan Jeonghan lagi?”

Kekasihnya itu menghela napas berat, “… iya.”

Jihoon tersenyum pahit mendengarnya, namun bukankah dia sudah biasa mendengar hal seperti ini?

 


 

Dari semua orang yang jatuh cinta denganmu

Aku sangat senang menjadi satu-satunya orang yang mendapatkanmu

 

Empat tahun yang lalu, di mana hangatnya café di daerah Hongdae itu membuat orang-orang lebih memilih untuk menghangatkan diri di dalam café itu. Jihoon dengan cekatan melayani pelanggan tetap maupun orang asing yang datang ke café itu. Pintu itu terbuka saat suasana di sana mulai sepi.

“Selamat datang,” dan Jihoon terdiam melihat sosok pria yang berada di hadapannya itu. Pria itu tersenyum sangat manis seperti madu yang membuat orang semakin menyukainya. Jihoon perlahan membalas senyuman pria itu dan kemudian menyatat pesanan orang yang tidak pernah di lihat olehnya di tempat kerjanya.

Jihoon terus mengamati sosok itu secara diam-diam, memperhatikan dirinya yang sudah menarik perhatian Jihoon sejak awal. Namun itu tidaklah lama, pria itu keluar setelah selesai meminum latte dengan banyak whip cream itu. Jihoon mengucapkan terima kasih dan pria itu menunjuk ke arah meja yang di duduki olehnya.

Meskipun pria mungil itu terlihat tidak peduli, namun dia mencoba untuk berjalan mendekati meja itu. Ada selembar tisu yang terlipat bersih dan tidak memiliki noda sama sekali. Namun Jihoon mencoba untuk melihatnya lebih jelas, ada setitik tinta dan Jihoon membuka lipatan itu.

‘Bolehkah kita berkenalan um… Lee Jihoon-ssi? Aku melihat namamu dari name tag milikmu. Ah aku Choi Seungcheol dan tolong simpan nomor ini  0882-0808-1019-xx’

Jihoon merasakan darahnya mengalir dengan cepat dan senyuman lebarnya sudah tidak dapat disembunyikan olehnya lagi.

 

Dari hubungan yang canggung

Kita menjadi penuh dengan cinta

Jadi aku percaya kau milikku seutuhnya

 

Seungcheol menatap Jihoon yang masih saja menundukkan kepalanya. Sudah hampir setahun mereka bertemu dan sejak hari itu hampir setiap hari Seungcheol datang menuju ke tempat kerja pria mungil itu. Bahkan dia pernah datang dalam keadaan badai salju dan pada akhirnya Jihoon harus mengeluarkan selimut dan bersama dengannya hingga badai reda di café itu.

“Jihoon-ah…” pria mungil itu terdiam, namun Seungcheol meraih tangan mungil Jihoon yang berada di atas meja itu.

Jihoon menatap pria yang membalasnya kembali dengan tatapan serius, “Aku tidak tau kau secanggung itu kepadaku meskipun kita sudah hampir setahun mengenal satu sama lain.”

“Maaf… aku hanya…”

Aku hanya terlalu gugup di depan orang yang kucintai.

Pria mungil itu melepas tautan tangan mereka dan menghisap cairan kopi yang berada di gelasnya itu. Jam istirahatnya sudah mau berakhir jadi Jihoon memutuskan untuk menghabiskan seluruh kopinya dan ada noda whip cream menempel di bibirnya.

“Hoon… ada whip cream.”

“Huh?”

Jihoon membelalakkan kedua matanya ketika Seungcheol menyambar bibirnya dengan cepat. Seungcheol menghisap bibir itu pelan dan kemudian melepaskannya.

“Aku tidak tau jika ada yang lebih manis dari whip cream, dan ternyata bibirmu lebih manis dari itu,” gumam Seungcheol dan Jihoon menatap wajahnya dengan rona merah yang sudah terlukis dengan jelas.

Seungcheol tersenyum sebelum bangkit dari meja itu, “Sebentar lagi jam istirahatmu akan habis dan kuharap kau sudah mengerti kalau aku ingin memilikimu oke?”

“Aku akan menjemputmu saat kau sudah selesai berkerja, aku tidak ingin kau pulang bersama orang lain.”

 

Kaulah yang membuatku merasa dicintai lagi

Aku sangat bersyukur karena kau memilihku

Jadi aku tidak meminta banyak darimu

Aku baik-baik saja hanya dengan berada di sisimu

 

Taman itu terlalu dingin di malam itu dan Jihoon tetap menunggu kekasihnya meskipun langit semakin gelap. Jihoon menenggelamkan wajahnya kedalam syal berwarna merah yang terlilit di lehernya.

“Jihoon!” panggil Seungcheol dan pria mungil itu berbalik tersenyum melihat kekasihnya itu.

“Kau ingat hari ini apa?”

“Hm…”

“Jika kau tidak tau maka aku akan memberikanmu ciuman.”

Jihoon terkekeh pelan, “Tetapi aku tidak tau―”

Kekasihnya itu dengan cepat menyambar bibir tipisnya dan melumatnya dalam. Jihoon menutup kedua matanya kemudian membalas tautan kekasihnya itu. Senyuman tipis terukir di ujung bibir Seungcheol dan mereka berdua melepaskan tautan itu.

Mereka masih dapat merasakan deru nafas mereka setelah berciuman di bawah hujan salju. Wajah mereka tidak lebih dari 2 inchi dan mereka tersenyum. Seungcheol meraih pinggang mungil Jihoon, “Kau tidak mungkin lupa hari ini adalah hari peringatan setahun kita berkencan bukan?”

Jihoon mengecup bibirnya sekilas dan wajahnya kembali ia tenggelamkan ke dalam syalnya, “Tidak mungkin aku lupa Cheol…”

“Ku pikir sepertinya kau benar-benar lupa.”

“Aku tidak melupakannya sama sekali Cheol…”

Pria mungil itu melanjutkannya, “Terima kasih sudah memilihku…”

Seungcheol memeluknya, menenggelamkan Jihoon ke dalamnya, “Hei… kau pernah bilang bahwa kau ingin selalu bersama denganku.”

“Aku sudah mendapatkan apartment untuk kita berdua, sepertinya impianmu menjadi kenyataan,” Jihoon menatap kekasihnya dengan tatapan tidak percaya namun Seungcheol mengecup bibirnya sekilas.

“Aku ingin selalu bersama denganmu, karena itu aku melakukan hal ini. Bereskan barangmu dan kita akan pindah bersama-sama oke?”

 

 

Ring ring ring ring

Telepon mu berdering siang dan malam, membuatku frustasi

Aku tahu seharusnya aku tidak perlu khawatir tapi

Kau terus berlama-lama disekitarnya

Mengatakan dia hanya seorang teman

Yeah, apapun itu

 

Seungcheol bersama dengan cinta pertamanya, Yoon Jeonghan. Jeonghan adalah orang yang dapat dikatakan sebagai bidadari karena hatinya itu. Maka tidak salah jika Seungcheol sangat menyukainya dulu. Namun bukankah dia sekarang sudah memiliki Jihoon? Lalu apa yang dia inginkan?

Jihoon melihat Seungcheol yang datang ke tempat kerjanya dengan Jeonghan. Biasanya Seungcheol akan datang sendiri dan kemudian mengajak Jihoon makan siang bersama dengannya. Seungcheol terus saja mengabaikan tatapan Jihoon dan tidak mengatakan sepatah kata apapun kepadanya, sedikit menyakitkan namun Jihoon akan terus menunggunya.

Namun sejak hari itu, telepon Seungcheol tidak berhenti berbunyi dan Seungcheol lebih sering berada di luar, bersama dengan Jeonghan. Jika ada di rumah pun dia akan menghabiskan waktunya dengan mengobrol dengan Jeonghan lewat Line. Pada awalnya pria mungil itu mengatakan dia tidak apa-apa namun semakin lama dia semakin takut, dia takut Seungcheol akan meninggalkannya.

“Seungcheol?” panggil Jihoon dan pria itu mengalihkan atensinya dari layar smartphone-nya itu.

“Apa hubunganmu dengan Jeonghan?”

“Dia hanya temanku.”

“Lalu dengan bersamanya setiap saat?” tanya Jihoon.

Seungcheol cukup kesal mendengarnya dan bertanya, “Kenapa kau mencurigainya? Bukankah sudah ku bilang dia hanya temanku? Memangnya kau perempuan yang melewati masa sensitif?”

“Cheol…”

“Aku mau keluar sebentar,” Seungcheol meraih jaket miliknya dan pergi melewati Jihoon begitu saja.

Pria mungil itu merebahkan badannya di tempat tidur mereka. Kepalanya pusing karena hal ini terlalu frustasi untuk dibicarakan. Namun Jihoon akan mencoba untuk menunggunya, lagi.

 

Aku mencintaimu sebanyak aku membencimu

Aku membencimu sebanyak aku mencintaimu

Aku terdengar begitu bodoh

Tapi aku akan menunggu, karena aku mencintaimu

 

Jihoon, Lee Jihoon, pria itu menghela napas untuk sekian kalinya mengingat hari ini adalah tahun kedua mereka menjadi sepasang kekasih. Jihoon terlalu bodoh untuk mengingat hal sekecil itu padahal Seungcheol saja melupakannya tahun ini.

Dia sangat mencintai Seungcheol namun siapa yang tidak membenci pria yang membagi perasaannya ke orang lain. Jihoon tidak ingin mengakui hal ini namun Seungcheol mencintai Jeonghan, dia tau jelas sekali tentang hal itu.

“Seungcheol…” panggil Jihoon ketika panggilan itu tersambung.

“Ya?”

“Kau ingat hari ini hari apa?”

“Maaf Jihoon, aku masih sibuk… tunggu aku hingga pulang oke?”

Dan lagi, Jihoon menunggu. Pria mungil itu amat mencintai pria itu hingga dia rela menunggu. Meskipun pelupuk matanya terlihat basah sekarang namun Jihoon tetap menunggu.

“Baiklah,” jawab Jihoon dengan nada gemetaran.

“Aku… akh! Ya Jeonghan!”  panggilan itu diputuskan oleh Jihoon. Dia akan terus menunggu, tetap akan menunggu meskipun Seungcheol membagi hatinya ke dua orang yang berbeda. Pria mungil itu berjalan keluar dari rumah itu dan berjalan menuju ke tempat yang membuatnya lebih baik.

“Jihoon?” panggil Jisoo ketika membuka pintu rumahnya dan Jihoon memamerkan kedua matanya yang sembab.

“Aku membenci Seungcheol,” gumam Jihoon pelan saat Jisoo memeluknya.

“Tetapi kau mencintainya Jihoon…” Jisoo hanya dapat mengusap punggungnya pelan.

 


 

Aku mencintaimu, jatuh cinta dengan orang yang kau katakan tidak kau cintai

Jadi mengapa kau terus membuatku berputar-putar dalam kebodohan ini?

Tolong jangan lakukan ini

Jangan membuatku putus asa lagi

 

Jihoon memasuki kamarnya, setelah mendengar Seungcheol yang mengatakan bahwa dia bersama dengan Jeonghan. Dia sudah muak mendengarnya, dia lelah untuk semua hal ini. Salju pertama di musim dingin itu jatuh dengan indahnya membuat pria mungil itu ingin melangkah keluar dari apartment-nya, melupakan apa yang menjadi beban pikirannya sekarang.

“Seungcheol…” Jihoon memanggilnya saat pria itu sedang berada di dapur.

Jihoon memamerkan senyuman terindah yang pernah dimilikinya, “Maaf aku tidak pernah mengatakan hal ini semenjak aku bertemu denganmu…”

Pria mungil itu berhenti melangkah di hadapan Seungcheol, berjinjit untuk mengecup lemut bibir yang dirindukannya selama dua tahun belakangan ini, “Aku mencintaimu…”

Jihoon sadar bahwa mereka tidak pernah mengatakan hal seperti itu semenjak mereka menjadi sepasang kekasih. Orang-orang akan mengatakan bahwa cinta itu memerlukan tindakan untuk dijadikan bukti, namun jika kau mengatakan ‘aku mencintaimu’ itu dapat memperjelas hubungan yang tidak jelas.

Pria mungil itu berjalan menjauh dari sana dan kemudian mendengar pintu apartment itu terbuka lalu tertutup dengan cepat. Jihoon melangkah, tangisannya yang sudah dia tahan terjatuh begitu saja dan dia memilih untuk melangkah menikmati malam salju pertama itu.

Jihoon tidak peduli lagi jika tubuhnya kedinginan, namun dia ingin sekali pergi ke tempat pertama mereka bertemu. Meskipun kali ini Jihoon kembali menjadi orang bodoh karena dia tidak mengenakan baju hangat lainnya selain sweater tipis miliknya.

Dia melihat tempat di mana setahun mereka menjadi sepasang kekasih setelah mungkin sekitar setengah jam dia berjalan sendirian. Di mana dia menunggu Seungcheol terlalu lama karena dia melupakan janji mereka namun Seungcheol ingat dengan jelas hari itu adalah hari peringatan mereka.

Tubuhnya dengan cepat dia daratkan ke bangku taman itu. Kepalanya terus saja dipenuhi oleh salju yang hendak jatuh ke tanah. Namun dia tidak peduli tentang hal itu.

“Sepertinya aku benar-benar merindukan masa lalu.”

 

 

Kau menyebut ini cinta

Kau asmara ku

Jangan menghancurkan hatiku terlalu lama

 

Jihoon terbangun saat salju itu berhembus dengan kencang menyapu wajahnya. Tubuhnya terlalu lemah untuk mengetahui apa yang terjadi kepadanya. Namun dia merasakan hangatnya deru nafas itu. Jihoon membuka matanya pelan, namun dia tidak dapat melihatnya dengan jelas.

Dia benar-benar merindukan kehangatan ini dan Jihoon meneteskan air matanya setitik lagi, berharap semua ini adalah mimpi untuknya. Sekilas Jihoon menyadari bahwa tubuhnya diangkat oleh seseorang dan sudah memakai pakaian berlapis-lapis. Sepertinya orang yang mengangkat Jihoon menyadari sepasang mata menatapnya dengan sayu.

“Aku juga mencintaimu,”ucapnya kemudian mengecup singkat puncak kepala Jihoon. Namun Jihoon terlalu lemah untuk melakukan apapun dan dia tertidur.

Sweet dream, Ji.”

 

Pria mungil itu terbangun dengan susah payah, tubuhnya terasa sangat hangat dan kepalanya pusing. Ada tangan besar berada di atas selimut itu dan kepalanya terdapat kompres. Jihoon sudah tidak tau harus bagaimana lagi setelah melihat orang di sampingnya dan dia dengan cepat membalikkan badannya agar tidak menatapnya.

Tidak lama kemudian pria tampan itu terbangun, “Jihoon kau sudah bangun?”

Tidak ada balasan dan Seungcheol mencoba untuk menyentuhnya namun Jihoon melarangnya terlebih dahulu, “Jangan menyentuhku…”

“Kenapa?” tanya Seungcheol pelan.

Jihoon berusaha menyembunyikan isakan tangisnya, “Kau… bukankah kau seharusnya bersama Jeonghan?”

“Aku terlalu merindukan masa lalu ku selama dua tahun ini Jihoon. Aku sudah berhenti menghubunginya dan aku berjanji.”

“Aku terlalu bodoh karena tidak mengucapkan kalimat itu.”

“Kau tidak bodoh, akulah yang terlalu bodoh karena memulainya tanpa mengucapkan hal itu.”

“Kenapa aku berada di sini?”

“Aku mencarimu karena aku mengkhawatirkanmu, aku tidak menyangka kau berjalan sendirian di bawah salju sejauh itu…”

“Kau tidak perlu khawatir kepadaku.”

“Kenapa aku tidak boleh mengkhawatirkanmu? Bukankah kemarin aku sudah mengatakan aku mencintaimu selama hampir empat tahun kita mengenal satu sama lain?”

Jihoon membeku, dia hanya diam. Seungcheol mendekatkan kedua tubuhnya memeluk Jihoon yang sebenarnya dia rindukan. Seungcheol juga sangat bersalah dalam hal ini karena dia merindukan masa lalunya dan melupakan Jihoon begitu saja selama dua tahun.

“Boleh aku melihat wajahmu?” Jihoon menggelengkan kepalanya, namun Seungcheol tersenyum, dia membalikan badan Jihoon dan pria mungil itu refleks menutup kedua wajahnya dengan menggunakan telapak tangannya.

“Biarkan aku menyeka tangisanmu Ji, aku sudah tidak tahan dan bersalah kau terluka karena aku terlalu egois,” Seungcheol menurunkan telapak tangan Jihoon dan kemudian mengambil kedua ibu jarinya mengusap pelan wajah Jihoon. Pria itu menepuk pelan dada Seungcheol, “Kau bodoh…”

“Lanjutkan terus Ji… hingga kau puas…”

Jihoon memandangi pria itu, Seungcheol kembali menatapnya dengan lama dan kemudian menenggelamkan wajahnya ke dada Seungcheol.

“Aku lelah… aku ingin begini saja,” gumam Jihoon pelan dan Seungcheol meraih pinggang mungilnya, merapatkan tubuh mereka.

“Maafkan aku…”

“Tidak, aku yang membuatmu berkeliaran di tengah salju tanpa mengenakan pakaian tebal.”

“Aku bodoh…”

Seungcheol menangkup wajah Jihoon dan mengecup puncak kepalanya, turun ke hidungnya lalu ke bibirnya lama, “Sudah kubilang ini salahku oke? Baiklah Jihoon kau masih sakit, jadi kau harus tidur.”

“Baiklah…”

Good night, Cheol-ie.”

“Good night honey…”

 

Aku ingin semua darimu

Berikan aku semua dari hatimu

Semua hatimu

Jadilah milikku, hanya milikku sekarang

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
leejihoon92
#1
Chapter 8: Asemmmm beginian doang buat gue mewek.... awas lu cheoll mpe beneran buat my bae sakit disana bakalan gua datangin lu ke korea... gua kick ur asshleeee!!!
Balalala1717 #2
Chapter 8: Ih akutu sering denger lagu ini tapi gatau kalo artinya kaya gini cobaa... Wkwkkw
jicheolssi #3
Chapter 8: Angst angst angst

Aku benci angst tapi aku suka angst

Mungkin kita2 ke csc kaya gitu kali ya kalo ada moment lain :')
lakeofwisdom
#4
Chapter 7: “Sepertinya tidak,” dan Jihoon membeku. Seungcheol menyadarinya lalu melepaskan Jihoon dari pelukannya, menatapnya dan kemudian tersenyum, “Karena aku ingin melangkah bersamamu menuju ke masa depan.”

CHEESY AAAAA
jicheolssi #5
Chapter 7: KYAAAAAAAAA MANISSSSSSSSS
Makasi eun
lakeofwisdom
#6
Chapter 6: Kenapa sih kalo jicheol itu selalu identik dengan fluff :' ) lucu bangeeet
sseundalkhom
#7
Chapter 6: LAGU UKISS YA? SAMBIL DENGERIN LAGUNYA... AKU BAPER ASTAGA ㅠㅠ tolong gula banget
Balalala1717 #8
Chapter 5: Pengen langsung dinikahin deeeeeh merekaa berduaa kenaapa imut sekaliii gakuaaaaatttt ><
lakeofwisdom
#9
Chapter 5: Gemash aaaaaaa
Altariaaa #10
Chapter 5: Gah--- kyuti kyuti. Lagu? Maknanya dalem? Paling suka addicted - stevie hoang sih. Jadi kayak mereka udah putus, mereka udah punya pacar tapi mereka masih ingin memiliki satu dgn yg lain. Atau ... thankyou for being born - vixx? ㅋㅋㅋmaafkan starlight khilaf ini