Bad Boy

Sweet Melody and Harmony

Seungcheol duduk dengan diam dan menatap dengan kosong kopi yang sudah dia pesan dari tadi. Musim dingin yang masih belum selesai dan salju di luar jendela itu membuat hatinya membeku. Apa ada yang dapat melelehkannya? Tentu saja ada namun, pria itu sudah meninggalkannya. Ia terus berpikir, kenapa dia dapat berpisah dengan kekasihnya yang sebenarnya sudah menjadi belahan jiwanya. Dan keegoisannya membuatnya menjadi orang bodoh dan tentu saja Seungcheol mengumpat terus-menerus karena itu.

Tiga hari yang lalu, mereka bertengkar karena masalah kencan dan tetap saja Seungcheol menuntut keegoisannya terpenuhi.

 

Malam yang indah untuk sepasang kekasih disisi Sungai Han yang sepi itu. Angin dingin tidak mengalahkan siapapun itu untuk berhenti melihat keindahan Sungai Han di malam hari.

“Seungcheol, kau ingat dengan kencan kita di malam natal nanti?” Tanya Jihoon dengan penuh semangat dan Seungcheol menatap kekasihnya itu dengan mimik wajah kebingungan.

Dia menghela napas singkat, mencoba memberikan jawaban yang tepat untuk kekasihnya “Aku sibuk, Jihoon”

“Kau tau sudah berapa kali kau menunda kencan kita?”

Seungcheol terdiam mendengar pertanyaan itu, membiarkan pria manis itu menunggu jawabannya. Namun, seorang Lee Jihoon tidak menyerah untuk membuat Seungcheol bersuara.

“Choi Seungcheol,jawab pertanyaanku tadi”

“Lee Jihoon, sejak kapan aku berjanji kepadamu? Aku tidak pernah berjanji kepadamu bukan?” Ucap Seungcheol yang lebih tepat menjadi pertanyaan lain.

“Kau... Apa kau tidak puas dengan sikap sabarku ini?” Tanya Jihoon dengan menekan suarannya, mencoba agar suaranya tidak terdengar bergetar.

Seungcheol menatapnya dengan tidak senang, ada setitik kemarahan setelah mendengarkan ucapan kekasihnya itu “Kenapa memangnya? Apa kau menganggapku ini terlalu egois?”

“Tentu saja, kau sudah lupa berapa kali kau menunda kencan kita dan sibuk dengan geng barumu. Baiklah aku menoleransimu tentang geng barumu itu, tapi bagaimana kau bisa lupa bahwa aku adalah kekasihmu?”

Kemarahan Seungcheol memuncak “Jadi sekarang kau menyalahkan siapa? Aku atau temanku? Tidak kusangka kau tidak dapat mengerti diriku”

“Aku tidak mengerti dirimu? Sudah berapa lama aku menunggu kencan kita? Tiga bulan dan kau seenaknya membatalkan janji kita. Seharusnya aku yang marah sekarang” Ucap Jihoon dengan tidak percaya dan Seungcheol mendengus kesal.

“Jadi kau marah karena hal ini? Kau lupa kita selalu bertengkar tentang hal sepele setiap harinya? Dimana aku tidak membalas pesanmu atau tidak mengabarimu. Dan kau marah karena aku memiliki teman baru, memangnya kau pikir hidupku ini sepenuhnya milikmu Lee Jihoon?”

Seungcheol melanjutkannya denagan penuh emosi “Jadi bagaimana maumu Ji? Kau selalu menuntutku agar selalu bersamamu dan itu membuatku muak. Aku muak melihatmu Lee Jihoon, kadang pertemanan lebih baik daripada―”

PLAK

Jihoon menampar Seungcheol tepat di wajahnya dan membuka suaranya “Berhenti―”

Pria yang ditamparnya itu terkejut dan terdiam, sementara Jihoon mencoba untuk melanjutkan kalimatnya”Baiklah kalau kau berpikir begitu, bukannya aku menuntutmu seperti itu juga. Kau tidak tau rasanya bagaimana seseorang tidak mengabarimu selama beberapa hari dan itu sukses membuatku seperti orang gila, Choi Seungcheol”

“ Jika kau menganggapku begitu bukannya lebih baik kita berpisah, itu akan lebih baik daripada kau membuatku berpikiran yang aneh-aneh dan kita akan bebas melakukan hal apapun itu” Jawab Jihoon dan sejak tadi, genangan air memenuhi pelupuk matanya sudah ditahannya dan meluncur dengan mudahnya.

Seungcheol tidak dapat berkata apapun, lidahnya kelu terlebih melihat Jihoon menangis didepannya membuatnya semakin tidak berdaya. Kata ‘maaf’ pun tidak dapat diucapkan oleh Seungcheol dan dia lebh memilih meihat kesekeliling. Jihoon segera berlari meniggalkannya.

 

Seungcheol melangkah keluar dari café itu tanpa menghabiskan kopi yang sudah dipesannya. Diluar café itu banyak sekali orang yang merayakan natal dengan suka cita, namun tidak untuk seorang Choi Seungcheol.

Disisi lain, didalam ruangan yang hangat, Jihoon hanya menatap kosong keluar jendela dengan pemandangan penuh dengan salju yang diterangi oleh lampu-lampu yang dipasang untuk merayakan natal. Dia terduduk, termenung sendiri dan tidak disangka dia kembali menangis.

 

“Ji… Jihoon?” Tanya Jeonghan setelah melihat teman baiknya itu melamun selama membaca di perpustakaan.

“Ah ya? Kenapa?” Tanya Jihoon setelah sadar dari lamunannya.

“Kau ada apa Ji? Matamu terlihat lelah” Tanya Jeonghan khawatir dan Jihoon menggelengkan kepalanya tanda dia tidak apa-apa.

“Apa ini ada hubungannya dengan Seungcheol?” Lanjut Jeonghan dengan hati-hati.

Jihoon tersenyum pahit mendengar pertanyaan temannya itu “Pasangan hidup yang kuimpikan itu saat ini hanya seorang teman”

Jeonghan hanya dapat menatap Jihoon dengan tatapan khawatir.

Disisi lain Seungcheol memilih tidur dikelasnya sendiri, meskipun saat itu masih pagi dan kegiatan kuliah belum dimulai. Mingyu menatap heran Seungcheol yang datang sangat awal.

“Choi Seungcheol, bangun” Ucap pria yang berkulit sedikit gelap itu.

“Ck, ada apa?” Tanyanya malas.

“Kenapa kau cepat sekali datang?” Tanya Mingyu heran dan Seungcheol menatapnya dengan tatapan seperti ingin dikasihani.

“Karena selama ini aku adalah bad boy” Jawab Seungcheol singkat dan Mingyu menatapnya heran kemudian dia mengerti “Ini tentang Jihoon?”

“Tiga tahun dia mengenalku dan dia pasti kecewa semakin mengenalku”

Mingyu menatapnya tidak percaya “Kau menganggapnya begitu? Dia adalah pria yang berhati seperti malaikat dan ayolah, dia menganggapmu berbeda dari pria lainnya”

“Hei itu membuatku semakin sulit”

“Sulit melupakannya” Lanjut Seungcheol lesu. Pria itu kembali berkhayal melihat senyum manis pria mungil itu yang selalu membuatnya terlihat lebih muda.

“Apa kau sudah bertemu dengannya?” Tanya Mingyu dan Seungcheol menggelengkan kepalanya.

“Kenapa?”

“Karena aku marah dengan perpisahan ini” Dan itu membuat Seungcheol maupun Jihoon terdiam.

“Lagi pula dia adalah orang yang baik, jika dia meninggalkanku itu tidak masalah”

 

Jihoon keluar dari rumahnya, membawa sesuatu ditangannya dan berjalan menelusuri jalan raya yang penuh dengan orang. Dengan langkah yang sedikit ragu, dia mencoba mencapai tujuannya.

Seungcheol sampai dirumahnya yang sepi karena orang tuanya pergi liburan dan akan pulang akhir tahun. Dia mencoba untuk merebahkan badannya cukup lama, namun acaranya dibatalkan saat Jeonghan meneleponnya.

“Ada apa?”

“Ji― Jihoon tadi mengalami kecelakaan”

Seungcheol membangkitkan tubuhnya, mencerna apa yang dikatakan Jeonghan “Lalu bagaimana dengannya?”

“Aku tadi tidak sengaja bertemu dengannya saat kejadian itu dan mengantarnya ke klinik. Saat aku selesai mengambil obat dari dokter, dia menghilang”

Dia masih berusaha tetap tenang, namun sudah bersiap-siap mencari Jihoon “Jeonghan, jangan menangis, aku akan mencarinya”

“Dia tidak membawa smartphone-nya, Cheol. Aku takut dia mengalami apa-apa” Jawab Jeonghan sambil terisak.

“Tenanglah, kalau aku menemukannya akan kukabari”

Seungcheol menutup panggilannya, menuruni anak tangga itu cepat dan berlari menuju pagar. Namun tatapannya terhenti setelah melihat kotak yang cukup hancur dan terselip memo diatasnya.

 

Hari ini adalah malam natal

Jadi ini adalah hadiahku

Kuharap kau menikmatinya meskipun bentuknya sedikit hancur

Your… Ex? Woozi

 

Seungcheol membacanya dan kemudian terdiam “Kau bukan mantanku Jihoon”

Seungcheol mengigit bagian bawah lidahnya sedikit dan kemudian berlari keluar, mencari pria mungil yang sudah dia sakiti hatinya, yang meminta ucapan maaf darinya. Tidak perlu lama-lama Seungcheol mencarinya karena jalan di depan rumahnya sedang sepi saat ini dan dia menemukan Jihoon di ujung jalan itu.

Dengan langkah yang lambat Jihoon berjalan, mungkin saja lukanya belum diobati sama sekali. Sesekali suara rintihan keluar dari mulutnya.

Jihoon merintih dengan keras saat sesuatu menghantamnya, dan kemudian dia melihat sepasang tangan melingkar di pinggangnya.

“Jangan berbalik” Suara itu sukses membuat Jihoon membeku dan pria itu mendekapnya semakin erat.

“Kau―” Ucap Jihoon tidak percaya.

“Sstt… Jangan katakan apapun itu” Potong Seungcheol.

“Kau melihatku tegar saat kita berpisah bukan? Salah, hatiku merasakan hal yang berbeda”

“Jangan tinggalkan aku, kau tau? Hanya dirimu yang bisa mengerti tentangku”

“Terlalu sulit bagiku untuk berubah menjadi lebih baik untuk dirimu, setiap siang dan malam aku ingin mengucapkan maaf untukmu. Hari ini aku akan mengucapkannya, maafkan aku Jihoon, honey

“Jihoon, jangan tinggalkan aku, aku tahu kau masih mencintaiku. Kenapa? Ya… Aku akan jujur padamu, aku membutuhkanmu”

“Kembalilah kepadaku. Dari semua hadiah natal yang kuinginkan hanya satu yang kuinginkan yaitu dirimu” Ucap Seungcheol panjang lebar dan dia memutar balik tubuh pria mungil itu agar menatapnya.

Jihoon masih menatapnya dengan ekspresi tidak percaya dan dia menangis mendengarnya

“Cheol… Aku… Merindukanmu, sangat” Ucapnya dan Seungcheol menatapnya tidak percaya, mencoba untuk menyeka air mata yang tidak bisa berhenti turun dari mata Jihoon.

“Maaf… Maaf…” Jawab Seungcheol dan memeluk pria itu. Mengusap punggung rapuh pria itu dengan lembut.

“Cheol?”

“Hm…”

“Aku mencintaimu, sangat”

“Ya, aku juga”

Seungcheol melepas pelukannya dan Jihoon menatapnya “Kenapa?”

Seungcheol berjongkok didepan Jihoon “Naiklah”

“Eh?”

“Kakimu…” Jawab Seungcheol pelan dan dengan ragu Jihoon melakukannya. Seungcheol bangkit dengan Jihoon yang berada diatas punggungnya.

“Ji, Jeonghan mengatakan kalau kau mengalami kecelakaan” Ucap Seungcheol saat mereka berjalan kearah rumah Seungcheol.

Jihoon yang sejak awal hanya menikmati hangat tubuh dan wangi parfum Seungcheol pun membuka mulut “Tadi ada orang yang megendarai sepeda menabrakku”

“Dan kau pergi dari klinik saat Jeonghan mengambil obat, memangnya kenapa?” Tanya Seungcheol menggoda Jihoon. Pria mungil itu hanya terdiam dan menyembunyikan rona merah diwajahnya.

“Ada sesuatu yang penting…”

“Kalau begitu nanti kuobati ya…” Jawab Seungcheol dan Jihoon menganggukan kepalanya. Seungcheol tersenyum mendapatkan reaksi darinya.

Mereka sampai dirumah Seungcheol tidak lama kemudian dan saat Seungcheol mengambil kotak obat dirumahnya, Jeonghan meneleponnya.

“JIhoon ada bersamamu?”

“Ya, dia sedang mau kuobati”

“Kau lupa mengabariku, Seungcheol”

“Ah… Maaf… Maaf… Dia tidak apa-apa”

“Bisa kau alihkan smartphone-mu ke Jihoon sebentar?”

Seungcheol memasuki kamarnya dan menghampiri Jihoon yang terduduk dipinggir tempat tidurnya “Honey…

“Hm?”

“Jeonghan ingin bicara denganmu”

Dan Jihoon meraih smartphone kekasihnya itu “Maafkan aku Jeonghan”

“Syukurlah kau tau”

“Ngomong-ngomong kalian sudah baikan?” Dan dibalas oleh Jihoon “Sudah…”

“Kau lagi dimana?”

“Dirumahnya, memangnya kenapa?”

“Hati-hati Ji, kuharap dia tidak menyerangmu”

Wajah Jihoon merah merona seketika terlebih Seungcheol meraihnya dan mendudukkan pria mungil itu diatas pangkuannya “Apa maksudmu Jeonghan?”

“Tidak… Selamat bersenang-senang… Hahaha…”

Dan panggilan itu terputus, Jihoon berusaha menatap wajah kekasihnya itu “Cheol?”

“Ya ada apa Ji?”

“Kau tidak akan melakukannya bukan?” Tanya Jihoon ragu-ragu dan Seungcheol berpikir sejenak kemudian tersenyum iseng.

“Aku menginginkannya...”

“Apa? Ya Choi Seungcheol”

“Hei, kakiku…” Ucap Jihoon pelan dan Seungcheol memindahkan tubuh mungil itu. Dia segera mengambil alkohol dan mengobati luka di kaki Jihoon.

Jihoon meringis “Ya! Sakit!”

“Aku sudah pelan-pelan melakukannya honey” Dan Jihoon hanya fokus ke luka dikakinya.

Seungcheol mengambil beberapa kapas maupun plester dan menutupi luka Jihoon setelah mengobatinya “Nah, selesai”

“Kau yakin akan melakukannya?” Tanya Jihoon ragu dan Seungcheol mengecup puncak kepalanya.

“Bagaimana dengan kakimu?” Tanya Seungcheol.

“Sakit…”

“Kalau begitu ayo kita beristirahat” Jawab Seungcheol dan merebahkan tubuh mereka berdua. Seungcheol memeluknya dan Jihoon dapat merasakan pria tampan itu mengecup puncak kepalanya yang kemudian turun kebibirnya dengan singkat.

“Aku mencintaimu, honey

“Aku juga, bad boy

 

END

 


Test bikin fanfic bergaram HAHAHAHA /eh

See you~

Kalau ada lagu kesukaanmu yang maknanya dalam banget, bisa request yaa~

Song: Big Bang -  Bad boy

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
leejihoon92
#1
Chapter 8: Asemmmm beginian doang buat gue mewek.... awas lu cheoll mpe beneran buat my bae sakit disana bakalan gua datangin lu ke korea... gua kick ur asshleeee!!!
Balalala1717 #2
Chapter 8: Ih akutu sering denger lagu ini tapi gatau kalo artinya kaya gini cobaa... Wkwkkw
jicheolssi #3
Chapter 8: Angst angst angst

Aku benci angst tapi aku suka angst

Mungkin kita2 ke csc kaya gitu kali ya kalo ada moment lain :')
lakeofwisdom
#4
Chapter 7: “Sepertinya tidak,” dan Jihoon membeku. Seungcheol menyadarinya lalu melepaskan Jihoon dari pelukannya, menatapnya dan kemudian tersenyum, “Karena aku ingin melangkah bersamamu menuju ke masa depan.”

CHEESY AAAAA
jicheolssi #5
Chapter 7: KYAAAAAAAAA MANISSSSSSSSS
Makasi eun
lakeofwisdom
#6
Chapter 6: Kenapa sih kalo jicheol itu selalu identik dengan fluff :' ) lucu bangeeet
sseundalkhom
#7
Chapter 6: LAGU UKISS YA? SAMBIL DENGERIN LAGUNYA... AKU BAPER ASTAGA ㅠㅠ tolong gula banget
Balalala1717 #8
Chapter 5: Pengen langsung dinikahin deeeeeh merekaa berduaa kenaapa imut sekaliii gakuaaaaatttt ><
lakeofwisdom
#9
Chapter 5: Gemash aaaaaaa
Altariaaa #10
Chapter 5: Gah--- kyuti kyuti. Lagu? Maknanya dalem? Paling suka addicted - stevie hoang sih. Jadi kayak mereka udah putus, mereka udah punya pacar tapi mereka masih ingin memiliki satu dgn yg lain. Atau ... thankyou for being born - vixx? ㅋㅋㅋmaafkan starlight khilaf ini