Chapter 2
Man From the Past"Apa maumu Taecyeon-shi?!"
"Kau tahu apa yang aku mau Nuneo. Menjadi 'pelayan' pribadiku yang akan 'melayaniku' setiap malamnya tanpa mengeluh. Itu saja." ucapnya sembari tersenyum nakal, membuat Junho benar-benar muak hanya dengan melihatnya.
"Bagaimana kalau aku menolak? Apa kau akan menyentuh kakakku sebagai gantinya?"
"Aku sama sekali tidak tertarik untuk 'menyentuh' laki-laki penyakitan seperti kakakmu Nuneo. Aku lebih tertarik 'menyentuh' laki-laki sehat dengan pantat y sepertimu." kata-kata Taecyeon barusan sukses membuat wajah Junho memerah menahan geram.
"Kau tahu bukan itu yang aku maksudkan Taecyeon-shi."
"Ya, aku tau Nuneo. Tenang saja, aku berjanji tak akan mengusik atau melakukan apapun pada kakak tersayangmu itu." Taecyeon mengatakannya dengan nada yang cukup meyakinkan. Tapi walaupun begitu, Junho masih tidak percaya, dan tidak akan pernah mempercayai kata-kata seorang Ok Taecyeon.
"Bagus kalau kau mengerti." Junho berucap dengan nada sinis yang sangat kentara.
"Tapi aku tidak berjanji untuk tidak mengusikmu, Nuneo." seringai licik tercetak jelas dibibir Taecyeon.
"Lakukan sesukamu Taecyeon-shi. Tapi jangan harap kau bisa memilikiku." nada meremehkan jelas terdengar dari perkataan Junho barusan.
"Hati-hati dengan kata-katamu Nuneo. Kau akan menyesali setiap kata yang kau ucapkan nantinya." dan seringaian Taecyeon yang semakin lebar terlihat semakin mengerikan.
"Sampai matipun aku tak akan menyesalinya." terdapat penekanan dari setiap kata-kata yang diucapkan Junho, sebelum ia berbalik dan berjalan menjauh meninggalkan laki-laki bertubuh tinggi besar itu.
"Sampai jumpa Nuneo. Kupastikan kau hanya akan menjadi milikku saat kita bertemu lagi nanti." Taecyeon sedikit berteriak saat mengatakannya karena jarak Junho yang semakin menjauh. Tapi ia yakin bahwa Junho mendengarnya, karena ia melihat langkah Junho sedikit melambat, dan jemarinya mengepal semakin erat saat ia mengucapkan kalimat tadi.
~2PM~
Junho berjalan lambat menuju ruang perpustakaan kampusnya. Hari ini ia hanya memiliki 2 mata kuliah. Mata kuliah pertama sudah selesai sejak 10 menit yang lalu. Sedangkan mata kuliah satunya akan dimulai sekitar 1 jam lagi. Maka ia memutuskan untuk mengisi waktu luangnya di perpustakaan kampus. Ia memang sering menghabiskan waktunya di perpustakaan saat istirahat maupun menunggu jam mata kuliah selanjutnya seperti ini.
Sepanjang perjalanan menuju ruang perpustakaan, ia memikirkan kata-kata Taecyeon tadi pagi. Apa maksud Taecyeon dengan mengusiknya? Bukankah selama ini dia selalu datang ke club malam tempat Junho bekerja, dan akan menyewa Junho semalam penuh? Bahkan ia pernah memukul pelanggan lain yang akan menyewa Junho di malam yang sama dengannya. Dan itu membuat Junho harus berurusan dengan manager club malam tempat ia bekerja. Belum lagi beberapa pelanggan yang berangsur-angsur mulai berkurang karena takut akan dipukul Taecyeon saat menyewanya. Dan otomatis semua itu berdampak besar pada penghasilannya. Apa lagi yang mau ia lakukan untuk mengusik Junho?
Junho mengusap wajahnya kesal, karena sama sekali tidak mendapatkan petunjuk kira-kira apa yang akan dilakukan Ok Taecyeon nantinya. Ia berjalan memasuki perpustakaan dan langsung menuju rak paling ujung, tempat dimana buku-buku tentang ilmu manajemen bisnis tertata apik disana. Ia menarik salah satu buku setebal kira-kira 5cm dan membawanya ke meja baca.
Baru saja ia akan membuka halaman pertama buku itu saat terdengar suara seseorang menyapanya, "Aku tak menyangka kau menyukai buku-buku tebal yang membosankan seperti itu Lee Junho-shi?"
Junho menoleh untuk melihat siapa orang yang mengajaknya berbicara di perpustakaan yang sunyi ini. Dan Junho sangat terkejut sampai-sampai ia berdiri dari duduknya, yang membuat kursi yang didudukinya berdecit nyaring membelah suasana perpustakaan yang sunyi, saat ia mengetahui siapa yang menyapanya.
"C-chan-sung-shi?!" Junho tidak dapat berbicara dengan benar karena terlalu terkejut. Ia bahkan setengah berteriak saat menyebut nama Chansung tadi, membuat ia tersenyum gugup karena semua pasang mata yang ada di perpustakaan menatapnya dengan tatapan jengkel. "Bagaimana bisa kau ada disini? Dan bagaimana bisa kau tahu nama asliku? Kau membuntutiku? Atau jangan-jangan kau seorang stalker?!" Junho menurunkan nada suarnya, hingga seperti orang berbisik, tapi ia mulai menunduh Chansung macam-macam.
"B-bukan begitu Junho-shi." Chansung mulai menjelaskan dengan nada rendah namun sedikit panik karena ia tak mau Junho salah paham padanya. "Aku kuliah disini sejak seminggu yang lalu."
"APA?!!" Junho segera membekap mulutnya saat menyadari ia berteriak barusan. Dan lagi-lagi tatapan jengkel dari seluruh penghuni perpustakaan tertuju padanya. "Kenapa aku tidak pernah melihatmu Chansung-shi? Dan kenapa kau tidak bercerita semalam?" Junho merendahkan suaranya, nyaris berbisik.
"Kita mengambil jurusan yang berbeda Junho-shi. Dan kita sama sekali tidak mempunyai jadwal mata kuliah yang sama. Aku juga lebih sering menghabiskan waktu di ruang klub taekwondo saat istirahat. Jadi wajar saja kalau kita tidak pernah bertemu. Aku tidak bercerita padamu semalam karena aku takut kau akan menghindariku Junho-shi. Aku takut kau akan menolak menemaniku minum dan mengobrol." jelas Chansung panjang lebar.
"Ah, begitu rupanya." Junho mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Tapi bagaimana bisa kau sampai di club malam itu? Atau jangan-jangan kau sudah tahu aku bekerja disana, dan kau sengaja menyewaku?"
"Itu sama sekali tidak benar Junho-shi. Seperti yang kukatakan semalam, aku hanya kebetulan lewat dan mampir di club malam itu, dan tertarik saat resepsionis cantik itu menawarkan jasa teman minum. Saat aku melihat fotomu, aku merasa pernah melihatmu di suatu tempat. Dan aku teringat pernah melihatmu saat memasuki perpustakaan kampus beberapa hari yang lalu." Chansung mengatakan semuanya dengan sorot mata yang meyakinkan, membuat Junho mau tak mau mempercayainya.
"Lalu, kenapa kau memilih untuk menyewaku? Bukankan banyak wanita-wanita cantik di club itu? Dan kalau kau memang orang yang 'menyimpang', masih banyak pria lain yang lebih tampan dan menggoda selain aku disana. Atau jangan-jangan kau hanya seorang tukang gosip yang sedang mencari bahan gosip? Kau sengaja datang ke club itu agar
Comments