Chapter 8 - end -

Man From the Past
Please Subscribe to read the full chapter

Nichkhun berjalan gontai menyusuri koridor rumah sakit. Ia sama sekali tak mempunyai semangat setelah pembicaraannya dengan Wooyoung. Ia bahkan terlihat sedikit melamun saat berjalan.

 

"Nichkhun hyung?" seseorang dengan suara yang familiar menyebut nama Nichkhun dari belakang. Nichkhun menoleh kebelakang, mendapati seorang laki-laki dengan tubuh tinggi melebihi dirinya.

 

"Chansung?"

 

~2PM~

 

Suasana ruangan tempat Wooyoung dirawat terlihat sunyi. Wooyoung sama sekali tak membuka suara setelah kepergian Nichkhun dari ruangan itu. Begitupun dengan Junho, ia tak berani menanyakan atau berbicara apapun pada Wooyoung. Ia takut emosi Wooyoung akan kembali meningkat, dan membahayakan kesehatan Wooyoung. Kesunyian di ruangan itu berlangsung cukup lama, hingga sebuah isakan kecil membelah kesunyian yang sejak tadi memenuhi ruangan itu. 

 

Wooyoung menunduk menyembunyikan tangisannya. Bahunya bergetar pelan. Junho yang melihatnya segera merengkuh tubuh yang kurang lebih berukuran sama dengan tubuhnya itu. Isakan Wooyoung terdengar semakin kencang, ia semakin menenggelamkan kepalanya di dada Junho. Junho mengelus punggung Wooyoung mencoba menenangkannya.

 

"Kau tidak seharusnya berkata seperti itu jika hatimu tidak menginginkannya Udong-ah. Jangan menuruti apa kata egomu. Itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri." Junho mulai berbicara.

 

"Tapi dia membohongiku Junho. Dia mengkhianatiku! Bagaimana bisa ia membiarkanmu menjalani pekerjaan itu dan sama sekali tidak menceritakan apapun kepadaku? Apa dia juga tidak memikirkan perasaanku nantinya kalau aku mengetahui hal itu?"

 

"Aku yang memaksanya Udong-ah. Ia tidak menceritakannya karena khawatir dengan kesehatanmu. Sebenarnya Khun hyung sudah menawarkan untuk menanggung semua biaya pengobatanmu. Tapi aku menolaknya. Sudah cukup perusahaannya yang memberikan dana beasiswa untuk kuliah kita. Aku tidak mau kembali merepotkannya Udong-ah."

 

"Jadi, beasiswa itu bukan dari pihak kampus?" Wooyoung mendongakkan kepalanya menatap wajah Junho heran. Ia baru mengetahui fakta ini. Selama ini Junho lah yang selalu mengurusi semuanya. "Beasiswa itu kita dapatkan bukan karena kemampuan kita?"

 

"Bukan begitu Udong-ah. Kita mendapatkannya memang karena kita adalah mahasiswa berprestasi. Perusahaan Khun hyung adalah salah satu penyumbang dana untuk kampus kita. Dan mereka mengadakan program beasiswa untuk mahasiswa berprestasi. Khun hyung langsung mendaftarkan kita ke dalam program itu segera setelah program itu dibuka. Dan kita memenuhi semua kriteria program beasiswa itu." Junho  menjelaskan dengan sabar.

  Wooyoung terdiam cukup lama. Ia memikirkan apa yang diucapkan oleh Junho. Ia tidak menyangka kalau selama ini ia, bahkan Junho, sangat bergantung pada Nichkhun. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya dengan Junho di kota sebesar Seoul bila tidak ada Nichkhun di sisi mereka. Selama ini Nichkhun sangat berjasa untuk mereka. Mengurusi semua kepindahan mereka ke Seoul, mencarikan apartemen sederhana yang cukup murah tapi layak dan nyaman untuk mereka tempati. Bahkan mencarikan rumah sakit yang cocok untuk pengobatan penyakit Wooyoung. Ia juga secara khusus membangun sebuah studio lukis untuk Wooyoung. Awalnya Wooyoung menolak keras keinginan Nichkhun untuk membangun studio itu. Tapi Nichkhun mengatakan bahwa studio itu sudah jadi dan siap digunakan. Mau tak mau Wooyoung menerimanya.   "Udong-ah, kau mau memaafkan Khun hyung kan?" kembali, Junho mencoba membujuk Wooyoung.   "Aku akan memikirkannya lagi Junho." Wooyoung melepaskan pelukan Junho, lalu tersenyum manis kearahnya, membuat senyuman bulan sabit ikut terpatri di wajah manis Junho.   "Jangan hanya memikirkannya. Dia bisa bunuh diri kalau kau tidak mau memaafkannya dan meninggalkannya Udong-ah." Junho mengatakannya dengan nada gurauan.   "Kau masih belum berbaikan dengan Chansung, Junho-ya?" mengabaikan gurauan Junho, Wooyoung lebih memilih membahas tentang Chansung.   "Ck! Jangan membahasnya Udong-ah. Aku masih terlalu muak bahkan hanya dengan mendengar namanya disebut dihadapanku." Junho berkata sedikit ketus. Moodnya langsung berubah buruk tiapkali ia mendengar nama Chansung.   "Sampai kapan kau akan seperti ini Junho-ya?" Wooyoung menghela nafas lelah. "Dia benar-benar telah berubah sekarang. Dia bukan lagi Chansung yang dulu. Aku bisa menjaminnya Junho."   "Jangan membelanya Udong!" bahkan nada bicara Junho sedikit meninggi sekarang. Membuat Wooyoung sedikit tersentak karena nada bicara Junho.   "Aku tidak membelanya Junho. Aku melihat sendiri bagaimana perubahan sikap Chansung padamu. Khunnie hyung juga mengatakan jika selama ini Chansung sangat menyesal karena telah menyakitimu Junho. Rasa bersalahnya terlalu besar sehingga ia takut jika ia bertemu lagi denganmu kau akan mengusirnya." Wooyoung menghela nafas sejenak. "Ia sangat mencintaimu Junho-ya."   Hening.   Hanya keheningan yang mengisi ruangan itu setelah ucapan Wooyoung. Junho sama sekali tidak ada niatan untuk membalas ucapan Wooyoung. Ia memang bisa merasakan ketulusan dari setiap ucapan dan perilaku Chansung selama ini. Tapi egonya mengatakan ia harus menjauh dari Chansung. Ia tak ingin tersakiti untuk yang kedua kalinya.   Tok... Tok... Tok...   Suara pintu ruangan yang diketuk membuyarkan semua lamunan Junho. Seorang laki-laki bertubuh tinggi besar memasuki ruangan tersebut.   "Taec hyung? Bagaimana bisa kau sampai disini?"   "Minjun." hanya dengan satu nama itu Junho sudah mengerti. Sekretaris pribadi Taecyeon itu memang selalu tahu dimana keberadaan Junho, karena ia punya banyak mata-mata yang akan memgawasi setiap pergerakan Junho dimanapun dan kapanpun.   "Masuklah hyung."   "Bisa kita bicara berdua saja Junho-ya?"   ~2PM~   Chansung menyesap cappucinonya sesaat sebelum mengalihkan perhatiannya pada laki-laki tampan dihadapannya.   "Chan, temuilah dia, kau tidak bisa seperti ini terus. Kau harus menjelaskan perasaanmu yang sebenarnya padanya Chan." laki-laki dihadapan Chansung mencoba membujuknya sekali lagi. Ia sudah membujuk Chansung untuk menjelaskan semuanya pada Junho sejak tadi. Tapi Chansung tetap saja menolak ide itu.   "Dia bahkan sangat muak hanya dengan melihat wajahku Khun hyung." Chansung mendesah tak lega setelah mengatakannya. Ia merasa seperti ada beban berat yang menumpuk di kedua bahunya.   "Jadi kau hanya akan menungguinya diluar ruangan sepanjang siang dan malam, dan kau akan pergi tiap kali ia melangkah keluar ruangan?" tanya Nichkhun sarkastik, yang dibalas oleh Chansung dengan tatapan menyedihkan. "Kau benar-benar pengecut Chan."   "Aku bukan pengecut Hyung!" tanpa sadar Chansung meninggikan nada suaranya. Ia tak terima Nichkhun mengatainya sebagai pengecut. Sudah cukup ia menerima julukan itu saat ia dibully dulu. Kini ia bukan lagi seorang pengecut yang hanya bisa pasrah dengan keadaan.   "Kalau begitu buktikan!" Nichkhun mengucapkannya dengan nada bersungguh-sungguh.   "Apa maksudmu hyung?" Chansung menatap Nichkhun tak mengerti.   "Temui Junho. Katakan apa yang harus kau katakan! Jangan menghindar darinya lagi. Katakan kau mencintainya. Katakan kau akan melindunginya dan tidak akan menyakitinya lagi."   "Bagaimana aku bisa mengatakan semua itu kalau menemuiku saja ia tidak mau Hyung. Ia bahkan mengusirku sesaat setelah kami tiba dirumah sakit waktu itu." Chansung menundukkan wajahnya. Menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca.   "Itulah kelemahanmu Chan. Kau terlalu penakut. Kau langsung menyerah begitu saja setelah Junho menolakmu. Kau tidak mau berusaha lagi dan lagi. Aku yakin, jika kau menunjukkan kesungguhanmu, Junho pasti sedikit demi sedikit akan memahami perasaan tulusmu padanya."   Sebulir air mata luruh dari mata indah Chansung, menetes diatas tangannya yang mengepal erat diatas pahanya.   "Berusahalah lebih keras Chan. Aku yakin Junho juga memiliki perasaan yang sama padamu. Namun ia belum menyadarinya karena sifat keras kepalanya."   ~2PM~   Taecyeon masih tetap mempertahankan kebisuannya. Sudah sejak 10 menit yang lalu Taecyeon berdiri berhadapan dengan Junho di sudut taman rumah sakit. Tapi ia sama sekali belum mengatakan apapun pada Junho.   "Apa kau hanya akan diam seperti ini setelah mengajakku kemari sepuluh menit yang lalu hyung?" Junho mulai tidak tahan dengan kebisuan Taecyeon. Taecyeon memintanya untuk bicara berdua saja, dan mereka memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit. Tapi nyatanya, Taecyeon masih belum mengatakan apapun sejak tadi.   "Maaf Junho."    "Untuk?"   "Untuk semua yang telah kulakukan selama ini. Aku hanya-"   GREB   Dan lagi-lagi sebuah pelukan memotong ucapan Taecyeon seperti saat sebelumnya. Junho membenamkan wajahnya pada dada bidang Taecyeon. Mencoba mencari kehangatan yang dulu sering ia rasakan saat Taecyeon masih menjadi sunbaenya.   "Aku telah mengatakan sebelumnya bahwa aku mengerti hyung. Aku mengerti mengapa kau sampai bersikap seperti itu terhadapku. Kau hanya tidak ingin aku terluka oleh orang-orang brengsek yang tidak menyayangiku dengan tulus. Aku mengerti, jadi berhentilah meminta maaf padaku Hyung." sebulir air mata meluncur dari mata sipit Junho mengingat semua yang dilakukan oleh Taecyeon selama ini untuknya.   Taecyeon melepas pelukan Junho. Ia mengusap sisa air mata yang mengalir di pipi Junho, kemudian menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Jadilah milikku Junho. Aku akan melindungimu dari apapun yang dapat membuatmu terluka."   "H-hyung..." Junho begitu terkejut dengan pernyataan Taecyeon. Tak menyangka kalimat itu kembali meluncur dari bibir Taecyeon setelah sekian lama. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia masih menganggap Taecyeon seperti kakaknya sendiri, kakak yang akan selalu melindunginya dari bahaya apapun, tak lebih dari itu.   Sebuah senyum lembut terbit di bibir Taecyeon. "Aku tahu Junho. Aku tahu aku tidak bisa dan tidak akan pernah bisa untuk merebut hatimu. Aku hanya mencoba menawarkan hatiku lagi padamu. Aku tidak memaksamu Junho."   "Maafkan aku Hyung." Junho menunduk, menyembunyikan air matanya yang mulai kembali menetes.   "Hey, kau tidak berbuat kesalahan apapun. Kenapa kau meminta maaf? Hati tidak bisa dipaksakan untuk mencintai seseorang Junho." dan seperti deja-vu, Junho kembali memeluk tubuh kekar Taecyeon seperti saat Junho menolak perasaan Taecyeon waktu SMA dulu. Junho kembali menangis di dada bidang Taecyeon meluapkan semua rasa bersalahnya pada Taecyeon, yang hanya dibalas dengan usapan sayang pada puncak kepala Junho.   ~2PM~   "Bagaimana keadaanmu dengan Wooyoung hyung? Sepertinya kalian sedang dalam keadaan tidak baik." Chansung menatap Nichkhun, dengan sabar menanti jawaban dari laki-laki Thailand itu. Mereka masih berada di cafetaria rumah sakit saat ini.   "Dia sangat marah padaku Chan. Dia bahkan memintaku pergi. Dia pasti sangat kecewa padaku." Nichkhun memainkan pinggiran cangkir kopinya. Pandangannya terlihat kosong.   "Kau memang membuat kesalahan yang besar hyung, jadi wajar saja kalau dia kecewa padamu."   "Kau berniat menghibur atau menyindirku Chan?" Nichkhun melirik Chansung dengan sinis.   Tawa kecil mengalun dari bibir Chansung, membuat Nichkhun semakin mendelik tidak suka. "Aku yakin kemarahan Wooyoung hyung hanya sementara. Dia bukanlah tipe orang yang akan membenci orang lain dalam jangka waktu yang lama hyung." senyum tipis terbit dibibir Chansung.   "Kau benar." Nichkhun ikut tersenyum setelah menyetujui ucapan Chansung.   "Khun hyung." seseorang memanggil Nichkhun. Suaranya sangat familiar bagi Chansung. Chansung menoleh kebelakang karena memang suara itu berasal dari arah belakangnya. Matanya tetap saja membulat saat tahu siapa orang yang memanggil Nichkhun, walaupun ia sudah bisa menebak siapa orang itu dari suaranya.   "Junho." Chansung bergumam lirih. Matanya menatap lekat pada wajah Junho yang terlihat sedikit sembab.   "Ada apa Junho-ya?" tanya Nichkhun.   "Kau harus menemui Udong. Kurasa emosinya sudah stabil sekarang. Aku sudah berusaha membujuknya untuk memaafkanmu Hyung. Aku akan memberikan waktu pada kalian berdua untuk membicarakan masalah kalian. Aku harap kau benar-benar memanfaatkannya dengan baik Khun hyung." Junho berbicara dengan menatap lurus pada mata Nichkhun. Mengabaikan sepasang mata yang sejak tadi menatapnya lekat. Ia sadar Chansung menatapnya dengan intens sejak ia datang tadi. Tapi ia memutuskan untuk berpura-pura tidak menyadarinya.   "Terima kasih Junho-ya. Dan kurasa kau juga harus memanfaatkan waktumu dengan baik untuk membicarakan masalahmu." senyum tipis terpatri di bibir Nichkhun, membuat Junho mengerutkan alisnya bingung. Tapi Junho segera menyadari apa maksud Nichkhun saat pria beralis tebal itu mengarahkan pandangannya pada orang ketiga yang ada disana, yang tak lain adalah Chansung.   Junho menghela nafas kasar. Ia tahu, cepat atau lambat ia harus berbicara dengan Chansung. Tak dapat dipungkiri kalau ia sebenarnya penasaran, mengapa Chansung kembali mendekatinya. Dan kenapa hatinya tetap saja bergetar tiap kali mata yang dihiasi oleh bulu mata lentik itu menatap ke dalam mata sipitnya dengan intens walaupun ia telah mengetahui fakta bahwa Chansung adalah orang yang membuatnya kehilangan semua memori masa kecilnya. Dan lagi, ia juga pernah tersakiti oleh laki-laki berwajah italian itu. Ia menghela nafas sekali lagi sebelum akhirnya mengangguk dan duduk menempati kursi Nichkhun yang kini telah berdiri, bersiap pergi menemui Wooyoung.   "Baiklah. Kutinggal kalian berdua. Jangan membuat keributan. Mengerti?!" Nichkhun menasehati Junho dan Chansung seperti anak kecil. Yang dibalas dengan anggukan singkat dari mereka berdua.   Setelah yakin semua akan baik-baik saja, Nichkhun melangkah pergi meninggalkan cafetaria itu.   Bermenit-menit hanya berlalu dalam kebisuan. Tak ada satupun dari mereka berdua yang berniat membuka suara. Junho sibuk dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Chansung sibuk mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya.   "Kau baru saja menangis?" pertanyaan itu keluar dari bibir Chansung.   "Hm." hanya gumaman sederhana yang membalas pertanyaan Chansung.   "Kenapa?"   "Taec hyung." dan satu nama itu mampu membuat emosi Chansung kembali naik.   "Apa yang dia lakukan disini Junho?! Apa yang dia inginkan?! Apa dia mau menyakitimu lagi?!" Chansung tiba-tiba berbicara dengan nada yang cukup tinggi, membuat Junho tersentak kaget.   "Tidak. Aku bahkan senang ia kemari." jawaban bernada sinis dari Junho dibalas dengan tatapan tidak mengerti dari Chansung. "Setidaknya ia tidak pengecut sepertimu Chan. Taec hyung masih tetap berusaha melindungiku walaupun dengan cara yang salah."   "Apa maksudmu Junho?"   "Saat aku bekerja di hottest club, ia sengaja menyewaku hampir setiap malam agar tidak ada pria maupun wanita lain yang menjamah tubuhku. Bahkan ia membeli hottest club hanya agar aku sama sekali tak tersentuh oleh orang-orang yang hanya menginginkan tubuhku. Dia melindungiku dengan caranya sendiri Chan. Dan aku lebih menghargai itu daripada sikap pengecutmu selama ini yang hanya bersembunyi dan tak pernah berusaha untuk mencariku." sorot mata kekecewaan jelas tersirat dari mata Junho.   ~2PM~   Nichkhun mengetuk pintu ruangan Wooyoung sebelum ia melangkah memasuki ruangan itu. Ia bisa melihat Wooyoung
Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
brat2104 #1
Chapter 10: Terbaik author nim
eyessmile14
#2
Chapter 11: Wah ternyata aku pernah subscribe fic ini tp kelupaan belum sempt selesain baca dan komen juga, mianhae authornim *bungkukbungkuk

First of all, I would like to say.. I REALLY LOVE THIS FIC.
Bhak, sering banget baca ff yg model beginian tp aku tak bisa memungkiri kalau aku suka sama fic ini. Kkkk.
Pertama kali yg terlintas saat baca judulnya kirain genrenya fantasi gitu. Ada pria dari masa lalu terus datang ke masa depan buat nyelamatain sesuatu atau apakah hahaha ternyata aku salah ._.
Dan jujur author ovy, yg bikin aku suka baca fic2 author itu karena aku suka ide ide ceritanya dan bahasa yg digunakan enak banget, mudah dipahami lah pokoknya. Aku suka XD
dehana
#3
Chapter 11: Mesum sum sum sum sum hahaha, thornim chan dikasih makan apa sampe mesum begitu aduuhh, suka banget sama epilognya, meskipun gagal dapet taecho di cerita ini tapi endingnya yg sweet memuaskan hati. See you in the next story thornim
cutiechim #4
Chapter 11: Keren epilognya
Happy ending dan hot tentunya
Chansung ma nichkhun kelewat mesum haha
vargaskey #5
Chapter 11: Akhirnya semua couple bahagia ;D
oryzanaranatha #6
Chapter 11: Yeaaaaayyyy,,epilog nya dataaaaang,,
Eih,seme2 nya ini pada mesum akut,kcuali taec oppa,kalem bgd disini,gag ikutan mesum jg kayak khunnie oppa & channie oppa,,,
Hehe,,
Seneng,karna smw couple nya bahagia,,
Di tunggu FF lainnya yaaaaa,,,
FIGHTIIIIIIIING....!!!!!!!
DityaHwang #7
Chapter 11: Waaahh... epilognya keren, akhirnya semuanya bahagia... chansung ert bgt tp gpp yg pntg smua bahagiaaa...
Nunneo74
#8
Chapter 11: keluarga mesum..!!!
buahahahaha ..
panas butuh kipas..!!
dhe_dorayaki
#9
Chapter 11: huaaa .. akhir nya epilogue nya di update .. hooot ah..!!