Chapter 2
Bicycle"Aku sudah sering berlari, mengejar kau sampai ke ujung bagian bumi..
Meski pada akhirnya..
Aku mengejarmu demi melihat bahwa kau bahagia dengan orang yang bukan aku." - steffta
.
.
Aku meringkuk lemas di ujung pintu garasi. Sudah sore. Udara dingin tidak juga membuatku menyerah menuntun sepedaku.
Seperti biasa... aku harus belajar naik sepeda bersama dengan sahabatku, Amber.
Haftt.
Entahlah...
Aku nyaris menyerah karena malu.
Bagaimana tidak?
Jika boleh ku hitung dengan kalkulator, sudah ada ratusan atau malah jutaan kali usahaku untuk naik sepeda sia-aia.
Aneh memang.
Tapi... bagaimana lagi?
Semua orang tidak menuntutku untuk bisa naik sepeda..
Tapi..tapi...
Keinginanku tidak bisa di ganggu gugat..
Aku, Krystal Jung... harus bisa naik sepeda!
Brak.
"Awwwhh!"
Kakiku terantuk pedal sepeda dan nyaris terjatuh.
Nemun dugaanku di saat seperti ini tidak pernah melesat.
Dia selalu bisa menangkap tubuhku yang sempoyongan kesana kemari.
"Menuntun sepeda saja tidak becus apalagi mengendarainya."
Aku menoleh dan tersenyum.
Yapsss!
Si tua Amber yang sudah berusia 19tahun ini mencengkeram lenganku dengan erat.
"Hey! Kau sudah mengataka hal itu berkali-kali, bodoh. Tanpa kau ulangi aku sudah tau..."
Aku menarik paksa lenganku dan kembali berdiri.
Seperti biasa.. Amber selalu setia menemaniku belajar bersepeda.
"Ah, bawa permen apa kali ini?"
Aku menarik lengan Amber dan berusaha mengambil sesuatu di sakunya. Namun Amber buru-buru menepis tanganku dan mendesis kesal.
"Aku cuma bawa dua. Jangan rebutan. Aku akan beri kau satu."
Pft.
Aku hanya menurut. Membantah perkataan Amber selalu berimbas buruk padaku.
Jika tidak di pukul, telingaku bisa panas karena di jewer olehnya.
"Stroberi dan coklat. Aku stroberi dan kau..."
Amber memotong kalimatnya. Ia kemudian mendongak... menatap ke arahku.
"Kenapa tidak protes?" Tanya Amber dengan wajah datar.
Aku semakin tidak mengerti..
"Kenapa..harus..protes? Haish. Kau sendiri yg bilang.. merelakan sesuatu yg kau sukai demi org lain. Sudah kulakukan..masih saja protes."
Sret.
Aku mengambil paksa permen cokelat dari tangan Amber dan membuka bungkusnya.
Sekilas aku melihat Amber nampak melamun di depanku... gapi aku mengabaikannya.
"Kau tidak banyak berubah..."
Celetuk Amber perlahan. Membuatku semakin gemas dengannya. Kalau begini.. kapan bisa mulai belajar naik sepeda?
"Tidak banyak berubah dalam artian yg bodoh. Tidak pernah bisa naik sepeda. Dari dulu."
Aku cemberut.
Terserah kau sajalah, selalu saja mengomel karena aku tidak pernah berhasil.
Ish! Meneyebalkan.
"Ah.. berhentilah mengomeliku! Kalaupun nanti aku masih gagal....aku akan menyerah."
Aku menghisap permen cokelatku tanpa semangat. Sesekali menyender atau mengusap-usap rambut Amber yg pirang. Sama persis seperti rambutku. Kita merubah warna rambut bersama-sama.
"Ho.oh. menyerahlah karena aku sudah bosan mengajarimu naik sepeda. Kalau boleh tahu... kenapa lagi-lagi bersemangat naik sepeda? Jika dulu kau punya alasan untuk menghindari ejekan teman-temanmu...kali ini.. apa?"
Amber menanyakan hal ini dengan tenang.
Akupun sama...
Menerima pertanyaan Amber dan menunduk.. menghela nafas sejen
Comments