Chapter #7

Vector of Fate
Please log in to read the full chapter

#7

 

Hari masih pagi, bisa dilihat dari arah sinar matahari dan suara kicauan burung-burung, walaupun begitu suhu udara terbilang cukup tinggi dikarenakan saat itu memang sudah masuk musim panas. Di tengah-tengah kedamaian sebuah area perkemahan, berlusin-lusin murid SMA sedang melakukan summer camp sebagai kegiatan outdoor pertama di tahun pertama. Dan disana pula tujuh orang siswa sedang sibuk berdebat.

“Siapapun tolong bersedialah mengundurkan diri”

“Hah? Kenapa tidak kau saja?”

“Maaf apa kita boleh mengeluarkan Jimin saja?”

“Jungkook-ah! Kenapa kau jahat sekali padaku?”

Bisa ditebak tujuh orang itu adalah Jin, Yoongi, Hoseok, Namjoon, Jimin, Taehyung dan Jungkook. Beberapa saat yang lalu diumumkan pada seluruh peserta summer camp kalau pihak sekolah telah menyiapkan tenda yang masing-masing berkapasitas enam orang, dan para murid diberikan hak untuk memilih teman satu tenda mereka.

Tapi tentu saja masih ada murid yang bermasalah dengan ketentuan tersebut, memang bukan remaja namanya kalau pemikirannya tidak rumit. Sebut saja salah satunya tujuh orang ini, yang lebih suka berada dalam satu tenda tapi sayangnya jumlah mereka kelebihan satu. Alhasil sekarang mereka berdebat tentang siapakah enam orang yang layak tinggal.

Mungkin perdebatan mereka tidak akan ada habisnya kalau Namjoon tidak berusaha menengahi. Oke bukan menengahi sih, karena dia tadi juga ikut berdebat, yang benar dia menerapkan suatu ide yang mendadak muncul di kepalanya.

Dengan suara nyaring dia berteriak, “Batu, gunting, kertas!”

Entah reflek atau apa, ketujuh orang itu tanpa dikomando langsung melayangkan tangan masing-masing ke tengah posisi mereka yang sedari tadi sudah membentuk lingkaran.

Enam orang memilih kertas, satu orang memilih batu.

Sedetik kemudian enam pasang mata tertuju pada pemilik kepalan tangan yang hanya bisa membeku di tempat. Mereka berenam berteriak.

“TAEHYUNG!”

Teriakan kaget dan girang tercampur menjadi satu, membuat Taehyung ingin menyumpal telinganya karena selain menyakiti alat pendengaran suara itu diam-diam juga menyakiti hati. Namun Taehyung merasa dirinya bukan tipe orang yang tidak mau menerima kekalahan, jadi selagi teman-temannya merayakan keberuntungan mereka dengan ber-high five ria dia bersiap untuk melangkah pergi.

Mendadak sebuah tangan menyentuh bahu Taehyung, membuatnya berhenti dan menoleh ke belakang lagi, itu adalah tangan Park Jimin.

“Mau kubantu mencari teman satu tenda?”

Seandainya tidak bisa menahan diri, Taehyung mungkin sudah akan meneteskan air mata terharu sekarang.

 

“Benar juga, kita kekurangan satu orang.”

Semua mata saling berpandangan sementara pikiran mereka berputar, mencoba mencari solusi dari apa yang sedang mereka hadapi.

“Ah!” Lee Hwarin menjentikkan jarinya mencuri perhatian yang lain, “Aku akan mengajak salah satu temanku!”

Baik Hyeso, Rahee, Hani atau Choonhee sama sekali tidak keberatan asalkan mereka bisa memenuhi kriteria jumlah penghuni tenda dan melewati kegiatan summer camp ini tanpa masalah, jadi saat Hwarin melontarkan idenya tidak ada satupun yang berniat menyanggah.

“Kalau begitu aku akan memberitahunya dulu.”

Hwarin bergegas mengeluarkan ponselnya, mengirim pesan pada temannya yang kurang lebih berisi ajakan Hwarin sekaligus menanyakan dimana keberadaan temannya itu saat ini. Segera setelah menerima balasan, Hwarin melangkahkan kakinya menuju tempat yang dia baca di layar ponsel.

 

Oke. Aku ada di tenda 4 blok B.

“Hah? Dimana itu?” Jimin mengerutkan keningnya, dia menoleh ke arah Taehyung mendapati temannya itu memasang ekspresi bingung yang sama. Rasa-rasanya Jimin sudah ingin menepuk jidatnya karena di hari kemarin menganggap menghafalkan area perkemahan itu tidak penting, sekaligus ingin menendang Kwon Soonyoung karena lelaki itu tidak memberi pesan yang jelas tentang dimana dia berada sekarang.

“Malu bertanya sesat di jalan, coba kau tanya orang lain dulu.”

Setelah mengiyakan usul Taehyung, Jimin mengamati sekelilingnya. Mereka kini berdiri di jantung area perkemahan itu, tepatnya disamping pondok utama. Sepertinya lebih mudah bertanya pada Guru Park yang baru saja lewat, tapi Jimin kehilangan keberanian saat teringat kalau guru itu baru saja memarahinya minggu lalu hanya karena Jimin terlalu sering menguap saat pelajaran berlangsung.

Tanpa sadar Jimin bergidik mengingat bagaimana sebuah tutup spidol melayang ke arahnya yang tengah menguap, saat tiba-tiba seorang siswi lewat tepat di depannya. Lebih baik bertanya pada orang ini, pikirnya.

“Eh, permisi..”

Siswi itu berhenti dan menoleh, “Ya?”

“Apa kau tahu dimana itu tenda blok B?”

Sesaat perempuan itu terlihat seperti sedang berpikir, ibu jari dan telunjuknya menyentuh dagu sementara pandangannya terfokus ke tanah. “Kurasa di sebelah sana..” Dia menunjuk ke arah selatan, “Area tenda ada disana, jadi mungkin kau hanya harus mencari plakat bertuliskan ‘Blok B’ atau semacamnya.”

“Te―”

“Terima kasih!”

Jimin memutar bola matanya, dia belum sempat mengatakan terima kasih karena mendadak Taehyung menginterupsi perkataannya, sungguh tidak sopan. Sehabis melirik tajam ke arah Taehyung dia kembali melihat gadis bersurai hitam tadi, matanya menangkap nametag gadis itu.

“Youngae-ssi, terima kasih.”

Ucapan itu dibalas dengan senyuman cerah. “Sama-sama.”

 

 

Sungguh, Choonhee benar-benar menantikan summer camp pertamanya di SMA, tapi dia benar-benar kesal pada takdirnya sendiri karena harus merasa tidak sehat disaat seperti ini. Sejak kemarin kepalanya terasa berat, lalu diperparah dengan fakta kalau dia tidak sarapan tadi pagi padahal dia tahu kalau hari ini dia membutuhkan banyak energi.

Dia duduk di bawah pohon dekat tenda kelompoknya sambil memijat-mijat pelipis. Sebenarnya ada sebersit rasa bersalah yang melanda dirinya, disaat teman-teman yang lain sibuk membangun tenda dan menata barang bawaan dia malah duduk-duduk disini. Memang temannya sendiri yang menyuruhnya istirahat sebentar, tapi tetap saja dia merasa tidak enak.

Bagaimana nasibnya kalau sakit kepalanya makin parah nanti? Choonhee bertanya-tanya dalam hati..

Sementara itu Song Rahee tiba-tiba diberi tugas untuk mengambil sisa barang-barang milik kelompoknya yang ada di ujung blok tenda mereka, dia berlari-lari kecil sambil menyemangati dirinya sendiri dalam hati, kejengkelan karena harus mengikuti kegiatan yang tidak begitu disukainya seperti ini masih bisa dirasakannya sekarang.

Ketika dia melihat beberapa tas milik teman-temannya tergeletak di tanah tak jauh dari tempatnya berada, Rahee langsung menghampiri tempat itu. Dia hendak mengambil salah satu benda disana saat sesuatu yang ganjil muncul dalam jarak pandangnya.

“Yoongi?”

Dengan tatapan heran, Rahee memandangi seorang Min Yoongi yang sedang berbaring santai di atas rumput hijau. Sinar mentari menyeruak melalui sela-sela pohon tinggi, Yoongi membuka kelopak matanya, balik menatap sosok yang terlihat samar karena silaunya matahari dengan mata disipitkan. Dia berusaha sebaik mungkin untuk memperjelas pandangan tanpa harus beranjak dari posisinya.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya sosok itu, dari suaranya Yoongi akhirnya mengerti kalau dia adalah Song Rahee.

“Sedang mencoba untuk tidur..” Jawabnya dengan nada tak berdosa, membuat Rahee mengernyit bingung.

“Kau tidak membantu kelompokmu mendirikan tenda atau semacamnya?”

“Tugasku sudah selesai tadi.”

Mulut Rahee tadinya sudah terbuka, siap untuk mengeluarkan omelan. Tapi kemudian dia teringat sesuatu, bisa dibilang ini pertama kalinya dia benar-benar mengobrol langsung dengan Yoongi, kalau dipikir-pikir selama ini mereka jarang berbicara di kelas. Karena itu dia tidak mau menodai obrolan pertama mereka dengan omelannya yang tidak jelas, jadi dia memilih untuk berkata, “Baiklah.. terserah kau saja.” Kemudian bergegas melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

Namun tidak disangka-sangka saat Rahee akan mengangkat barang bawaan mendadak ada lagi yang menginterupsi.

“Rahee, boleh kubantu?”

Yoongi melontarkan pertanyaan yang rasanya sudah sejak lama ingin dia ucapkan.

 

 

Merebus air, membuka kaleng-kaleng kacang polong, membuat sandwich, apapun itu Hyeso benar-benar bersyukur karena diberi tugas yang bisa dia laksanakan dengan baik. Terpilih menjadi salah satu orang yang bertugas memasak disaat dia sendiri tidak pandai memasak adalah takdir diluar dugaan. Maka dari itu patut disyukuri kalau dia hanya harus melakukan hal-hal kecil.

Terhitung sudah kali keempat Hyeso bolak-balik menuju kran air untuk mengisi pancinya, seseorang lalu menghampirinya dengan langkah tergesa-gesa.

“Hyeso!”

Gadis itu menoleh ke arah Jeon Jungkook yang kini sudah berdiri di sebelahnya, dia belum sempat berkata apa-apa saat lelaki itu menginterupsi. “Kau tahu dimana Choonhee?”

“Choonhee?” Dia di― tunggu..” Perkataan Hyeso terhenti, dia menyipitkan matanya. “Kenapa kau mencari Choonhee?”

“Ada sedikit urusan..”

Hyeso menyadari suara Jungkook mendadak seperti mengecil, tapi yang membuatnya bertanya-tanya adalah sejak kapan lelaki ini bisa punya urusan dengan Choonhee? Setaunya mereka berdua tidak begitu dekat.

“Choonhee ada di ruang kesehatan..” Ujarnya datar, tidak menyadari respon aneh Jungkook, lelaki itu melesat pergi tanpa mengatakan apapun.

Dia tidak ambil pusing entah Jungkook sedang jungkir balik atau apa, karena saat teringat kalau tugasnya telah terhambat satu-satunya yang ada di pikirannya adalah mencoba mengejar waktu yang sudah terbuang. Hyeso berlari-lari kecil, tidak habis pikir kenapa tempat kran air harus diletakkan begitu jauh dari tempat dimana mereka sedang memasak sekarang.

Setelah memastikan kalau panci yang dibawanya terisi cukup air, Hyeso mematikan kran lalu berbalik, namun bukannya melangkah maju dia malah mundur selangkah. Seseorang sedang berdiri di belakangnya dan melihatnya tiba-tiba seperti barusan membuatnya luar biasa terkejut, itulah kenapa dia reflek melangkah mundur.

Mendongakkan kepala, dia bisa melihat Kim Seokjin sedang memandangnya heran.

“Astaga kukira siapa..” Hyeso menghela nafas.

“Maaf, apa aku membuatmu kaget?” Tanya Jin, diikuti gelengan kecil Hyeso, walaupun pada dasarnya dia memang merasa kaget.

Menyadari kalau ini mungkin akan menghambat pekerjaannya lagi, tanpa pikir panjang Hyeso cepat-cepat berjalan kembali ke area memasak sementara Jin kembali menatapnya heran.

“Jung Hyeso, kenapa lama sekali?” Mendengar suara seniornya tepat saat Hyeso menyalakan kompor membuat gadis itu menelan ludah.

“Kau hanya kusuruh mengambil air tapi lamanya seperti menambang emas, kau tidak sadar kalau perbuatanmu menghambat yang lain? Baru saja aku menyuruh Seokjin menyusulmu, dimana dia sekarang?”

Rahang Hyeso kaku, dia baru memahami situasinya tapi sama sekali tidak bisa memberi jawaban pada seniornya yang mulai menunjukkan ekspresi seram.

“Aku disini, sunbae!”

Hyeso menoleh, tiba-tiba Jin sudah ada di belakangnya. Dia tidak bisa merespon apa-apa sampai seniornya kembali membuka mulut. “Kalian berdua, tolong kupas bawang yang ada disana.”

Mengupas bawang? Terkutuklah Hyeso, dia sangat tidak suka melakukan hal itu karena air matanya terlalu peka setiap berada dekat-dekat dengan bawang. Tetapi Hyeso tahu dia bisa tamat kalau menghindar dari tugas ini, seniornya saja baru memarahinya, dia tidak ingin menambah frekuensi kesalahan dan menjadi semakin sial jadi mau tidak mau tangannya segera meraih pisau.

Untuk kedua kalinya dia bersyukur tidak harus melakukan hal ini sendirian, sampai kemudian Jin melakukan sesuatu yang membuat Hyeso kembali bersyukur atas takdirnya. Lelaki yang berdiri disampingnya itu mendadak menyodorkan sapu tangan.

Please log in to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nsama48
hello. maaf karena selama ini menghilang:") cerita ini udah jalan dua tahun tapi belum tamat aja;;
aku baru update satu chapter (walau mungkin kalian udah lupa ceritanya gimana), please kindly say if you're expecting another new chapter! oh iya, mungkin cerita ini bakal kurombak sedikit.

Comments

You must be logged in to comment
CHANGBOOM_ #1
same
keyhobbs
#2
Chapter 15: Heeh?? Jadi itu bayangan d belakang kookie itu beneran??kira in aku mah itu cuman byangan tukang bersih2 yg lewat hehehe... Eh iya,kok Rahee kayak yg ngindarin hoshi gitu? Terus malah sama yoongi, ahh...kok aku gk rela ya klo Rahee sama yoongi jadinya-_- eh, jimin masih begitu ya?kenapa sih sebenernya?? Ayo Jimin daripada sakit hati mending sama aku aja jimin mah, d jamin gk bkalan sakit hati...hahaha:D btw, mana nih pasangan jhope-hyora? Kok gk keliatan?hihi^^
keyhobbs
#3
Chapter 14: Uwwah....maaaaaf...bru sempet buka aff lg!! Jadinya ketinggalan deh-_- tpi gak apa-apa ya,comment nya sekalian aja, chap 12 jujur aku bru ngeh klo kelas F yg namanya soon young tuh hoshi, maklum bru kenal seventeen baru2 ini, nah d sini agak bingung Rahee itu bkaln sama hoshi ataukah jimin?atau yoongi?entahlah aku pusing..hehe, chap 13 hyeso-jin jadian!!!ya ampun aku bener2 gk bisa berhenti senyam-senyum pas mereka makan rujak and berakhir dgn pengakuan jin ke hyeso, duh pengen juga:( and chap 14, aku makin bingung, jimin kenapa???kok bilang umurnya tinggal bentar? Terus terus itu hoseok sama si cewek nya bkal jadian kah? Nah, klo soal jieun, menurut pemikiranku sih, jaga2 klo choonhee sama chanyeol, nah jungkook bisa sama jieun ahaha:D mian kepanjangan....
keyhobbs
#4
Chapter 11: whaha! Bkalan ada pertunjukan BTS dong ya??ini mereka bertujuh mau tampil^^ humm~~jdi pengen nonton-_- eh?ada mark ya?wwoah apa hubungan taehyung bkalan baik2 aja ya? Eh...ada namaku hihi...jd terharu deh^^ aku bkalan lebih rajin komen deh hihi,.
keyhobbs
#5
Chapter 10: jjiah si hoseok ngeganggu aja:D oh ya ada nama mark tuan tuh,apa d chapter2 selanjutnya dia bkalan muncul?
keyhobbs
#6
Chapter 9: wwoahh double update!!!thanks a lot authornim!!!^^ I love you...ah ya, aku cemburu sama jin-hyeso...gimana ini???boleh gak aku aja yg jadi hyeso?ahaha:D haduhh taehyung udh ngambil start duluan tuh,kayaknya bentar lg yg lain bkalan nyusul..gak sabar deh nunggu yg lainnya hihi^^ semangat terus untuk the next chapter yo!^^
keyhobbs
#7
Chapter 7: salut sama hoseok.. Dia baik bnget nyerahin nmor yg dia dpet buat taehyung,^^