Chapter #10

Vector of Fate
Please log in to read the full chapter


#10   Terkadang, kita bisa menemui sekolah yang sering mengadakan berbagai macam kegiatan untuk murid-muridnya. Contohnya mulai dari summer camp, festival budaya, festival olahraga, atau yang biasanya paling menonjol, ulang tahun sekolah. Terdapat beberapa murid yang jengkel dan merasa salah memilih sekolah saat mereka dituntut untuk berperan aktif di tiap-tiap kegiatan. Mereka punya alasan cerdas tentang bagaimana sekolah lebih baik memfokuskan diri pada kegiatan belajar-mengajar, bagi mereka hal-hal di luar itu tidak punya kegunaan yang banyak. Namun, pada dasarnya mereka hanya malas.   Ketua kelas 1-C, Jeon Wonwoo, terkenal tidak bertanggung jawab. Segala tugas yang seharusnya merupakan kewajibannya, pada akhirnya selalu berakhir di tangan wakil ketua kelas, Lee Hwarin. Salah satunya kini, Hwarin dengan semena-mena ditunjuk sebagai perwakilan kelas dalam kegiatan ulang tahun sekolah.   “Dasar Wonwoo gak guna!”   Namjoon berhenti menggerakkan bolpoin, diliriknya Hwarin yang sedang duduk di depannya, menempati bangku Yoongi. Mulut perempuan itu tidak bisa berhenti menggerutu sambil sesekali mengucapkan umpatan-umpatan yang sudah tidak asing lagi di telinga Namjoon.   “Kukira kau suka mengurusi hal-hal semacam ini.”   Sepertinya Namjoon salah bicara, karena setelah itu Hwarin malah menatapnya dengan jengkel. “Suka? Kau bercanda? Lebih baik menulis lirik baru sehari penuh daripada jadi perwakilan kelas!”   “Tidak usah membentakku. Habisnya saat jadi pengurus kelas kau selalu melakukan tugas-tugas tanpa mengeluh, siapa yang tidak salah sangka?”   Perempuan itu menghela nafas pelan, “Biasanya memang aku tidak keberatan, tapi ini sudah keterlaluan. Awas saja Jeon Wonwoo.”   “Sudahlah..” Namjoon berusaha menenangkan, siapa tahu apa yang akan terjadi jika Hwarin terus menyimpan dendam pada Wonwoo. “Tidak akan sulit kok.”   “Tidak akan sulit!?” Untuk kedua kalinya Hwarin meninggikan suaranya. “Tidak sulit apanya!? Kenapa tidak kau saja kalau begitu!?”   “Kubilang jangan membentakku! Aku mau-mau saja membantumu―”   “Kau mau membantuku??”   Posisi Namjoon berpindah beberapa sentimeter ke belakang karena Hwarin kini berdiri lalu mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, matanya mengerling dan menyiratkan harapan besar.   Namjoon menelan ludah lalu mendorong bahu perempuan itu agar dia kembali duduk. Tadi bahkan dia belum menyelesaikan perkataannya. “Ada tapi-nya. Tapi, sebagai pengurus OSIS aku sudah sibuk dengan tugas panitia kegiatan.”   “Cih. Jangan memberi harapan palsu, Namjoon.”   Tatapan Hwarin padanya kali ini benar-benar mematikan, kelihatannya dia bahkan dua kali lebih kesal daripada sebelumnya. Dasar, perempuan ini..   “Maaf.” Ucap Namjoon, agar terdengar lebih tulus dia menambahkan senyuman. “Berita baiknya kau akan sering bertemu denganku nanti. Kita mungkin bisa bekerja bersama.”   “Justru itu yang membuatku tidak suka.”   Kali ini Namjoon berharap dia bisa mendorong perempuan yang memandangnya dengan jijik itu dari atap sekolah.       “Ayolah Rahee, aku benar-benar butuh bantuanmu..!”   “Umm...”   Tidak ada yang bisa dilakukan Rahee untuk menolak saat temannya―Hwarin―sudah memohon-mohon agar Rahee mau membantunya. Lagipula dia sudah merasa cukup kasihan melihat Hwarin mengurus segala hal sendiri, setidaknya kini dia harus memberikan bantuan. “Aku hanya perlu membeli keperluan kelas saja bukan?”   “Ya! Dengan begitu kau juga tidak perlu ikut mempersiapkan properti dengan yang lain!”   Rahee mengangguk-angguk, mempertimbangkan berbagai keuntungan seandainya dia mengabulkan keinginan Hwarin. Kelas mereka akan membuat rumah hantu sebagai bentuk parsitipasi dalam perayaan ulang tahun sekolah. Bisa dibilang hampir semua kelas sudah mulai mempersiapkan segala hal sejak beberapa hari lalu, dan akhir pekan ini pasti akan diisi dengan membantu teman-temannya membuat properti, kostum atau semacamnya.   “Serius aku tidak perlu membantu persiapan?”   Anggukan Hwarin meyakinkan hati Rahee sepenuhnya, senyuman senang gadis itu merekah dan Hwarin pun ikut tersenyum lebar, lega karena bebannya kini berkurang sedikit.     ***     “Yoongi, ajak adikmu juga ya!”   “Apa?”   Min Yoongi memasang ekspresi menjengkelkan yang biasanya membuat dirinya dipelototi oleh sang ibu, beruntung kali ini wanita paruh baya itu hanya menghela nafas.   “Adikmu bilang ingin membeli sesuatu, jadi sekalian saja dia keluar denganmu.”   “Tapi―”   Ketika kepala adik perempuannya menyembul dari balik pintu ruang tamu, Yoongi otomatis menghentikan ucapannya. Perempuan itu mem-poutkan bibirnya, berusaha menunjukkanaegyo­­ pada kakaknya.   Memang, Yoongi tidak tahan kalau ada yang ber-aegyo seperti itu, tapi adiknya adalah pengecualian. Jika aegyo tidak berhasil sudah pasti dia akan terus merajuk pada ibunya, jadi tidak ada pilihan lain untuk Yoongi selain menurut.   “Cepat atau kutinggal.”       “Umm.. Bisa kau ulangi?”   “Namaku Min Yoonji, aku adik dari lelaki cuek itu.”   Telunjuk mungil Yoonji menunjuk sosok kakaknya, yang berdiri membelakanginya soksibuk memperhatikan benda-benda yang dipajang di jendela sebuah toko, mencoba terlihat tidak peduli. Rahee hanya bisa mengangguk-angguk.   “Kalau eonni?”   Seolah baru sadar, Rahee mulai mengenalkan dirinya dengan sedikit terbata. “Ah.. Namaku Song Rahee, aku sekelas dengan kakakmu.”   Bibir Yoonji membulat, “Kukira eonni pacarnya Yoongi-oppa.”   Rahee terdiam, tidak tahu harus merepon apa, dan dari perkataan Yoonji sendiri sepertinya dia tidak meminta penjelasan. Manik cokelat Rahee melirik Yoongi, tetapi lelaki berambut cokelat itu sudah tidak berada di tempatnya semula berdiri.   “Kalau mencari oppa, dia sudah masuk ke toko.”   Kini Rahee ganti menengok ke dalam toko yang dimaksud, benar saja Yoongi sedang berada di dalam. Dia kembali menatap Yoonji, yang tengah tersenyum manis padanya. Entah kenapa melihat senyuman perempuan itu membuat Rahee berpikir dia seharusnya menjelaskan hal yang benar padanya.   “Yoonji, berapa umurmu?”   “Tiga belas.”   “Dengar, aku dan kakakmu hanya teman sekelas, kebetulan saja aku meminta bantuannya untuk membeli keperluan kelas. Mengerti?”   Yoonji menganggukkan kepalanya, tapi senyumnya masih terpasang dan itu malah membuat Rahee sedikit takut.   “Aku mengerti. Apa eonni menyukai orang lain?”   Kalimat pertama yang diucapkan gadis kecil itu hampir melegakan hati Rahee, namun kalimat sambungannya malah membuat tenggorokannya tercekat.   “B-bukan begitu..”   “Iya iya~ Aku tahu~ Kalau begitu aku duluan ya, tujuanku kesana.” Yoonji menunjuk bangunan toko yang menjual alat-alat tulis sebelum berjalan menjauh sambil melambai pada Rahee. “Tolong jaga kakakku~!”   “Apa tidak terbalik?”   Rahee terlonjak, mendadak Yoongi sudah ada di belakangnya, memandang kesal ke arah punggung adiknya yang semakin menjauh.   “Jangan diambil hati, dia selalu bicara seenaknya.”   “Oh.. Kau dengar apa yang dia katakan?”   “Tentang dia yang mengira kita berpacaran? Ya, aku dengar.”   Sesaat hening sampai Rahee membuka mulut, “Maaf.” Satu kata itu cukup menimbulkan tanda tanya dalam benak Yoongi.   “Bukankah seharusnya aku yang minta maaf?”   “Tidak. Aku yang meminta bantuan padamu dan menyeretmu kesini.”   Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, tidak habis pikir kenapa perempuan yang berdiri di sampingnya ini terlalu sering menyalahkan diri sendiri. “Bukan salah kita berdua, dia yang salah.”   Seulas senyum geli sukses tersungging di bibir Rahee.       Satu-persatu rak sudah ditelusuri baik oleh Yoongi maupun Rahee, mereka berdua yakin waktu sudah berlalu lama sekalipun belum semua hal dalam daftar belanja sudah terpenuhi.   “Yoongi, kenapa namamu dan nama adikmu sangat mirip?”   Tidak biasanya Rahee berbasa-basi seperti ini. Yoongi mengira perempuan itu mungkin sudah kelewat bosan, atau dia memang benar-benar penasaran. “Lebih baik kau tanya ibuku.”   Suara tawa pelan Rahee bisa terdengar jelas, Yoongi tidak tahu kenapa tapi sepertinya kata-katanya selalu bisa membuat seorang Song Rahee tertawa.   “Apa tidak sulit? Kau tahu, bisa saja kau salah dengar saat seseorang memanggil adikmu.”   “Oh, itu lumayan sering terjadi.”   “Lebih baik suruh adikmu ganti nama saja, Yoongi.”   “Ganti nama menjadi apa? Cleopatra?”   “Astaga kenapa harus Cleopatra?” Rahee balik bertanya sambil menahan tawanya.   “Cleopatra itu nama yang bagus. Lagipula kenapa kau tidak berkata aku saja yang harus ganti nama?”   “Ehm..” Telunjuk dan ibu jari Rahee berada di dagunya, dia berusaha membuat pose seolah sedang berpikir keras. “Kurasa karena Yoongi nama yang bagus untukmu.”   Tidak ada jawaban, sedari tadi pun mereka mengobrol tanpa saling bertatap muka melainkan sibuk menyapu pandangan pada rak-rak toko. Rahee mengira lelaki itu mungkin memang tidak punya jawaban untuk kata-katanya, dan dia memaklumi hal itu. Padahal sebenarnya, Min Yoongi kini sedang berusaha menyembunyikan senyumannya.     ***     “Psstt!”   Setelah memastikan kalau tidak ada yang memperhatikan, Choonhee berbisik beberapa kali pada Jungkook namun lelaki itu sama sekali tidak sadar, barangkali terlalu fokus mengecat kardus yang akan dijadikan properti rumah hantu.   “Jungkook!”   Tidak ada jawaban, sementara Choonhee mulai kehilangan kesabaran. Beberapa saat kemudian sebuah karet gelang melayang ke arah Jungkook, mengenai lengan lelaki itu dan membuatnya langsung meringis kesakitan. Dia menoleh ke arah datangnya karet gelang tadi lalu mendapati Choonhee menatapnya datar sembari mengisyaratkan agar dia mengikuti perempuan itu keluar dari kelas.   Kebetulan koridor sedang sepi karena para murid tengah sibuk bekerja di dalam kelas, mempersiapkan segala hal untuk acara ulang tahun sekolah yang akan diadakan minggu depan. Kelas 1-C sendiri akan menyulap ruangan kelas mereka menjadi sebuah rumah hantu, mereka mau tidak mau rela datang di hari libur seperti ini agar persiapan selesai tepat waktu.   “Ada apa? Kenapa harus menyerangku dengan karet gelang?” Tanya Jungkook sambil mengusap lengannya yang tadi menjadi sasaran karet gelang Choonhee.   “Aku sudah memanggilmu beberapa kali tapi kau tidak menoleh.” Perempuan itu menjawab sambil memasukkan tangan ke saku seragamnya. Saat dia mengeluarkan secarik kertas, tanpa diberitahu Jungkook sudah mengerti benda apa itu.   “Apa itu surat yang ketiga?”   Choonhee mengangguk, mengulurkan kertas tersebut tanda dia ingin Jungkook membaca isinya. Jungkook berharap tangannya tidak gemetar saat mengambil kertas itu, sementara dirinya baru tersadar kalau sedari tadi dia sudah menahan nafas.     Let us meet someday. Please wait until that time to come.     Begitulah apa yang t
Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nsama48
hello. maaf karena selama ini menghilang:") cerita ini udah jalan dua tahun tapi belum tamat aja;;
aku baru update satu chapter (walau mungkin kalian udah lupa ceritanya gimana), please kindly say if you're expecting another new chapter! oh iya, mungkin cerita ini bakal kurombak sedikit.

Comments

You must be logged in to comment
CHANGBOOM_ #1
same
keyhobbs
#2
Chapter 15: Heeh?? Jadi itu bayangan d belakang kookie itu beneran??kira in aku mah itu cuman byangan tukang bersih2 yg lewat hehehe... Eh iya,kok Rahee kayak yg ngindarin hoshi gitu? Terus malah sama yoongi, ahh...kok aku gk rela ya klo Rahee sama yoongi jadinya-_- eh, jimin masih begitu ya?kenapa sih sebenernya?? Ayo Jimin daripada sakit hati mending sama aku aja jimin mah, d jamin gk bkalan sakit hati...hahaha:D btw, mana nih pasangan jhope-hyora? Kok gk keliatan?hihi^^
keyhobbs
#3
Chapter 14: Uwwah....maaaaaf...bru sempet buka aff lg!! Jadinya ketinggalan deh-_- tpi gak apa-apa ya,comment nya sekalian aja, chap 12 jujur aku bru ngeh klo kelas F yg namanya soon young tuh hoshi, maklum bru kenal seventeen baru2 ini, nah d sini agak bingung Rahee itu bkaln sama hoshi ataukah jimin?atau yoongi?entahlah aku pusing..hehe, chap 13 hyeso-jin jadian!!!ya ampun aku bener2 gk bisa berhenti senyam-senyum pas mereka makan rujak and berakhir dgn pengakuan jin ke hyeso, duh pengen juga:( and chap 14, aku makin bingung, jimin kenapa???kok bilang umurnya tinggal bentar? Terus terus itu hoseok sama si cewek nya bkal jadian kah? Nah, klo soal jieun, menurut pemikiranku sih, jaga2 klo choonhee sama chanyeol, nah jungkook bisa sama jieun ahaha:D mian kepanjangan....
keyhobbs
#4
Chapter 11: whaha! Bkalan ada pertunjukan BTS dong ya??ini mereka bertujuh mau tampil^^ humm~~jdi pengen nonton-_- eh?ada mark ya?wwoah apa hubungan taehyung bkalan baik2 aja ya? Eh...ada namaku hihi...jd terharu deh^^ aku bkalan lebih rajin komen deh hihi,.
keyhobbs
#5
Chapter 10: jjiah si hoseok ngeganggu aja:D oh ya ada nama mark tuan tuh,apa d chapter2 selanjutnya dia bkalan muncul?
keyhobbs
#6
Chapter 9: wwoahh double update!!!thanks a lot authornim!!!^^ I love you...ah ya, aku cemburu sama jin-hyeso...gimana ini???boleh gak aku aja yg jadi hyeso?ahaha:D haduhh taehyung udh ngambil start duluan tuh,kayaknya bentar lg yg lain bkalan nyusul..gak sabar deh nunggu yg lainnya hihi^^ semangat terus untuk the next chapter yo!^^
keyhobbs
#7
Chapter 7: salut sama hoseok.. Dia baik bnget nyerahin nmor yg dia dpet buat taehyung,^^