Chapter #15

Vector of Fate
Please log in to read the full chapter
#15   Udara dingin mulai membuat Choonhee menggigil. Setelah merapatkan jaket yang dipakainya, ia segera mempercepat langkah. Memasuki area sekolah, jajaran rapi pepohonan menyambut dengan daun-daun kecoklatan tanda telah mengering. Surya di ufuk barat sudah hampir tenggelam sepenuhnya, warna langit didominasi oleh gradasi jingga dan ungu pucat.   Entah apa yang dipikirkannya seharian ini hingga tidak bisa fokus, Choonhee merutuki diri sendiri dalam hati. Seharusnya ia sudah bisa bersantai di rumah sambil melakukan hal-hal menyenangkan seperti meng-edit gambar menggunakan aplikasi editor di ponsel pintarnya, tapi kecerobohannya sendiri menuntut agar ia kembali ke sekolah hanya dengan baju rumah dan jaket tipis di tengah dinginnya musim gugur. Tidak ada waktu untuk berganti pakaian karena dirinya takut gerbang sekolah sudah ditutup saat ia sampai disana.   Gedung utama sudah di depan mata. Tanpa ragu-ragu Choonhee melesat masuk lalu menghampiri deretan rak sepatu menuju loker miliknya, hingga mendadak langkahnya terhenti.   Napasnya masih terengah berkat berlari kecil-kecilan ditambah rasa waswas yang membuat jantungnya berdebar-debar, ketika melihat seseorang berdiri tidak jauh darinya. Orang itu tengah menatap ke dalam loker yang terbuka dengan pandangan menerawang, samar-samar terlihat pipinya bersemu kemerahan. Beberapa detik mata Choonhee tidak berpaling darinya, sampai orang tersebut akhirnya menoleh, seolah terbuyar dari lamunan panjang.   Kini dada Choonhee terasa sesak.   ***   Senior bernama Lee Jieun itu telah menyuruh Jungkook untuk menunggu sepedanya kembali di ruang Klub Drama, setidaknya disana masih banyak murid yang sibuk melakukan persiapan hingga larut hampir tiap harinya daripada Jungkook menunggu sendirian tanpa teman mengobrol. Namun lelaki itu lebih memilih obsen kedua karena dirinya tidak ingin mengganggu pekerjaan orang lain sekaligus menghindari kemungkinan iabaikan oleh mereka.   Masih ada level baru Piano Tiles 2 yang harus diselesaikannya, dan pada akhirnya waktu berlalu dengan Jungkook mendapatkan score tiga mahkota di tiap level. Tetapi tetap saja, duduk di bangku kayu panjang dekat pintu masuk gedung utama sekolah selama hampir satu jam cukup untuk membuat punggungnya pegal. Ketika ia tengah berdiri untuk meregangkan otot-otot yang mulai kaku, seseorang memanggil namanya.   “Jeon Jungkook!”   Jieun dari arah pintu masuk yang terbuka lebar berlari ke arah Jungkook, persis seperti saat Jungkook pertama kali melihatnya satu jam lalu.   “Terima kasih pinjamannya.” Tangan Jieun yang memegang sebuah kunci dengan gantungan Iron Man terulur, dan langsung diterima oleh Jungkook. Perempuan itu tersenyum.   “Menunggu lama, ya?”   Jungkook gelagapan. Sejujurnya ia memang menunggu cukup lama, tapi hatinya tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya. “Tidak juga ... matahari belum terbenam, kok.”   Bagaikan perempuan yang sudah berpengalaman dengan laki-laki bertahun-tahun lamanya, Jieun tertawa renyah. Sementara juniornya malah merasa suasana telah menjadi semakin canggung.   “Apa yang harus kulakukan sebagai tanda terima kasih?”   “Eh?” Bola mata Jungkook melebar. “Tidak perlu, sunbae! Sungguh!”   “Benarkah?”   Jungkook mengangguk mantap. Jieun mempertemukan kedua telapak tangannya, menimbulkan suara tepukan yang cukup keras. Senyuman masih tersungging di bibirnya. “Baiklah kalau begitu! Aku benar-benar berterima kasih, Jeon Jungkook. Duluan, ya~!”   Kaki Jieun berayun, mulai merajut langkah menjauh dari tempat Jungkook masih berdiri. Saat posisinya berada tepat di sebelah Jungkook, tangan kirinya terangkat menepuk bahu pemuda itu. Jungkook yang tidak mengantisipasi adanya kontak tubuh secara tiba-tiba hanya bisa membiarkan rasa semacam tersetrum menjalar dari bahunya, diikuti detak jantung yang mendadak berpacu.   Butuh waktu beberapa detik sampai Jungkook tersadar dirinya telah berdiri mematung sementara Jieun sendiri menghilang di ujung koridor. Menghembuskan napas lemah, ia kembali melangkah ke arah pintu keluar. Semakin cepat sampai ke rumah semakin baik.   Namun, sekali lagi Jungkook tidak menyadari. Bahwa sedari tadi pipinya sedikit bersemu kemerahan, dan ia kembali melamun selama kurang lebih lima detik di depan loker sepatu yang terbuka sementara Park Choonhee memandangnya dengan iris mata membulat sempurna.   Ketika ia menoleh, tahu-tahu saja pandangan mereka bertemu. Perempuan itu tetap iam. Jungkook terpaksa memulai pembicaraan guna mengusir suasana canggung yang memuakkan, sementara rona merah di pipinya semakin kentara.   “Umm ... hai?”   Seolah baru saja ditunjuk guru matematika untuk mengerjakan soal yang sulit di depan kelas, Choonhee mengerjap beberapa kali. “Hai....”   ***   Tepat setelah Choonhee berkata bahwa dirinya rela kembali ke sekolah hanya untuk mengambil buku catatan biologi yang tertinggal di laboratorium, Jungkook segera menawarkan diri untuk menemani perempuan itu dengan alasan peran sebagai teman laki-laki yang baik.   Gadis itu berjalan cepat, diburu oleh waktu. Sementara Jungkook satu meter di belakangnya bingung antara harus menyamai langkah kecil Choonhee atau tetap menjaga jarak. Cahaya senja yang semula bersinar menembus jendela koridor perlahan tenggelam di ufuk barat, menyisakan penerangan samar di sepanjang jalan yang dilewati keduanya. Beruntung mereka tak perlu menaiki tangga, setelah berbelok di tikungan depan ruang guru pintu laboraturium terlihat dalam jarak beberapa meter.   “Tunggu!” Tangan Jungkook terulur, menyentuh pelan bahu Choonhee. Gadis itu berhenti, kepalanya berpaling ke arah Jungkook sebelum ia menyipitkan mata guna memperjelas pandangan di tengah koridor tanpa jendela yang hanya diterangi satu buah lampu di ujungnya. “Ada apa?” tanya Choonhee.   Melirik singkat ke arah pintu lab di kejauhan, Jungkook menggigit bibir. “Biar aku yang ambilkan, kau tunggu di luar saja.”   Tanpa menunggu jawaban, lelaki itu kembali mengayunkan tungkainya. Choonhee hanya bisa terpaku kemuian baru menyusul saat Jungkook sudah memutar kenop pintu. Melongokkan kepala ke pintu yang kini terbuka lebar, Choonhee disapa oleh ruangan gelap gulita berisi lemari-lemari kaca dan meja yang berjajar rapi.   “Dimana kau menaruh bukumu?”   Sejujurnya Choonhee tidak ingat, ia berpikir bisa menemukannya dengan mudah jika mengecek satu persatu kolong meja. Namun dengan pencahayaan ruangan yang bisa dibilang hampir tidak ada, justru ia menjadi semakin bingung.   “A-aku lupa,” ucapnya sambil menggigit bibir. “Yang jelas tadi aku duduk di deretan paling kiri.” Setelah mengangguk singkat, tanpa ragu-ragu Jungkook melangkah masuk. Ia merogoh saku, mengeluarkan ponsel untuk mengaktifkan fitur flashlight sementara Choonhee menuruti kata-kata lelaki itu agar tetap menunggu di ambang pintu.   Cahaya dari ponsel Jungkook cukup terang hingga titik dimana seluruh ruangan kini terlihat setidaknya lebih jelas dari sebelumnya, segera ia berjalan menuju deret meja paling kiri dan mulai menunduk, menengok pada setiap kolong meja.   Atensi Choonhee teralihkan dari Jungkook saat indra pendengarannya menangkap sebuah suara langkah kaki dari ujung koridor. Seseorang datang. Mulanya pelan, namun kemuian bunyi sepatu yang menapak di lantai itu semakin keras. Tanpa sadar Choonhee menahan napas. Melihat seorang siswi berpakaian casual berdiri mematung di depan lab biologi yang gelap gulita mungkin bukan hal yang menyenangkan.   Seiring dengan makin jelasnya bunyi itu, Choonhee mulai berpikir mungkin seharusnya ia ikut masuk ke dalam lab. Dengan paru-paru yang hampir kehabisan oksigen ia kembali menarik napas. Ia mengayunkan kaki kanan ke depan bersamaan dengan menolehkan kepala ke arah ruangan bercahaya remang-remang. Ketika giliran kaki kirinya berayun, ia membeku di tempat. Terdengar pekikan tertahan dari mulut Park Choonhee.   Sontak Jeon Jungkook mengangkat kepalanya setelah baru saja memeriksa kolong meja kelima. Kurang lebih lima meter dari tempatnya berdiri, Choonhee tengah membungkam mulutnya dengan kedua tangan dan mata melebar kaget. Pandangan gadis itu tertuju padanya.   “Ada apa, Choonhee-ya?”   Tangan kanan gadis itu berpindah posisi dengan cepat. Kini telunjuknya iacungkan, mengarah ke Jungkook yang spontan mengerutkan dahi bingung.   “Di belakangmu, Jungkook....”   Keringat dingin meluncur melalui pelipis Jungkook, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat sementara ia mengepalkan tangannya yang mulai bergetar. “Jangan bercanda. Tolong.”   Kepala Choonhee bergoyang pelan. Dari kilatan matanya semua orang tahu kalau gadis itu berkata jujur. “Ada siluet seseorang― Bukan, sesuatu berdiri di samping lemari kaca tepat di belakangmu.”   Seberani apapun Jeon Jungkook yang menjadi orang paling antusias ketika akan melakukan bungee jumping, ia tetaplah manusia biasa yang bisa merasakan takut. Choonhee bisa menyadari wajahnya yang pucat pasi disinari cahaya ponsel di genggamannya.   “Besar dan tinggi sekali, Kook. Warnanya hitam, dan bentuknya seperti―”   Sebelum Choonhee sempat menyelesaikan kata-katanya, Jungkook sudah berlari secepat kilat menghampiri sang gadis lalu menarik tangannya keluar dari ruangan itu.     ***     “Bagaimana dengan buku catatanku?”   Jungkook terdiam, menyandarkan punggung pada loker sepatu dengan dada naik-turun. Ia masih berusaha meredakan deru napasnya tetapi pertanyaan Choonhee berhasil menerobos masuk ke benaknya kemudian berputar-putar di dalam sana. Bagaimana perempuan itu bisa memikirkan buku catatan biologi ketika mereka berdua baru saja mengalami kejadian ‘mistis’? Apa ia tadi hanya membohongi Jungkook?   Setelah berhasil bernapas dengan normal, Jungkook membenarkan posisinya berdiri menghadap Choonhee. Ia berdehem, membersihkan tenggorokannya yang sedikit serak. “Kau tadi benar melihatnya, bukan?”   Dengan dahi berkerut samar, Choonhee mengangguk mantap.   “Benar? Kau tidak sedang bercanda?”   Seketika kerutan itu terlihat jelas, guratan wajah gadis itu berubah menjadi sedikit tidak suka. “Kenapa, sih? Kau tidak percaya? Apa perlu kita kembali ke sana lagi?”   “T-tidak!” Kedua tangan Jungkook melambai tidak setuju, berpindah ke depan dadanya. “Kumohon jangan, aku percaya padamu!”   Choonhee mengulum senyum, ia menganggukkan kepala. “Bagus. Jadi sekarang bagaimana nasib buku catatanku?”   Suasana kembali hening. Jungkook tidak tahu harus menjawab apa, ia tak punya jalan keluar, yang ada di pikirannya hanyalah menghindari lab biologi sebisa mungkin. Lelaki itu menggigit bibir, manik hitamnya dengan jelas menyiratkan ketidakinginan untuk kembali ke tempat mengerikan tadi.   Melihatnya, Choonhee benar-benar tidak tega. Belum pernah ia melihat Jungkook memasang ekspresi takut seolah ibunya baru saja mengancam akan membuang console game miliknya jika ia tetap mendapat nilai buruk di ujian minggu depan.   Otak Choonhee berputar. Pelajaran biologi selanjutnya adalah besok lusa, jika ia mengambil buku sialan itu besok mungkin tidak apa-apa ia memotong jam tidur untuk mengerjakan tugas. Sekali lagi, bibir perempuan itu membentuk kurva tipis.   “Ya sudah, tidak usah dipikirkan. Akan kuambil besok saja.”   “Eh?” Manik Jungkook melebar, ia tidak mengatakan apapun tapi perempuan yang berdiri di hadapannya ini bisa menebak apa yang dipikirkannya. Hatinya kini dipenuhi kelegaan, setidaknya untuk beberapa waktu ke depan ia tidak akan melangkahkan kaki ke ruang laboratorium.   Dengan senyum sumringah, Jungkook meraih tangan kanan Choonhee. “Kalau begitu, kuantar pulang, oke?”     ***     Tidak semua murid menggemari materi olahraga bertema kelentukan tubuh yang biasa dilakukan di lapangan indoor. Memang, ada yang begitu bersemangat karena berolahraga di bawah sinar matahari yang menyengat terkadang bisa sangat menyebalkan. Ada pula penggila materi olahraga outdoor semacam Hani dengan obsesinya pada basket. Tapi, iantara kedua kubu tersebut selalu ada sebuah penengah, baik outdoor maupun indoor jika sama-sama olahraga tetap saja tidak ada sisi menariknya.   Hal yang tidak biasa hari ini adalah guru olahraga memutuskan untuk menggabungkan jam pelajaran semua kelas ti
Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nsama48
hello. maaf karena selama ini menghilang:") cerita ini udah jalan dua tahun tapi belum tamat aja;;
aku baru update satu chapter (walau mungkin kalian udah lupa ceritanya gimana), please kindly say if you're expecting another new chapter! oh iya, mungkin cerita ini bakal kurombak sedikit.

Comments

You must be logged in to comment
CHANGBOOM_ #1
same
keyhobbs
#2
Chapter 15: Heeh?? Jadi itu bayangan d belakang kookie itu beneran??kira in aku mah itu cuman byangan tukang bersih2 yg lewat hehehe... Eh iya,kok Rahee kayak yg ngindarin hoshi gitu? Terus malah sama yoongi, ahh...kok aku gk rela ya klo Rahee sama yoongi jadinya-_- eh, jimin masih begitu ya?kenapa sih sebenernya?? Ayo Jimin daripada sakit hati mending sama aku aja jimin mah, d jamin gk bkalan sakit hati...hahaha:D btw, mana nih pasangan jhope-hyora? Kok gk keliatan?hihi^^
keyhobbs
#3
Chapter 14: Uwwah....maaaaaf...bru sempet buka aff lg!! Jadinya ketinggalan deh-_- tpi gak apa-apa ya,comment nya sekalian aja, chap 12 jujur aku bru ngeh klo kelas F yg namanya soon young tuh hoshi, maklum bru kenal seventeen baru2 ini, nah d sini agak bingung Rahee itu bkaln sama hoshi ataukah jimin?atau yoongi?entahlah aku pusing..hehe, chap 13 hyeso-jin jadian!!!ya ampun aku bener2 gk bisa berhenti senyam-senyum pas mereka makan rujak and berakhir dgn pengakuan jin ke hyeso, duh pengen juga:( and chap 14, aku makin bingung, jimin kenapa???kok bilang umurnya tinggal bentar? Terus terus itu hoseok sama si cewek nya bkal jadian kah? Nah, klo soal jieun, menurut pemikiranku sih, jaga2 klo choonhee sama chanyeol, nah jungkook bisa sama jieun ahaha:D mian kepanjangan....
keyhobbs
#4
Chapter 11: whaha! Bkalan ada pertunjukan BTS dong ya??ini mereka bertujuh mau tampil^^ humm~~jdi pengen nonton-_- eh?ada mark ya?wwoah apa hubungan taehyung bkalan baik2 aja ya? Eh...ada namaku hihi...jd terharu deh^^ aku bkalan lebih rajin komen deh hihi,.
keyhobbs
#5
Chapter 10: jjiah si hoseok ngeganggu aja:D oh ya ada nama mark tuan tuh,apa d chapter2 selanjutnya dia bkalan muncul?
keyhobbs
#6
Chapter 9: wwoahh double update!!!thanks a lot authornim!!!^^ I love you...ah ya, aku cemburu sama jin-hyeso...gimana ini???boleh gak aku aja yg jadi hyeso?ahaha:D haduhh taehyung udh ngambil start duluan tuh,kayaknya bentar lg yg lain bkalan nyusul..gak sabar deh nunggu yg lainnya hihi^^ semangat terus untuk the next chapter yo!^^
keyhobbs
#7
Chapter 7: salut sama hoseok.. Dia baik bnget nyerahin nmor yg dia dpet buat taehyung,^^