Flashback...

Jessica menahan dirinya, ia tengah menyaksikan, mungkin, semacam upacara penyiksaan. Ia sangat sangat takut, ia juga khawatir. Namun apa yang harus ia lakukan? Toh laki-laki itu adalah werewolf, jika dia mati, bukankah jumlah werewolf yang harus dibunuh itu semakin berkurang? Bukankah itu baik? Tapi tunggu. Orang-orang itu, mereka juga werewolf kan? Kenapa mereka ingin menghabisi saudaranya sendiri?

Jessica mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. Ia terus memantau untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya dan tentu saja dengan apa yang telah terjadi sebelumnya? Kenapa sesama saudara itu mengeroyok saudara werewolfnya?

"Kau masih memiliki satu lagi dan ini adalah kesempatan terakhirmu sebelum kau kami keluarkan dari klan!" Suara seorang leader dengan taringnya yang tajam itu begitu menggelegar sampai memekakkan telinga Jessica. 'Hah? Jadi, mereka akan mengeluarkan saudaranya dari klan? Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Memang apa salahnya?!' Pikirannya ikut kacau. Entah ada apa dengan gadis ini. Namun ia begitu saja meluapkan perasaan marahnya. Walaupun ia adalah chaser, namun ia sedikit merasa, sedikit, kasihan -mungkin- dengan werewolf yang tengah tersiksa itu? 'Mungkinkah werewolf itu akan dibunuh?'

"Baiklah Kris! Jika itu keputusanmu. Maafkan kami karena ini akan sakit. Tapi ingat, beberapa dari darah klan werewolf mungkin masih ada yang akan menetap ditubuhmu. Dan suatu saat bisa saja kami memang harus membunuhmu"

'Tunggu, Kris?!!'

Ingatan Jessica kembali pada beberapa hari sebelumnya saat sebuah makhluk menghampirinya tanpa melawan. Makhluk itu, werewolf. Ia mengatakan pada Jessica jika ia telah jatuh cinta padanya. Dengan sikap acuh Jessica menolak. Tentu saja, mereka tidak akan bisa bersama karena itu akan menjadi kutukan dengan melahirkan keturunan divergent. Hanya saja, Jessica tidak memutuskan untuk membunuh werewolf itu. Kris. Ia hanya mengatakan jika suatu saat saudaranya yang juga chaser yang akan melakukannya.

"Kenapa kau tidak bisa membunuhku?" tanya Kris.

"Aku hanya tidak mau" Jessica tertunduk.

"Kau juga mencintaiku?"

"Tidak mungkin! Kau makhluk yang harus kami musnahkan! Bagaimana bisa?! Jika iya, dan jika memang aku bisa mencintaimu. Kuharap kau bukan seorang werewolf. Bukan salah satu dari mereka, dan tak memiliki hubungan atau klan dengan makhluk itu."

Jessica meninggalkan Kris dengan pupil yang mengerucut dan memerah.

Mengingat hal itu, 'Kris, apakah kau melakukan ini untukku? Benarkah?!' Tanpa sadar air matanya begitu saja mengalir. Ia hanya menahan agar suaranya tak terdengar oleh makhluk-makhluk mengerikan dihadapannya.

"Lakukan saja brother. Kurasa aku memang tidak bisa menjadi werewolf yang kalian harapkan. Aku tidak bisa membunuh, bahkan itu karena aku memikirkan perasaan kasihan dan sayang pada manusia. Maafkan aku. Ini lebih baik. Lakukan saja. Jika aku tidak kuat, aku hanya akan mati, tapi setidaknya aku mati sebagai manusia kan?" Ucapan Kris membuat sedih saudara-saudaranya. Parker, Jordan, Hershel, Ray, Danny, Michael, Mark, D.O, Nick, Shane, Erick , mereka seketika berubah menjadi werewolf dan mengaum begitu kencang, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Berbagai perasaan bercampur aduk memenuhi gerombolan serigala ini. Nick kembali menjadi sosok manusia. "Apakah kau jatuh cinta dengan manusia? Apakah kau bermaksud mengkhianati kami? Apa karena itu? Jadi bolehkan kubunuh manusia itu agar kau tidak meninggalkan kami?!". Nick mengeluarkan taringnya, matanya memerah. Beruntung Parker ikut berubah dan dengan cepat menahannya.

Yunho ikut menenangkan Nick. "Tenanglah, aku tahu kau marah, tapi jangan seperti ini. Kita akan membalasnya