Chapter 5

Chouzetsu no Hogosha (Amazing Guardian) 2
Please Subscribe to read the full chapter

Other Character : Infinite’s Jang Dongwoo (Namja)

Chapter 5

 

Setelah pagi yang penuh sambutan meriah berakhir, keempat anggota OSIS kembali berkumpul di ruang OSIS. Rapat harian atau rapat membahas berbagai acara sekolah adalah kamuflase sempurna untuk membuat pamor mereka sebagai OSIS paling karismatik di Hogosha High School semakin tak terbantahkan. Tentu saja itu hanya alasan, agar rahasia mereka sebagai Guardian tetap terjaga.

Ctak!

Begitu Joonmyeon menjentikkan jari sambil berkata, “Guardian time!” Ruangan itu pun menjadi tempat yang dipenuhi alat-alat canggih.

Yeoja itu lebih dulu bergerak menuju mejanya, namun belum sempat duduk, Joonmyeon tiba-tiba berdiri membatu. Ia mengerutkan kening sambil melihat mejanya dengan tatapan aneh.

“Ada apa?” Yifan yang pertama kali sadar. Diikuti Jongin serta Sehun, mereka bertiga lalu berdiri mengelilingi Joonmyeon.

“Ha?” Bersamaan, mereka menunjukkan ekspresi persis seperti yeoja itu.

“Apa itu?” tanya Sehun saat melihat benda asing di atas meja Joonmyeon.

Joonmyeon yang memang tidak tahu, spontan menggelengkan kepala sebagai jawaban, lalu pelan-pelan mengambil amplop berwarna hitam itu dari atas mejanya, membolak-balik kedua sisinya, namun tidak tertera tulisan apa pun yang menunjukkan nama pengirim. Dia sempat menarik napas pendek sebelum membuka amplop tersebut dan menemukan secarik kertas, yang juga berwarna hitam, dengan tulisan yang diketik menggunakan tinta putih.

Deg!

Keempat pasang mata anggota OSIS spontan membelalak lebar. Irama debaran jantung mereka mulai berjalan cepat dan menyebabkan keringat dingin keluar tanpa disadari. Napas mereka seketika tertahan saat membaca kata yang tertera di atas kertas itu. Hanya satu kata, namun membuat ketegangan tiba-tiba memenuhi ruangan tersebut. Kata yang tidak asing lagi bagi para Guardian…

GOTCHA!

Di saat ketiga lainnya masih bergeming, Joonmyeon yang pertama kali sadar dari rasa shock. Ia mengatur napas untuk menenangkan diri, lalu cepat-cepat membalik kertas tersebut untuk menemukan petunjuk lain, dan untuk kedua kalinya mereka pun dibuat kaget. Di tepi bawah kertas hitam itu, ada tiga buah kata, yang juga dituliskan dengan tinta putih.

Black Guardian Time!

Dengan penuh emosi, Sehun tiba-tiba merebut kertas misterius tersebut dari tangan Joonmyeon, membaca kata-kata yang tertera di situ berulang kali, “Yang benar saja! Apa-apaan ini? Black Guardian?!”

Ia meradang, “Orang ini jelas-jelas mengejek kita! Apa maksudnya mengirim surat yang berisi kalimat yang selalu kita katakan pada para target?!”

Jongin menggeleng keras, masih tak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Hanya dalam waktu semalam, tiba-tiba sekarang muncul orang tak dikenal yang mengetahui tentang rahasia mereka sebagai Guardian. Jelas baginya ini sudah tidak bisa dihitung sebagai kasus biasa. “Kurasa, kita harus segera memberitahu L tentang hal ini…”

Gumaman Jongin membuat semua mata memandangnya, namun tak ada yang mengeluarkan komentar. Nama itu… akhirnya setelah sekian lama disebut-sebut lagi. Bagi mereka semua, menyebut nama orang dengan hierarki tertinggi di Guardian tersebut bukanlah sesuatu yang biasa. Hanya di saat paling pentinglah mereka sanggup mengucapkan namanya. Nama orang yang paling dihormati, disegani, dan dipercayai oleh semua generasi anggota Guardian. L, sang pelopor Guardian Hogosha High School.

Sementara Sehun dan Yifan terlihat setuju-setuju saja dengan saran yang dikatakan Jongin, Joonmyeon justru menunjukkan ekspresi tidak senang. Ia meletakkan salah satu tangannya di bawah dagu, berpikir sangat keras, hingga dahinya berkerut-kerut.

Tanpa menyadari ada yang tidak beres dengan Joonmyeon, Jongin melihat jam tangannya, lalu kembali menoleh pada mereka bertiga, “Sekarang masih ada waktu, kita bisa menghubungi L…”

“Ani.” Tiba-tiba Joonmyeon memotong kalimatnya. Tegas dan singkat. Satu kata yang cukup menjelaskan semuanya. Itu adalah sebuah titah. Sebuah keharusan. Dan tak menerima bantahan apa pun.

“Waegurae??” Sehun yang pertama kali naik pitam, seperti biasa, dia hanya mau menerima sesuatu selama ada penjelasan yang masuk akal baginya. Dan perintah singkat Joonmyeon jelas tak memuaskan keingintahuannya.

Joonmyeon tak segera menjawab pertanyaan itu. Ia justru berjalan memutari mejanya sambil mengetuk jari-jari tangannya, seakan sibuk memikirkan sesuatu. Tanpa memperdulikan tiga pasang mata yang masih mengikuti gerak-geriknya, dia kemudian menghempaskan tubuhnya di atas kursi, mendongakkan kepala ke atas sambil melihat langit-langit ruangan. “L pasti tahu apa yang terjadi di sini. Jadi kalau bukan dia sendiri yang mendatangi kita, itu artinya…” Joonmyeon berhenti sejenak, kemudian menatap satu per satu namja yang berdiri di seberang mejanya dengan tatapan serius, “L menganggap kita bisa menyelesaikan masalah ini sendiri.”

Sebelum ada yang sempat membantah atau sekedar menanggapi perkataannya, yeoja itu melanjutkan, dengan nada mengingatkan, “Kalian ingat peraturan pertama, kan?”

Ketiganya tak bisa melawan. Mereka tidak akan mungkin lupa tiga peraturan Guardian yang dia maksud. Titah leader Guardian adalah mutlak. Namun bukan hanya itu saja yang membuat ketiganya bisa langsung menerima keputusan Joonmyeon. Mereka tahu jelas bahwa ucapan yeoja itu memang benar. Meski sudah cukup lama tak bertatap muka dengan L, namun orang itu selalu memperhatikan apa pun yang terjadi di Hogosha High School. Mengawasi mereka semua dari suatu tempat tersembunyi. Bukan sebuah fakta sebenarnya, tapi paling tidak, setiap generasi Guardian meyakini hal tersebut.

“Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menyelidiki bagaimana bisa dia meletakkan surat ini di mejaku,” putus Joonmyeon kemudian.

“CCTV.” Yifan, Jongin, dan Sehun menjawab bersamaan, yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Joonmyeon.

Yifan beranjak lebih dulu menuju puluhan monitor di sebelah pintu masuk, lalu menekan salah satu tombol. “Kemarin kita meninggalkan ruangan ini sekitar pukul 6. Jadi…”

“Kita cek semua rekaman setelah meninggalkan ruangan, dan sebelum kita masuk ke sini tadi pagi.” Sehun melanjutkan pikiran Yifan sambil mengamati monitor-monitor di depannya, diikuti Joonmyeon dan Jongin.

Dalam diam yang diliputi ketegangan, mereka berempat fokus melihat layar yang menunjukkan rekaman ulang di dalam ruangan itu. Saat rekaman diputar dari pukul 6 sore hingga pukul 1 pagi, tidak terlihat sesuatu yang mencurigakan di sana.

“Sekitar jam 9 sampai jam 11 malam kita ada di ruangan klub lukis bersama Yunho dan Jaejoong.” Jongin menggaruk-garuk kepalanya dengan ujung jari, “Jadi kemungkinan besar dia ada di sini setelah kita meninggalkan sekolah.”

“Lanjutkan.” Joonmyeon memberi perintah pada Yifan untuk mempercepat rekaman video. Dan akhirnya… tepat pada pukul 3 pagi, tiba-tiba terlihat pintu ruang OSIS dibuka dari luar. Saat itu juga, keempatnya langsung bereaksi. Detik demi detik yang menegangkan. Dengan napas tertahan, mereka bahkan tidak berkedip saat melihat manusia berjubah putih itu memasuki ruangan. Langkah kakinya tegap dan teratur, menunjukkan sebuah keberanian.

“Heee?” Mereka berempat spontan saling berpandangan saat melihat rekaman tersebut lebih lanjut. Di dalam ruangan, namja besar berjubah putih itu memakai tudung kepala yang memang menyembunyikan seluruh wajahnya, persis seperti yang digambarkan Kim Jaejoong, namun yang membuat mereka berempat kaget adalah saat melihat namja itu ternyata tidak beraksi sendirian. Di belakangnya, ada seseorang lagi yang juga mengenakan kostum sama sepertinya.

“Black Guardian ada dua orang?” tanya Sehun hampir seperti tak percaya dengan pengelihatannya sendiri.

Jongin menanggapi dengan helaan napas panjang, “Ini sedikit berbeda dengan cerita Jaejoong.”

“Mungkin yang mendatangi Jaejoong memang hanya satu orang.” Yifan menautkan kedua alis, “Namja pertama yang masuk sesuai dengan penjelasan Jaejoong.”

“Ne. Meski memakai jubah, postur tubuhnya tetap saja terlihat seperti monster.” Sehun menimpali, “Lalu namja yang satu lagi…”

“Hmm…” Joonmyeon memicingkan mata. Di layar itu, namja yang besar terlihat sedang meletakkan surat di atas meja Joonmyeon, sedangkan namja yang lebih kecil cuma berdiri diam di dekat pintu masuk, posisinya juga tidak terlalu kelihatan jelas melalui CCTV, hanya bagian samping tubuhnya yang terekam di kamera. Jubah besar yang dia kenakan sempurna menyembunyikan seluruh identitasnya.

Tak berhenti di situ, Joonmyeon lalu mengamati monitor lainnya. Dan lagi-lagi, mereka berempat dibuat kaget saat menyadari sesuatu yang aneh telah terjadi. Nyatanya, tidak satupun dari puluhan kamera CCTV berhasil merekam keberadaan Black Guardian selain di dalam ruang OSIS. Kedua manusia asing itu hanya terlihat saat membuka pintu ruangan, lalu meletakkan surat di atas meja Joonmyeon, dan terakhir saat meninggalkan ruangan tersebut. Namun setelah itu hasilnya nihil. Tak terekam apa-apa lagi. Sungguh aneh, kamera kecil yang terletak di atas pintu OSIS bagian luar tidak menangkap sosok apa pun yang melewati koridor. Padahal jelas-jelas CCTV di dalam ruangan memperlihatkan kedua Black Guardian baru saja menutup pintu dari luar. Bukan hanya kamera itu, tetapi juga kamera di depan gerbang sekolah, belakang sekolah, gedung olahraga, seluruh koridor lantai satu sampai lantai teratas, bahkan kafetaria, tak ada satupun kamera CCTV yang berhasil merekam sosok mereka. Seolah-olah kedua Black Guardian itu muncul dan hilang secara tiba-tiba.

“Bagaimana ini bisa terjadi??” tanya Jongin dengan suara tercekat, “Apa mereka menggunakan sihir?”

Joonmyeon, Yifan, dan Sehun langsung menghela napas panjang, tak sanggup lagi memberikan reaksi atas tanggapan bodoh yang diucapkan namja itu.

“Kau kebanyakan menonton Harry Potter,” cibir Sehun sambil memasang wajah kecut, “Pasti ada caranya sampai mereka berdua tidak terlihat di CCTV.”

“Tapi bagaimana?” Jongin mengadahkan kedua tangan, seperti sudah tak sanggup memikirkan kemungkinan lain, “CCTV yang kita letakkan di sekolah ini ada puluhan. Tersebar di seluruh sekolah! Jadi bagaimana mungkin mereka bisa terlihat di ruangan ini, tapi tak terlihat di tempat lain?”

“Mereka menghindarinya.” Ucapan Joonmyeon spontan membuat ketiga namja itu langsung memandangnya, seolah itu adalah sebuah petunjuk yang membuat mereka mulai menyadari sesuatu.

“Princess…” Jongin tampak tak begitu paham, bahkan bisa dibilang lebih seperti tidak percaya, “Menghindar bagaimana maksudmu?”

Bukannya menjawab, Joonmyeon justru melamun, kelihatan sibuk sendiri dengan apa yang ada di kepalanya.

“Mereka mengetahui letak CCTV yang kita pasang di sekolah ini.” Akhirnya, Yifan mewakili Joonmyeon menjawab pertanyaan Jongin.

“Eh?!”

Jongin dan Sehun langsung membelalakkan mata.

“Jadi karena itu sosok mereka tidak tertangkap kamera?!” Sehun meremas kepalanya sendiri, benar-benar panik. “Ini tidak mungkin! Mereka tahu tentang Guardian, bahkan tahu tentang CCTV yang diam-diam kita letakkan di sekolah??!”

Wajah Jongin terlihat pucat, seolah kehabisan napas, “Aku benci mengatakannya, tapi si Black Guardian itu seperti berada selangkah di depan kita… atau bahkan di luar jangkauan!” Bolak-balik ia melayangkan pandangan pada ketiga temannya, sorot matanya jadi tidak fokus, “Bagaimanapun juga L harus tahu…”

Brak!

Belum sempat Jongin menyelesaikan ucapannya, Joonmyeon yang sejak tadi hanya diam tiba-tiba menggebrak mejanya sendiri. Ia memandang Jongin lurus-lurus, membuat namja itu otomatis menelan ludah, seketika sadar bahwa perkataannya barusan sama saja dengan melanggar titah yang telah diucapkan leader Guardian. Dengan terpaksa, akhirnya Jongin menutup mulut, dia tahu bila Joonmyeon sudah memutuskan sesuatu, yeoja itu tidak akan pernah menarik kata-katanya lagi.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Di tengah keheningan yang mencekam, Yifan buka suara. Dibanding Sehun dan Jongin, mungkin hanya dia yang masih bisa berusaha berpikir jernih, “Sekarang kita tahu pesan ‘Aku semakin dekat’ itu memang ditujukan untuk Guardian. Mereka menantang kita.”

Sehun dan Jongin menahan napas sesaat, ucapan Yifan bagaikan kesimpulan terburuk yang tidak akan pernah berani mereka pikirkan sebelumnya. Bohong kalau bilang tidak merasa terancam, otak mereka bahkan seperti tersumbat dan tak bisa memikirkan jalan keluar. Sekarang, satu-satunya harapan hanya terletak di tangan satu orang, yang juga akan menentukan langkah yang harus mereka tempuh. Di tengah suasana yang tidak menentu, Yifan, Jongin, dan Sehun sama-sama mengatupkan mulut, dengan pandangan lurus yang tertuju pada satu titik. Tepat di belakang meja ketua OSIS.

Namun yeoja itu tetap diam, dengan kedua mata tertutup. Menyembunyikan sebagian wajah di antara kedua tangan yang menyangganya di atas meja. Detik demi detik terus berlalu, namun belum ada tanda-tanda Joonmyeon melakukan sesuatu. Sunyi. Tak ada suara apa pun selain desahan napas pelan yang sesekali ia hembuskan.

Sehun dan Jongin yang sudah tidak sabar, buru-buru mengalihkan pandangan bertanya pada Yifan. Tapi namja itu langsung menggelengkan kepala. Sedikit mengejutkan, karena saat ini dia sungguh-sungguh tidak tahu apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan Joonmyeon, seolah ada dinding tebal yang membuat ekspresinya bahkan tidak bisa dibaca oleh seorang Wu Yifan.

Namja itu kemudian menautkan kedua alis. Terus memperhatikan raut wajah Joonmyeon dengan seksama, berusaha keras mempelajarinya, namun tetap tak berhasil menemukan apa pun selain ekspresi ganjil yang tidak pernah dia ketahui sebelumnya. Bukan amarah, bukan ketakutan, bukan juga kepanikan. Di mata Yifan, ekspresi itu mungkin lebih seperti kesedihan. Tidak begitu terlihat jelas sebenarnya, tetapi samar-samar bisa dia rasakan. Tentu saja, kebersamaan mereka selama dua belas tahun sudah cukup membuatnya mengenal yeoja itu luar dalam.

“Joonma,” panggil Yifan sambil beranjak menuju tempat duduknya, namun tetap tak ada tanggapan. Dia masih bertahan pada posisinya semula, bahkan seperti tidak mendengar panggilan apa pun.

Sorot mata Yifan sontak menajam, kali ini dia benar-benar tidak mengerti apa mau Joonmyeon. Sambil menghela napas sekali, dia berjalan menuju belakang meja yeoja itu. Dengan satu gerakan, tiba-tiba Yifan sudah memutar kursi beroda yang di duduki Joonmyeon hingga menghadapnya.

Otomatis saja Joonmyeon yang dari tadi menyangga tangannya di atas meja langsung terkesiap. Pikirannya buyar seketika. Dia kontan membelalakkan mata saat melihat Yifan membungkukkan tubuh jangkungnya sambil memegang kedua sisi pegangan kursi yang yeoja itu duduki. Dalam sekejap berhasil membuat dirinya seakan dikurung oleh manusia dengan aura menakutkan sekaligus mempesona itu.

“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Yifan sambil mendekatkan wajahnya, suaranya tetap terkendali. Tapi nada yang mengintimidasi itu cukup membuat orang yang mendengarnya bisa langsung gemetaran. Joonmyeon yang biasanya tak punya rasa takut padanya pun berusaha keras menjauhkan diri. Dia membenamkan tubuhnya ke sandaran kursi semaksimal mungkin, tapi usahanya jelas sia-sia. Sejauh apa pun dia berusaha menghindar, namja itu justru semakin membungkukkan badannya, mendekatkan wajah hingga jarak yang cukup berbahaya, sehingga membuat Joonmyeon kesulitan bernapas.

Sementara itu, Jongin dan Sehun cuma bisa tercengang. Di mata mereka, Yifan seolah berubah menjadi tidak terkontrol. Ketenangan yang dimilikinya tiba-tiba runtuh begitu saja tanpa sebab. Padahal di saat Joonmyeon terlihat bingung dan gelisah, biasanya Yifan selalu menjadi orang pertama yang akan menghibur dan mendukungnya, namun kali ini dia kelihatan tak peduli. Yifan justru semakin keras mendesak Joonmyeon, menunjukkan emosi yang perlahan-lahan mulai muncul ke permukaan tanpa bisa dikendalikan. Mungkin tidak ada yang tahu bahwa di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Yifan juga sama gelisahnya seperti Joonmyeon. Dan satu-satunya alasan yang membuatnya bersikap begitu adalah karena dia tidak suka melihat ekspresi sayu yang ditunjukkan yeoja itu barusan, dan jauh lebih tidak suka lagi karena dia sama sekali tidak mengetahui penyebabnya.

“Apa yang sedang kau pikirkan?” Yifan mengulang pertanyaannya, kali ini nadanya bahkan jauh lebih menekan, seperti sebuah perintah.

Diam-diam Joonmyeon meremas kedua tangannya, bukan hanya untuk menguatkan diri, tetapi juga untuk meredam debaran keras yang mendadak menyeruak di dalam dadanya. Meski sulit, namun ia sanggup membalas tatapan mata Yifan yang hanya berjarak sekitar tujuh sentimeter dari wajahnya. Cukup lama mereka berdua hanya saling bertatapan. Yifan menunggu. Tetapi Joonmyeon tetap bergeming.

Sehun dan Jongin yang hanya berperan sebagai penonton jadi tak berani bersuara. Mereka benar-benar serba salah, tak tahu apa yang harus diperbuat. Apalagi melihat posisi Joonmyeon dan Yifan yang bisa dibilang nyaris seperti akan berciuman, membuat mereka hanya bisa menahan napas. Namun suasana di situ jelas tidak merujuk pada hal romantis. Meski dalam posisi seperti itu, ekspresi kaku di wajah keduanya cukup menunjukkan bahwa ada ketegangan di sana.

“Minggir.” Bersamaan dengan kata pertama yang keluar dari mulutnya, Joonmyeon mendorong tubuh Yifan. Tidak terlalu keras, tetapi berhasil membuat Yifan melepaskan pegangan tangannya dari kursi. Joonmyeon pun langsung berdiri begitu terbebas dari intimidasi yang dibangun namja itu. Tanpa menjawab pertanyaan Yifan, Joonmyeon tiba-tiba berjalan ke tengah ruangan.

“Sekarang waktunya kita mengecek permohonan yang masuk.”

“Hah?” Jongin dan Sehun langsung melongo mendengar perkataan itu.

Yifan bahkan tak bisa lagi menutupi perasaan hatinya yang terlihat begitu jelas di wajahnya. Dengan sorot mata yang menunjukkan kecemasan, kebingungan, dan mungkin amarah, dia terus menatap Joonmyeon. Ini adalah kali pertama Yifan merasa tidak bisa menjangkaunya, dan ternyata hal itu sanggup membuat perasaan namja yang selalu tenang ini menjadi sangat tidak nyaman.

Jongin menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir. “Princess, ini bukan waktunya…”

“Bisakah kalian percaya padaku?” sela Joonmyeon tiba-tiba. Tanpa ada yang mengira, dia lantas mengembangkan bibir. Tersenyum simpul. Meruntuhkan segala kemelut yang terjadi di ruangan itu dalam satu detik. “Mengubah tradisi garakuta, menyampaikan pesan melalui Jaejoong, lalu mengirimkan surat pada kita… ya, mereka memang semakin dekat.” Ia kemudian melayangkan pandangan pada Jongin, lalu Sehun, dan terakhir ia beralih pada Yifan, menatapnya cukup lama, sebelum senyumnya kembali muncul. “Yang akan kita lakukan sekarang adalah menunggu Black Guardian sampai dia benar-benar berdiri di depan Guardian.”

“Apa maksudmu? Menunggu?!” Sehun memekik pelan, “Jadi kita akan membiarkan mereka berkeliaran begitu saja?”

Joonmyeon melipat kedua tangannya di depan dada, lalu berkata dengan santai, “Kita tidak tahu apa motifnya. Petunjuk tentang identitas mereka pun nihil. Jadi lebih baik kita melakukan apa yang bisa Guardian lakukan sekarang, yaitu menyelesaikan kasus-kasus di sekolah ini.”

Jongin dan Sehun tercengang, dan akhirnya hanya bisa melirik Yifan dengan tatapan memohon, seolah meminta pertolongan. Mereka berdua sudah tidak bisa lagi mengikuti jalan pikiran sang leader yang sangat-sangat egois itu. Namun Yifan ternyata cuma membalas tatapan mereka tanpa arti. Meski sikap tenangnya sudah kembali seperti biasa, tetapi di dalam hatinya pun dia juga tidak kalah bingungnya dengan Jongin maupun Sehun.

Ekspresi aneh Joonmyeon yang sempat membuat Yifan kehilangan kendali tiba-tiba saja sudah menghilang dalam sekejap mata. Sekarang Princess Kim yang percaya diri dan otoriter telah kembali. Tidak ada sedikitpun tanda-tanda kesedihan yang tersisa di wajahnya. Namun hal itu justru mengganggu Yifan. Meski hanya sebentar, dia yakin ada sesuatu yang membuat Joonmyeon sampai menunjukkan wajah seperti tadi, yang sayangnya belum bisa ia ketahui alasannya.

“Joonma, kau…”

“Wufan-ah.” Yeoja itu langsung memotong kalimatnya sambil menaikkan sebelah alis, “Kau percaya padaku, kan?”

Yifan tidak langsung menjawab. Ia justru memperhatikan Joonmyeon. Sebuah tatapan kuat dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. Itu adalah ekspresi penuh percaya diri yang biasa diperlihatkan oleh leader Guardian. Sesaat kemudian Yifan menghela napas panjang. Sadar tidak akan bisa memaksa Joonmyeon mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkan at

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cia_ns #1
Chapter 11: omaygat aku baru buka ini lagi dan udh end ternyata hehehe. walaupun aku udh baca versi aslinya dan agak bingung ya soalnya yg aslinya latarnya jepang eh yg ini korea, jadi agak bingung sendiri. but good job!!
chryss2295 #2
Chapter 11: aku nemu ini di FFN, trusgak sabar sama kelanjutnnya...
aku bukan EXO-L tapi aku salut sama ff 1 ini.. daebak baget
keep writing XD
phcxxi #3
Chapter 11: HAIIII AKU GA SABAR NUNGGU DI FFN JADI LANGSUNG CUSS KESINII YUHUUU SEPERTI BIASA SIST INI FF DAEBAK SEKALIII LOPE DEHH <3
lustkai #4
Chapter 11: hi :) aku nemu ini di ffn tadi pagi dan dikatakan di aff udah end malah lol langsung kesini;; sumpah ini keren banget ya as expected jepan !
ddkrisho
#5
Baru tau cerita ini gegara rekomendasi temen dan ternyata WAAAAAA KEREN BANGEEEET! jadi penasaran sama novel aslinya deh ;3 ehiya maaf ya thor, baru comment disini, padahal gue juga baca amazing guardian yang pertama hehe;3
CrystiaBell #6
keren banget :3 btw gua punya novel aslinya dari ran orihara :v
HyewonB #7
Hii reader baru disini kekeke salam kenal all. Btw ini ff nya kereennn
YudaSONE #8
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....
YudaSONE #9
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....
YudaSONE #10
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....