Chapter 3

Chouzetsu no Hogosha (Amazing Guardian) 2
Please Subscribe to read the full chapter

Other Character : TVXQ’s Jung Yunho (Namja), JYJ’s Kim Jaejoong (Yeoja)

Chapter 3

 

“Joongie.” Dalam kegelapan, suara namja itu memenuhi ruangan klub lukis. Ia berjalan pelan, meraba-raba tembok kayu untuk mencari saklar lampu.

Trang!

Belum sempat tangannya menekan tombol yang berada beberapa sentimeter darinya, tiba-tiba saja lampu di ruangan itu menyala sendiri. Ia sontak menutup kedua matanya, dan begitu mulai terbiasa dengan cahaya terang yang ada di sana, namja itu pun perlahan-lahan membuka mata. Namun…

Brak!

Ia spontan mundur selangkah, menabrak penyangga kanvas yang tepat berada di sampingnya. “Si… siapa kalian?!” teriaknya tergagap.

Keempat manusia yang terlihat seperti penyihir itu berdiri beberapa meter dari tempatnya. Figur mereka yang terlihat bagai sebuah lukisan indah membuat dirinya terpana, hingga tak mampu menutup mulut.

“Guardian time!”

“Eh?” Begitu sapaan khas Guardian keluar dari mulut mereka berempat, Yunho pun tak bisa bergerak. Ia tercenung selama beberapa detik, hingga akhirnya ekspresi itu berubah menjadi ketakutan dan kecemasan. “Kenapa bisa…”

Suho dan ketiga Guardian lainnya langsung menjentikkan jari, memutus ucapan Yunho. “GOTCHA!” ujar mereka bersamaan.

Yunho menelan ludah sekali. Ia benar-benar panik, tidak bisa mengikuti apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini. “Si… siapa pun kalian, aku tidak peduli.” Yunho menegakkan bahu, berusaha mengeluarkan seluruh keberanian yang ia punya. Namja itu memiliki tubuh yang cukup tinggi, sekitar 184cm. Rambutnya sedikit panjang, hingga menutupi sebagian besar dahi dan telinganya. Garis wajahnya tegas, dengan hidung mancung dan kelopak mata kecil, membuatnya terkesan memiliki pribadi yang ceria sekaligus berkarisma.

“Aku ke sini untuk bertemu seseorang.” Dengan gerakan terburu-buru, ia mengambil ponsel yang ada di saku celananya, menyentuh layar touchscreen tersebut dengan tangan gemetaran, hingga terdengar suara sambungan telepon di telinganya.

Dan tiba-tiba saja, sebuah dering ponsel memenuhi ruangan tersebut. Yunho sontak mengangkat kepala, keringat dingin mulai mengalir di pelipis dahinya. Dering yang baru terdengar sudah tidak asing lagi di telinganya. Namja itu membelalakkan mata saat melihat Suho tersenyum manis, sambil mengambil ponsel yang ternyata ada di saku roknya sejak tadi.

“I… itu ponsel Jaejoong…” Yunho berkata dengan terbata-bata, tanpa sadar ia menutup ponselnya sendiri. Deru napasnya pun mulai memburu. “Bagaimana bisa kau…”

“Yang mengirim e-mail untuk menyuruhmu datang ke sini sayangnya bukan yeojachingu mu.” Suho memamerkan wajah ramah, yang justru membuat Yunho bergidik, “Itu pekerjaan Guardian.”

Yunho tak bisa dibuat lebih terguncang dari ini. Ia bingung, takut, cemas, dan marah. Orang-orang asing yang sempat membuatnya terpukau, sekarang justru terlihat bagaikan monster di matanya. Begitu menakutkan. Dan sangat licik. “Apa sebenarnya mau kalian?!” Ia berteriak keras, frustasi. “Di mana Jaejoong?!”

“Tenanglah.” Kai menanggapi amukan Yunho dengan ekspresi menggoda. “Kami belum berbuat apa-apa.” Ia lantas membalikkan badan, berjalan menuju ujung ruangan yang terletak di belakang, tempat yang lebih gelap. Dan begitu Kai muncul kembali, Yunho sontak bergerak. Ia melihat namja itu menggendong yeoja yang paling ingin ia temui sekarang. Yeoja itu terkulai lemah, tangan dan kakinya diikat, mulutnya pun dibekap dengan lakban besar. Tidak salah lagi, ini namanya penculikan.

“Apa yang kalian lakukan?!!” Semua ketakutan yang merayapi Yunho menguap, digantikan oleh amarah besar yang membuatnya berani menghadapi para Guardian. Namun sebelum ia bisa menyentuh Jaejoong, Kris dan Steven dengan sigap sudah mengunci kedua lengannya hingga membuatnya tak mampu bergerak sejengkal pun.

“Bersabarlah.” Suho menyeringai lebar, seperti iblis wanita yang kejam, “Pertunjukkan baru akan dimulai sekarang.” Ia lalu memberikan kode pada ketiga Guardian yang ada di kanan-kirinya. Kai bergerak lebih dulu. Keluar dari ruangan itu dengan menggendong Jaejoong yang hanya bisa pasrah dalam deraian air mata.

“Mau kau bawa ke mana Jaejoong?!” Yunho membentak dengan suara membahana. Meski ia tahu usahanya sia-sia, namun kemarahan yang memenuhi benaknya membuat namja itu masih belum menyerah untuk melepaskan diri dari cekalan Kris dan Steven, “Lepaskan aku!”

“Bawa dia keluar.” Suho memerintahkan dua Guardian yang masih ada di sana.

Keduanya langsung menganggukkan kepala bersamaan. Menyeret Yunho untuk mengikuti mereka keluar ruangan.

Dan begitu sampai di depan bak sampah yang terletak tepat di samping klub lukis, Yunho langsung terkesiap. Matanya melebar, berkaca-kaca. Ia tak bisa lagi mengeluarkan suara saat melihat Kai meletakkan Jaejoong di atas tempat sampah. Bukan hanya wajahnya yang terlihat terluka, hatinya pun terasa ditusuk-tusuk. Yunho tak mungkin lupa, apa yang dilakukan Kai pernah ia lakukan dengan kedua tangannya sendiri. Bahkan jauh lebih kasar dan tidak berperikemanusiaan. Perasaan bersalah dan penyesalan yang tidak sanggup ia kendalikan membuat namja itu akhirnya menangis.

Yunho bahkan tak lagi mampu mengeluarkan suara dengan jelas, “Hen… ti… kan…” Ia menundukkan kepala, memohon dengan sisa-sisa kekuatan yang ia punya.

Suho memberikan kode pada Kris dan Steven untuk melepaskan namja itu, “Kenapa sekarang kau menangis?” tanyanya dengan dengungan keras, “Kau sendiri yang membuat tradisi garakuta, kan?”

Yunho sudah terbebas dari cengkeraman kedua Guardian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tidak ada yang bisa ia katakan untuk membela diri. Ingatan tentang perbuatan kejam yang ia lakukan terhadap Jaejoong dan semua anggota klub lukis lainnya, membekaskan rasa sesal yang memenuhi jiwanya, menekan begitu kuat.

“Seseorang mengirim permohonan pada Guardian untuk menghentikan tradisi garakuta,” ujar Kris dengan tatapan menghunus pada Yunho. “Dan kami akan mengabulkan permohonan itu.”

“Siapa?”

“Kami tidak bisa mengatakannya.” Suho menjawab pertanyaan Yunho dengan senyum merekah. Ia lalu berjalan menuju tempat sampah, meraih Jaejoong dan melepaskan semua tali maupun lakban yang membuat yeoja itu tak bisa bergerak dan bicara. Setelah tubuhnya terbebas, masih dalam deraian air mata, Jaejoong langsung beranjak melewati Suho, dengan cepat memeluk Yunho yang berdiri di depannya, seolah takut jika terlambat satu detik saja, ia akan kehilangan namja itu. Tubuh Jaejoong tak bisa berhenti bergetar. Matanya mulai membengkak karena terlalu banyak menangis. Kulit wajahnya yang berwarna putih bahkan terlihat pucat.

Yunho langsung membalas pelukannya dengan sangat erat, ia sedikit bergerak menjauhi Guardian, berusaha melindungi yeoja itu dengan tubuh kekarnya. Meski dipenuhi rasa takut, ia masih berani menatap satu per satu anggota Guardian. Ia bersikap defensif, was-was bila keempat manusia mengerikan ini akan melakukan sesuatu yang buruk padanya dan Jaejoong untuk kedua kalinya.

“Sekarang apalagi yang ingin kalian lakukan pada kami?”

“Tujuan Guardian hanya satu,” jawab Steven dengan nada mengancam, “Menghentikan tradisi garakuta yang kau buat.”

“Shim Changmin…” Tanpa sadar Yunho menyebutkan sebuah nama.

“Hmm?” Suho yang pertama kali bereaksi. Diam-diam ia menyeringai, yang langsung membuat Kris mengernyitkan dahi. Kris tidak mungkin salah, ekspresi yang baru saja ditunjukkan Suho adalah ekspresi yang selalu yeoja itu perlihatkan saat dia berhasil mendapatkan sesuatu yang dicarinya.

“Kau tadi mengatakan apa?” Suho meminta Yunho mengulang apa yang diucapkannya.

“Apa yang mengirim permohonan pada kalian adalah Shim Changmin?”

Selain Suho, sepertinya anggota Guardian lainnya terlihat sedikit terkejut dengan tebakan Yunho yang tepat. Bahkan Jaejoong pun menunjukkan ekspresi bingung. ‘Kenapa Yunnie bisa mengira Changmin yang mengirim permohonan?’

Suho tertawa pelan, “Apa yang membuatmu berpikir begitu?” Ia balik tanya, terkesan seperti memprovokasi.

“Karena dia satu-satunya anggota klub lukis yang tidak suka pada tradisi garakuta,” jawab Yunho dengan wajah keruh, “Meski Changmin tidak pernah mengatakan apa pun, tapi dia tidak mau mengikuti cara melukis yang kuajarkan padanya. Gaya melukisnya tidak berkembang dan selalu seenaknya sendiri…” Yunho lalu menarik napas sekali, “Benar-benar anak yang bodoh… cepat atau lambat, dia pasti akan menjadi garakuta.”

“Tidak akan.” Suho langsung menjawab ucapan Yunho tegas. Senyum penuh misteri menghiasi wajahnya yang menawan, “Kalau ada yang menjadi garakuta setelah ini… itu adalah dirimu.”

Yunho tersentak. Tubuhnya mulai gemetaran saat Suho menatapnya lurus-lurus, seolah menembus pertahanan diri yang sudah dibuatnya dengan sangat baik.

“Jadi sekarang…” Kai menyadarkan Yunho yang sempat terpaku, “Apa kau mau menghentikan tradisi membuang garakuta ciptaanmu itu?”

Yunho menelan ludah sekali. Pertanyaan sederhana, yang hanya membutuhkan jawaban iya atau tidak, namun nyatanya tak sanggup ia jawab dengan benar. “Sudah terlambat.”

“Kami tidak bertanya padamu, Yunho-ssi.” Suho memotong ucapan Yunho, senyum di wajahnya makin lebar, “Kami bertanya pada yeoja yang berada di belakangmu.”

“Eh?” Yunho dan Jaejoong sama-sama termangu. Kali ini, mereka tak bisa mengalihkan pandangan dari Suho. Kengerian terlihat sangat jelas di wajah keduanya, terutama Jaejoong. Tanpa bisa dikendalikan tubuhnya mulai gemetaran, irama jantungnya bergetar sangat cepat, hingga membuatnya serasa kesulitan bernapas.

“Kim Jaejoong-ssi.” Kai memanggil nama yeoja itu dengan manis, mendayu-dayu, “Hebat sekali. Menggerakkan namjachingu mu seperti boneka, tapi tidak ada satupun yang menyadarinya.”

Ekspresi Jaejoong merengut. Walaupun wajahnya masih pucat, tapi kilatan yang tersembunyi di balik sorot matanya perlahan-lahan terlihat makin jelas, tanpa bisa ia kendalikan.

“Hentikan!” Yunho langsung berdiri di depan Jaejoong, melindunginya dengan segala yang ia punya, “Kalian benar-benar keterlaluan!”

“Hoo…” Steven mencibir kecil, “Pangeran tolol melindungi si Putri jahat.”

“Jaejoong-ssi, kau memegang kelemahan Yunho, dan memanfaatkannya dengan sangat baik,” tandas Kris, tidak ingin berbasa-basi. Meski ucapannya terdengar seperti pujian, tapi ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan itu. Ia malah terlihat seperti sedang mengejek dengan cara yang sangat elegan. Sadis. Mematikan.

“Menuduh Yunho berselingkuh meski tak ada bukti. Kau merasa dikhianati dan mencari cara untuk membalaskan rasa sakit hatimu padanya,” lanjut Kris, mengatakan semua yang ada dipikirannya tanpa ragu sedikitpun, “Karena kau sangat mengenal Yunho sebagai orang yang bertanggungjawab dan selalu memperhatikan orang lain, itulah yang kau jadikan senjata utama. Memanfaatkan kebaikan hatinya dengan meminta Yunho menuruti semua kemauanmu.”

“Yeoja memang menyeramkan.” Steven masih sempat berkomentar, menunjukkan wajah ngeri yang dibuat-buat. “Tiba-tiba mengubah tradisi garakuta menjadi berlebihan dan membuang mereka ke tempat sampah.”

“Kasihan sekali anggota klub kalian, mereka ditipu mentah-mentah,” imbuh Kai dengan intonasi seperti tak habis pikir. “Sebenarnya semua itu hanya sandiwara kalian berdua. Dan otak dari segalanya, tak lain dan tak bukan adalah kau…” Ia lalu menatap Jaejoong dengan senyum miring, “Kim Jaejoong-ssi.”

Yeoja itu langsung tersentak saat Kai menyebut namanya. Ia menggeleng keras-keras, berusaha menyangkal semua tuduhan itu. “Mana ada orang yang mau dijadikan garakuta? Aku sama sekali tidak punya alasan untuk melakukannya!” Suara Jaejoong mencicit.

“Dan Yunho tidak punya alasan untuk melakukannya.”

Kata-kata ringan yang diucapkan Suho, melumpuhkan Yunho dan Jaejoong. Mereka langsung bungkam seribu bahasa.

“Kalau hanya melihat kejadian awal, mungkin kau memang terkesan seperti korban.” Suho melanjutkan kalimatnya sambil tersenyum manis, yang justru membuatnya semakin menakutkan di mata Jaejoong. “Tapi, jika melihat akibat yang disebabkan dari tradisi ini, sebenarnya orang pertama yang langsung mendapatkan keuntungan adalah kau, Jaejoong-ssi.”

“Tidak salah lagi.” Steven menimpali ucapan Suho sambil menganggukkan kepala, “Yunho sama sekali tak mengalami kemajuan setelah peristiwa itu. Tetapi kau malah berhasil merebut posisinya. Benar-benar aneh.” Ia lalu mendengus ke arah Jaejoong, yang sontak membuat yeoja itu gentar.

Yunho yang melihat yeojachingu-nya begitu tersudut, spontan memeluk bahu Jaejoong dengan erat, “Aku tidak mengalami kemajuan bukan karena Jaejoong atau tradisi garakuta! Semua itu karena kesalahanku sendiri!” bentaknya pada Guardian. Tidak ada lagi ketakutan di benak Yunho. Satu-satunya hal yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana cara untuk melindungi Jaejoong dari manusia-manusia mengerikan ini.

“Ne.” Tanpa disangka-sangka, Suho setuju dengan apa yang diucapkan Yunho. Ia memamerkan senyum simpul pada namja itu sebelum berkata, “Kesalahanmu adalah mengalah pada semua anggota klub-mu.”

Yunho tanpa sadar mundur selangkah. Meski berusaha mengeluarkan seluruh keberanian yang ia miliki, pengaruh Suho ternyata sanggup membuatnya merasa sangat terancam. Seolah yeoja itu mempunyai kemampuan untuk melihat jauh ke dalam lubuk hatinya.

Tanpa peduli pada ekspresi ketakutan Yunho, Suho berjalan mendekatinya, berhenti tepat di depan namja itu dengan wajah tak acuh. Pelan-pelan, ia melayangkan pandangan pada Jaejoong yang bersembunyi di belakang Yunho, “Jadi, Jaejoong-ssi… apa sekarang kau mau menghentikan tradisi ini?”

Yunho bergerak, kembali menghalangi jalannya, berdiri kokoh di depan Jaejoong seperti sebuah tameng, “Ja, jangan paksa dia.”

“Haa…” Suho menghela napas panjang, terlihat bosan. Raut wajah santai yang ditunjukkannya benar-benar tidak sesuai dengan suasana kritis yang terjadi di situ. Ia malah menoleh ke arah kiri, memandangi namja berambut biru yang senantiasa ada di sebelahnya, “Kris.”

Tanpa banyak bicara, Kris langsung menganggukkan kepala. Ia seakan sudah mengerti apa yang diinginkan Suho hanya dengan saling bertatapan mata, seperti memiliki kekuatan telepati. Dengan langkah sempurna, namja itu berjalan ketempat Yunho dan Jaejoong, kemudian berhenti di hadapan mereka.

Yunho spontan memasang kuda-kuda. Melihat Kris dari jarak sedekat itu, ternyata jauh lebih menakutkan dibanding menghadapi Suho. Sedikit berbeda dengan tiga Guardian lainnya, ekspresi namja ini sama sekali tidak terbaca. Mata kuningnya bersorot tajam, dengan pesona yang memabukkan. Menghipnotis lawan hanya dalam satu detik.

“A… apa maumu?” tanya Yunho terbata-bata.

Bukannya menjawab pertanyaan itu, Kris justru memiting kedua tangan Yunho. Gerakannya begitu cepat, sampai-sampai Yunho tidak memiliki kesempatan untuk mengelak. Tanpa bicara sepatah kata pun, dengan mudahnya Kris menyeret ketua klub lukis itu menuju tempat Suho.

“Le, lepaskan aku! Lari! Jaejoongie! Lari!” serunya kalang kabut.

Jaejoong justru membatu di tempat. Tak sanggup bergerak. Sekarang tidak ada lagi perlindungan yang menghalangi Guardian untuk mendekatinya, atau bahkan mungkin, menghancurkannya.

Ketakutan yang menekan berubah menjadi kekuatan, yang ternyata sanggup membuatnya berani melawan Guardian, “Tradisi garakuta sudah menjadi bagian dari klub lukis, mereka semua dengan senang hati mengikutinya. Meski kalian ingin menghentikanku, kalian tidak akan pernah bisa…”

“Kau menciptakan tradisi itu hanya untuk melampiaskan amarahmu pada Yunho.” Suho menyela ucapannya, lalu bertepuk tangan seolah memberi selamat, “Mencari cara paling ampuh untuk menyakitinya dengan mengorbankan dirimu sendiri. Sungguh hebat. Cerdas sekali.”

“Aku benar-benar tidak menyangka.” Kai ikut memberi tanggapan manis, sengaja menunjukkan ekspresi takjub, “Yunho yang membuang garakuta, tapi ternyata garakuta sendirilah yang memerintahnya untuk berbuat begitu. Sulit dipercaya.”

“Hentikan.” Akhirnya Jaejoong mengeluarkan suara. Terdengar seperti geraman kecil. Yeoja itu tak mampu menatap Guardian, dan memilih untuk menundukkan kepala sambil meremas kedua tangannya, usaha terakhir yang bisa ia lakukan untuk menahan emosi agar tidak meledak, “Kalian menghakimiku seperti ini tanpa tahu bagaimana perasaanku…”

“Perasaanmu?” Kris menunjukkan ekspresi tenang, yang seakan sama sekali tidak mau ambil pusing. “Kau sudah menciptakan tradisi yang membuat orang-orang di sekitarmu terluka, kenapa kau masih berpikir Guardian harus peduli dengan perasaanmu?”

Kai dan Steven sontak terkikik.

“Kris, kau benar-benar tajam.”

“Seperti biasa, tidak ada yang bisa menandingi kesadisannya.”

“Cukup!” Yunho tiba-tiba membentak keras, meski ditahan oleh Kris, ia masih tetap berusaha melindungi Jaejoong. “Aku mohon hentikan!”

“Lihatlah.” Suho melirik Yunho sekilas, lalu kembali memandang Jaejoong, tersenyum ganjil, “Meski kau sudah memintanya melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya dan membuatnya merasa bersalah karena harus menjadikan anggota klub lukis sebagai garakuta penghuni tempat sampah… dia tetap memihakmu.”

Jaejoong sudah tidak sanggup lagi menahan segala emosi yang bergejolak di dalam hatinya. Mendengar satu demi satu ucapan yang keluar dari mulut keempat Guardian, terutama Suho, kemurkaan yeoja itu akhirnya memuncak. “Justru itu!” Jaejoong berteriak, suaranya tiba-tiba memekik keras. Air mata pun mulai bercucuran di pipinya, menumpahkan segala kegelisahan, kemarahan, kesedihan, sekaligus penyesalan yang telah ia pendam begitu lama.

Dalam linangan air mata, Jaejoong tiba-tiba mengalihkan pandangan pada Yunho, menunjuk wajah namja itu dengan kasar. “Karena dia selalu menuruti semua keinginanku, hal itu justru membuatku ingin terus menyakitinya! Ia bahkan tidak menolak ideku untuk membuang garakuta, padahal aku tahu dia tidak mungkin mau melakukan hal seperti itu dengan alasan apa pun!”

Yunho ternganga, tak mampu berkata-kata. Bibirnya bergetar. Kaget. Ini adalah pertama kalinya ia mendengar isi hati Jaejoong, menyaksikan kemarahannya, yang sama sekali tidak pernah diketahui oleh Yunho sebelumnya.

“Aku sangat mengenal Yunho.” Seperti kehabisan tenaga, suara Jaejoong mendadak terdengar parau, “Dia adalah namja yang lebih memikirkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Karena itu, satu-satunya cara untuk menyakitinya adalah membuat orang-orang yang ada di sekitarnya terluka, termasuk diriku.”

Yeoja itu lalu menghapus air mata yang kembali menetes di pipinya, mendengus pelan, berusaha menekan getaran dalam suaranya, “Apa kau tidak bertanya-tanya, kenapa namja yang sangat peduli pada orang lain sampai mau berbuat kejam, hanya karena permintaan tidak masuk akal yang kuucapkan?”

Suho meresponnya dengan mengangkat bahu. Tidak menjawab apa pun. Namun ekspresinya menunjukkan bahwa ia menunggu yeoja itu melanjutkan ucapannya.

“Itu karena dia merasa bersalah padaku!” Jaejoong menegaskan kalimatnya dengan sebuah tekanan. “Satu-satunya alasan ia mau mengorbankan semua anggota klub dan menuruti keinginanku adalah karena dia memang berselingkuh dengan yeoja lain! Dia membayar penyesalannya dengan menuruti semua kemauanku!”

Kali ini Yunho langsung bereaksi, ia menyentak tangan Kris yang memang tidak lagi mengunci lengannya sekeras tadi. Wajahnya menegang, “Joongie, aku sudah berkali-kali menjelaskan padamu, aku sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengan Victoria! Kami hanya bekerja sama untuk pameran lukisan antar sekolah…”

“Jangan sebut namanya di depanku! Aku tidak mau mendengar apa pun lagi darimu!” tukas Jaejoong, tak mau kalah. “Awalnya aku hanya mengujimu Yunnie! Aku tidak serius memintamu untuk mengubah tradisi garakuta, bahkan sampai menyuruhmu untuk membuangku ke tempat sampah! Aku hanya ingin membuktikan bahwa kau memang tidak pernah mengkhianatiku, tapi nyatanya…”  Ia menarik napas sekali, lalu menyelesaikan kalimat terakhirnya dengan desisan pelan, menunjukkan amarah dan juga kekecewaan, “Kau malah menuruti permohonan bodohku itu tanpa bertanya alasanku melakukannya.”

“Joongie, aku…”

“Ternyata apa yang dia bilang benar.” Jaejoong tiba-tiba menyela ucapan Yunho, menatapnya dengan sorot tajam, “Kau memang berselingkuh dengan yeoja itu.”

Para Guardian yang sejak tadi asyik menjadi penonton adegan pertikaian sepasang kekasih di depan mereka, tiba-tiba mengerutkan kening. Keempatnya langsung menunjukkan ekspresi curiga, “Dia?”

Jaejoong tersentak, spontan menutup mulutnya dengan salah satu tangan, seperti baru saja menyadari bahwa ia mengatakan hal yang seharusnya tidak boleh diucapkan. “Bu… bukan si… siapa-siapa,” jawabnya tergagap.

Suho menaikkan sebelah alis, terlihat sedikit terganggu dan tidak puas dengan jawaban yang keluar dari mulut Jaejoong. Namun ia cepat-cepat menguasai dirinya

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cia_ns #1
Chapter 11: omaygat aku baru buka ini lagi dan udh end ternyata hehehe. walaupun aku udh baca versi aslinya dan agak bingung ya soalnya yg aslinya latarnya jepang eh yg ini korea, jadi agak bingung sendiri. but good job!!
chryss2295 #2
Chapter 11: aku nemu ini di FFN, trusgak sabar sama kelanjutnnya...
aku bukan EXO-L tapi aku salut sama ff 1 ini.. daebak baget
keep writing XD
phcxxi #3
Chapter 11: HAIIII AKU GA SABAR NUNGGU DI FFN JADI LANGSUNG CUSS KESINII YUHUUU SEPERTI BIASA SIST INI FF DAEBAK SEKALIII LOPE DEHH <3
lustkai #4
Chapter 11: hi :) aku nemu ini di ffn tadi pagi dan dikatakan di aff udah end malah lol langsung kesini;; sumpah ini keren banget ya as expected jepan !
ddkrisho
#5
Baru tau cerita ini gegara rekomendasi temen dan ternyata WAAAAAA KEREN BANGEEEET! jadi penasaran sama novel aslinya deh ;3 ehiya maaf ya thor, baru comment disini, padahal gue juga baca amazing guardian yang pertama hehe;3
CrystiaBell #6
keren banget :3 btw gua punya novel aslinya dari ran orihara :v
HyewonB #7
Hii reader baru disini kekeke salam kenal all. Btw ini ff nya kereennn
YudaSONE #8
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....
YudaSONE #9
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....
YudaSONE #10
Chapter 11: Huahh akhirnya selesai!! Bikin sequel please.....