Hurt - Black Coffee

Coffee and Writer
Keadaan Xiumin semakin baik beriringan dengan berjalannya waktu. Ia mulai bisa menggerakan kembali anggota tubuhnya, walaupun rasa sakitnya masih terasa di beberapa sendi. Efek kecelakaan itu adalah bekas-bekas luka yang tidak bisa hilang, terutama di sekitar wajahnya. Lukas sobekan di sekitar keningnya tidak bisa menghilang. Juga luka di sudut kiri bibirnya masih memerah. Membuat keadaannya sedikit memprihatinkan. Dibandingkan dulu saat hari pertama ia keluar dari rumah sakit, Chen dan Kyungsoo juga beberapa pelanggan yang mengenalnya memperlihatkan keprihatinan mereka pada Xiumin. Yang ini lebih baik, pikir Xiumin. "Ini pesanan anda, Tuan. Semoga hari anda menyenangkan." Xiumib tersenyum kepada pelanggannya lalu membungkuk sopan. "Ne. Kau tidak apa-apa? Lukamu sudah sembuh?" tanya pelanggan itu khawatir. "Iya. Perlahan saya bisa menggerakan seluruhnya seperti biasanya. Terima kasih " Xiumin kembali membungkuk sopan dan dibalas oleh pria itu. Xiumin berbalik kembali menuju kasir. Tanpa dia sadari, Sehun datang dan berjalan cepat menuju dirinya yang tak sadar Sehun sedang menghampirinya. Pandangan mata Sehun terhadap Xiumin berbeda. Ada rasa kebencian dan marah didalamnya, dan juga terselip rasa sedih disana. Sehun mendorong paksa sebelah bahu Xiumin sampai adiknya itu berhadapan padanya. Xiumin terkejut kemudian tersenyum senang karena hyungnya datang. "Oe? Hyung! Sejak kapan kau--" PLAK! Suara yang menyakitkan itu langsung menyita perhatian seluruh pelanggan pada siang hari itu. Xiumin terdiam di tempatnya dengan posisi kepalanya yang menoleh ke kanan karena tamparan itu. Ia mulai merasakan sakit di pipi kiri. Perlahan Xiumin menggerakan kepalanya sampai lurus menatap hyungnya. Terdengar suara napas memburu dari hyungnya yang kini menatapnya marah. Waeyo, hyung? Kau--" Ucapan Xiumin terputus lagi untuk kedua kalinya. Kali ini tamparan itu ada di pipi kanannya. Akibatnya amarah Xiumin memuncak. "YA! WAE GEURAE, HUH?!" bentak Xiumin sambil memegang pipinya yang baru saja ditampar itu. "Jalang! Tak tahu malu!" umpat Sehun. Xiumin terkejut seketika. Begitu juga dengan para pelanggan yang semakin menegang dikursinya. Chen langsung bergerak menghampiri mereka berdua. "Ehm, kalian bisa membicarakan ini diruang staf. Pelanggan menjadi tak nyaman dengan situasi ini," bisik Chen lalu menarik tangan Xiumin menyuruhnya mengikuti sarannya itu. Namun, Xiumin menghentakan tangannya dan berkata tanpa menoleh ke Chen. "Hyung sedang melampiaskan apapun padaku sekarang, di tempat ini, dan aku harus mendengarkannya sampai selesai. Aku harap kau pergi Chen." "Huh. Kau masih berani memanggilku hyung?" Sehun memandang Xiumin sinis. "Katakan. Apa yang membuatmu berpikir aku jalang dan tak tahu malu?" Ekspresi Xiumin berubah serius. "Jalang, adalah saat kau memafaatkan keadaanmu untuk mencuri perhatian dia. Tak tahu malu, adalah saat kau tahu hyungmu memacari seseorang, namun dia pernah tidur bersama dengan orang itu saat pacarnya tidak tahu apa-apa." Nada bicara Sehun mulai memuncak di ujung ceritanya. "Aku tidak seperti itu! Aku tidak pernah mencari kesempatan dengan Luhan dan sekaramg kau mengatakan aku pernah tidur dengannya? Cih. Menyentuhnya pun aku tidak pernah. Dan pakailah kata-kata yang baik untuk menuduh orang. Bukankah Luhan penulis? Seharusnya hyung belajar darinya tentang penggunaan kata yang baik." Sehun menggeram. Tangannya mengepal erat, seperti akan memukul Xiumin. Dia langsung maju dan mencengkeram erat kedua kerah Xiumin. "KAU! BERANI SEKALI KAU!" "Sehun!" Spontan kami berdua, Chen dan beberapa pelanggan menoleh ke asal suara yang sudah bisa dipastikan kalau itu suara Luhan. Raut muka Luhan tampak terkejut dan cemas. Ia cepat-cepas menghampiri si kekacauan dan melepaskan tangan Sehun dari cengkeraman kerah Xiumin. Dia mendorong Xiumin pelan agar sedikit menjauh. "Kita perlu bicara, Hun." ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ "Ini." Chen menyerahkan kantung es kepada Xiumin yang tengah berbaring di sofa di ruang staf. "Gomawo." Perlahan kantung itu ia letakan di atas pipinya yang membengkak secara bergantian. Setiap rasa dingin itu menyentuh pipinya, ia meringis sedikit dan membiarkan kantung itu di pipinya. "Ada apa? Sekarang apa lagi? Tidak pernah aku melihat kalian bertengkar sehebat itu." "Tapi Kyungsoo pernah." "Ya! Jangan mengalihkan pembicaraan. Jawab aku! Sebenarnya ada apa?" "Apa yang harus aku jelaskan? Bukannya sudah jelas, huh?" "Luhan? Oh Tuhan! Pria itu merepotkan! Kenapa dia harus menyukaimu? Disaat kau tak lagi menyukainya? Ini gila!" Chen menggeram kesal. "Hal ini sangat penting untuk Sehun hyung. Dia benar-benar mencintai Luhan. Dia akan sangat marah bila ada yang mendekati Luhan. Itulah akibatnya kalau ada yang mendekati Luhan." "Tak hanya tamparan. Mungkin hyungmu itu bisa mematahkan tanganmu atau menghancurkan wajahmu itu." Chen bergidik ngeri saat membayangkannya. "Bisa jadi." Xiumin mengangguk. Pintu terbuka disertai kemunculan Luhan di ambang pintu. "Ada pelanggan di depan kasir." Luhan berucap sambil menunjukan jempolnya ke arah belakang, seperti mengisyaratkan Chen untuk pergi kesana segera. Chen pun berdiri sambil menatap bergantian ke Luhan dan Xiumin. Ya, dia harus pergi. "Oh, oke. Panggil aku kalau kau butuh sesuatu, oke?" Chen pun menghilang di balik pintu. Xiumin mmbetulkan posisinya menjadi duduk. Tangannya masih memegang kantung es itu di pipinya. Ia tidak menatap Luhan yang sekarang sudah berdiri di sampingnya. "Gwenchana?" Luhan mendekati Xiumin sambil menarik tangannya agar menyingkir dari pipinya. Secepat mungkin Xiumin menarik tangannya lagi sebagai aksi penolakan terhadap kepedulian Luhan terhadapnya. "Kau membuatku masuk kedalam masalah, Luhan. Karena kau, aku sudah membuat dosa kepada hyung. Walaupun kau mau menolak dan mengatakan itu tidak berarti apa-apa, tapi hyung sudah menganggapku perusak hubungannya. Sadar tidak kau sudah melakukan banyak kesalahan akibat rasa sukamu itu?" "Kau tidak usah khawatir lagi. Aku sudab menjelaskan semuanya kepada Sehun. Dia mau mengerti pada kesalah pahaman ini. Sekarang perlihatkan memarnya." Luhan mendekat lagi namun Xiumin kembali menepis tangan Luhan. "Ka. Aku tidak mau melihatmu lagi. Ka," ucap Xiumin datar. Luhan menjadi sedih karena Xiumin mulai tak menyukainya lagi. Bahkan dia tidak mau menegakkan kepalanya ke arah Luhan. Sekarang dia mengerti dengan situasi ini. Dia yang menyebabkan ini maka dia yang harus mennggungnya. Luhan pun berbalik tanpa mengatakan apapun. Pada saat dia akan membuka pintu, Xiumin kembalj berucap yang membuat Luhan semakin sedih. "Aku tidak mau melihatmu sampai kapanpun. Mulailah untuk mengenaliku sebagai pelanggan dengan pelayan. Aku sudah cukup terluka akan hal ini. Terima kasih kau sudah mau menyukaiku, Luhan." Xiumin memalingkan mukanya ke arah lain, sambil menahan suaranya yang semakin serak. Jujur saja, dia cukup ragu untuk mengatakannya. Namun, hal yang harus dia lakukan adalah menjauhi Luhan sejauh mungkin. Itu cukup untuk membayar dosanya kepada Sehun. Luhan menarik hendel pintu setelah beberapa saat terdiam ditempatnya. Dia menutup pintunya, lantas bersender di pintu. Tangannya menyentuh bagian kiri bajunya dan merasakan detak organnya yang semakin cepat dan mulai terasa sakit. Pria itu tidak tahu rasa patah hati itu seperti ini. Sakit. Dan menyedihkan. "Baiklah. Aku akan pergi dari hidupmu, Xiumin." Luhan bergumam lalu menghembuskan napasnya sebelum dia pergi dari sana meninggalkan pintu. Sementara di dalam, terdengar suara isakan tertahan yang menyedihkan. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Sorry lama updatenya. Sekolah semakin padat dan sebentar lagi ujian tengah semester jadi susah nerusin. Thanks for subscribers and voters, love you all^^
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
BaoziNam
Ada yang bisa kasih saran pairing exo untuk fic aku selanjutnya?

Comments

You must be logged in to comment
D_Ominor
#1
Chapter 8: Kok fanfic x pendek.??
Tor Nam,,, ku tunggu fanfic slanjutnya...
:D
icecandle #2
Chapter 8: waah keren.. Hehehe
Ini end nih? Yakin..
Lanjutin dong.. Hehehe :D
jennifer_yuki #3
Chapter 8: Btw, karma tuh fungsi salah satunya spya bisa upvote story. :)
jennifer_yuki #4
Chapter 8: Lhah, authornim kok udah complete??
The cliffhanger is still there~
Please update soon. (´・ω・`)