Tragedy - Americano

Coffee and Writer
Waktu di hari minggu, Xiumin biasanya menghabiskan waktunya di dalam cafe. Membantu Chen melayani pelanggan yang semakin ramai. Semenjak media tahu kalau cafenya sering didatangi penulis terkenal, banyak orang yang datang kesana hanya untuk mencoba peruntungannya. Xiumin pikir ini adalah 'taktik promosi yang tidak disengaja'. Walaupun Luhan tidak sering-sering datang, tetap saja cafenya ramai. Terkadang, ada sekelompok gadis yang bertanya padanya kapan si penulis itu muncul. Yah, Xiumin tidak tahu kapan. Tapi, Luhan datang hari ini. Kali ini dia terlihat casual dengan kemeja abu-abunya dan kacamata besar. Tidak biasanya juga ia menyisir rambutnya sedemikian rapi. Apa-apaan ini? Karena ia kemarin anniversary, huh? "Tolong Americano satu di meja biasa." Luhan tersenyum hangat seperti biasanya, mengerling, lalu berbalik menuju mejanya. Entah kenapa Xiumin merinding melihatnya. "Apa anda mau melayani gadis disana?" tanya Xiumin datar saat ia selesai meletakan pesanannya di meja Luhan. Pria itu kebingungan lalu menoleh ke arah meja yang ditunjuk Xiumin. Disana, terlihat para murid SMU yang sedang tersenyum kepada Luhan. Pria itu membalas senyuman mereka, dan sesaat kemudian cafe Xiumin penuh dengan teriakan kegirangan dari mereka. Xiumin memutar kedua bola matanya. "Wae? Tak biasanya kau menggunakan kata 'anda' padaku. Ada apa, huh?" tegur Luhan bingung. "Ani. Hanya saja sekarang ini banyak sekali netizen yang datang. Aku tidak mau oramg-orang memberitakan yang tidak-tidak tentang kita. Aku harus 'menjaga' kepopuleranmu." Xiumin berucap sambil mengendikan bahunya. "Hahaha." Luhan tertawa. "Jadi, kita perlu berkencan lagi agar aku bisa berbicara banmal padamu,ya?" "Aku harus melayani pelanggan. Silahkan nikmati waktu anda, Tuan." Xiumin membungkuk sopan padanya, lalu berbalik menuju mesin kasir. 'Menghindarinya adalah hal yang sulit!' pikir Xiumin, menahan geramnya pada diri sendiri. Karena kemarin, Xiumin jadi malas bertatap muka dengan si penulis itu. Oke, mari kita sebut Luhan adalah si penulis. Bahkan Xiumin saja tak suka dengan namanya lagi. "Kau kenapa? Tak biasanya kau kembali dengan wajah kesal. Kau punya masalah dengan Luhan?" tanya Chen penasaran. "Tidak ada,"jawab Xiumin sekenanya. "Karena kemarin Luhan kerumah Sehun untuk merayakan anniversary." Kyungsoo tiba-tiba nimbrung diantara mereka. Chen melongo dan menatap kedua orang itu bergantian. "Kau yakin mereka tidak melakukan apapun? Kudengar Luhan baru keluar saat tengah malam."Kyungsoo memandang Xiumin dengan tatapan menggoda, membuat Xiumin geli. "Aku tak tahu. Aku tidur!" jawab Xiumin cepat. "Tak mungkin. Kau tak akan bisa tidur kalau cowok yang kau suka ada disana, bercanda dan melakukan apapun bersama hyungmu. Pasti kau gelisah, kan?" Ucapan Kyungsoo tepat mengenai hati Xiumin. Tebakan Kyungsoo adalah benar. Tapi, Xiumin malas mengakuinya. "Sok tahu! Kalau aku tidak tidur, pasti aku sudah kesiangan dan mengantuk. Sudahlah, berhenti bermain-main dan pergilah dari sini! Kau tidak pergi ke ruang latihan Kai, huh?" "Cih, nggak seru," cibir Kyungsoo. "Aku pesan seperti biasa." Setelah memberikan pesanan, Kyungsoo langsung pergi. "Dia merepotkan!" gumam Xiumin sambil menghela napas kasar. Xiumin menoleh ke Chen. "Aku sudah cukup bersabar bersamanya selama 10 tahun ini. Aku pikir dia berubah." "Hah?! 10 tahun?!" "Aku sepupunya. Tidak mirip, kan? Aku juga heran. Entah darimana ikatan sepupu kami berasal. Aku pergi beli kismis dulu. Layani mereka." Xiumin meletakan apronnya di atas counter lalu pergi keluar cafe. Tanpa sepengetahuan Xiumin, Luhan mengikutinya dari belakang. Bukan mengikuti sih, hanya saja Luhan benar-benar harus pergi untuk membeli pesanan Sehun. Tapi, lagak Luhan seperti mengikuti Xiumin. Melihatnya dari jauh tanpa ada niat untuk mendekat. Tempat yang Xiumin tuju tidak berbeda jauh lokasinya. Jadi, penyamaran Luhan bisa dilakukan sampai ke cafe nanti. Beberapa saat kemudian, Xiumin keluar dari toko bahan kue, lalu Luhan yang keluar. Xiumin pun berhenti dan akan menyebrang. Matanya memandang lampu penyebrang, berbeda dengan Luhan yang memandangnya terus dan terkikik saat melihat Xiumin menggembungkan pipinya. Lampu menjadi hijau, langkah Xiumin tergerak, dan Luhan mengikutinya. Namun... TIIIINNN!!!!! "XIUMIN!" pekik Luhan. Terlambat. Xiumin baru akan menghindar, namun tubuhnya langsung terlempar jauh tepat di depan Luhan. Pengemudi truk itu pergi begitu saja meninggalkan tempat kejadian. Luhan segera berlari ke tubuh Xiumin yang tak sadarkan diri dan sudah bersimbah darah. "YA! XIUMIN! IREONA! YA! XIUMIN! TOLONG!" Luhan meneriakan tolong sekuat yang ia bisa kepada siapapun yang lewat. Beberapa pria paruh baya datang membantu Luhan mengangkat Xiumin ke tepi jalan. Sementara seorang wanita menelpon rumah sakit terdekat. Beberapa saat kemudian, ambulan datang dan anggota medis keluar dari sana. Mereka mengangkat dan menaruh tubuh Xiumin diatas ranjang. Luhan ikut masuk ke dalam mobil menuju rumah sakit. Dalam perjalanan, Luhan terus menggenggam tangan Xiumin dan memandang Xiumin dengan perasaan cemas. Semoga ia tidak apa-apa. Tolong dia, Tuhan..... ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Sorry untuk fanficnya yang berantakan. padahal udah diberesin tapi begitu juga. aku harap kalian mengerti saat membacanya^^ oh ya, what's the meaning of Karma? I got 6 points for Karma. what's that? please, tell me..
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
BaoziNam
Ada yang bisa kasih saran pairing exo untuk fic aku selanjutnya?

Comments

You must be logged in to comment
D_Ominor
#1
Chapter 8: Kok fanfic x pendek.??
Tor Nam,,, ku tunggu fanfic slanjutnya...
:D
icecandle #2
Chapter 8: waah keren.. Hehehe
Ini end nih? Yakin..
Lanjutin dong.. Hehehe :D
jennifer_yuki #3
Chapter 8: Btw, karma tuh fungsi salah satunya spya bisa upvote story. :)
jennifer_yuki #4
Chapter 8: Lhah, authornim kok udah complete??
The cliffhanger is still there~
Please update soon. (´・ω・`)