Stranger In My House [Chanyeol/OC]

EXO 12 Love Stories Relay

Stranger in My House

 

 

Kantor kepolisian Gangnam sedang super bingung sekarang. Mereka kedatangan seorang gadis muda dengan penampilan sedikit glamour. Mereka kira, gadis ini datang untuk melaporkan pencurian atau kekerasan rumah tangga, tapi bukan.

“A... aku diusir.” Ucapnya pelan. Polisi di depannya, pak Park menaikkan alisnya. Setelah mengurus anak dari sahabatnya, Lee Sora, ia kedapatan gadis aneh ini.

“Apa katamu, nona? Diusir oleh siapa? Bagaimana bisa?”

“E... entahlah. Yang aku ingat, aku sudah ada di tengah tengah kota... aku dibuang!” ceritanya dramatis. Polisi yang lain bingung. Mana ada orang diusir dengan pakaian seperti ini?

“Hey nona, berhenti pura pura dan kembali ke rumahmu. Tadi, berapa umurmu?”

“21 tahun, dan aku tidak bercanda! Aku dibuang! Huhuhu! Pak Park! Staff anda kasar sekali pada gadis yang baru saja kehilangan rumah... huhuhu...”

Pak Park mendelik pada staff nya yang kini pura-pura melihat ke arah lain.

“Ah, maafkan kami, nona. Baiklah, tolong isi form ini dulu.”

Nama gadis muda itu Oh Hayoung. Jam 10 malam, Oh Hayoung datang ke kantor polisi cabang Gangnam, mengaku bahwa dirinya diusir dari rumah. Ia datang ke Kantor polisi untuk mencari perlindungan.

“Jadi... kau merasa dibuang oleh orang tuamu?”

Hayoung mengangguk, “Orang tua tiri. Mereka sepertinya benci padaku.”

“Siapa nama orang tuamu? Ini bisa masuk jalur hukum. Ia terkena pasal—“

“Pak Park! To—tolong, jangan tangkap orang tuaku... walaupun mereka seperti itu, aku tetap sayang mereka... jika mereka ditangkap, aku bisa kena marah.”

Seluruh staff polisi yang mendengar hal itu hanya menahan tawanya. Pak Park mendapat klient aneh, pikir mereka.

“Nona... apa kau... sehat?”

Hayoung geram, “Tentu saja aku sehat! Apa! Kalian anggap aku gila?! Baiklah! Aku akan adukan ke kantor polisi lainnya tentang kelakuan polisi gangnam!”

Pak Park menenangkan Hayoung, “Oke, oke! Tenanglah, nona Hayoung. Kami percaya padamu. Maaf, maaf.”

“Huh” Hayoung melipat tangannya sebal.

“Terima kasih sudah melapor, Oh Hayoung. Kami sudah catat, kami akan mengurusnya besok. Sebaiknya nona—“

“Terus, kalian membiarkanku luntang lantung di jalanan tanpa tempat tinggal? Aku kan diusir! Aku tidak punya rumah lagi! Huhuhu kalian jahat... polisi begitu tidak peduli... huhuhu aku mati saja...”

“Nona Hayoung! Astaga, nona jangan menangis. Tentu saja kami tidak akan membiarkanmu tidur di jalan... baiklah, baiklah. Apakah anda punya kerabat atau...”

“Aku... aku sendirian di Seoul! Aku tidak punya siapa-siapa lagi, huhuhuhuhuhu”

Pak Park dan seisi kantor saling menatap.

 

Keputusan akhir dari rembukan seluruh staff, Pak Park membawa gadis itu tinggal di rumahnya untuk sementara. Pertama, karena ia punya anak perempuan, dan yah, lumayan aku punya orang untuk masak, bersih bersih, cuci baju...

“Rumah Park masih jauh?” tanya Hayoung dengan nada yang terbilang ceria dibanding tadi saat di kantor. Pak Park agak begidik, gadis ini aneh sekali. Tadi marah marah dan menangis, sekarang seperti malaikat...

“Ah, tidak juga. Aku tinggal di komplek apartement Forest. Sebentar lagi.”

“Apartement? Waaah, asyik!” komentar Hayoung tersenyum.

 

Mereka pun sampai di apartement milik keluarga Park di lantai 12. Anak terakhir dari pak Park membuka pintunya,

“Appa!”

“Oh, Chorong-ah.”

“Appa... itu... siapa?”

Hayoung kini duduk manis di depan meja makan, di depannya Pak Park duduk sambil melonggarkan dasinya. Chorong memberikan Hayoung cokelat panas.

“Ini, minumlah, unni.”

“Oh... terima kasih, Chorong-ah.”

Chorong duduk di sebelah Hayoung dan memperhatikannya, “Omo, unni! Unni cantik sekali, seperti artis. Tidak mungkin orang tua unni membuang unni...” katanya. Hayoung tersipu,

“Aigoo, terima kasih! A... aku juga tidak tahu kenapa aku bisa diusir seperti ini...”

Pak Park menepuk meja, “Jha, jha. Chorong-ah, siapkan makan malam. Hayoung, kau pasti lapar, kan?”

“Mm! Ah, aku bantu kau ya, Chorong-ah!” Hayoung pun membuntuti Chorong menuju dapur untuk menyiapkan makanan. Pak Park tersenyum, ah, benarkan kataku dia bisa bantu bantu di rumah~

 

Makan malam menjadi ramai saat kedatangan Hayoung. Chorong berceloteh banyak tentang keluarganya, begitu juga Pak Park. Hayoung jadi tahu bahwa ibu Chorong sudah meninggal 3 tahun setelah kelahiran Chorong, pekerjaan Pak Park yang sudah menjadi polisi hampir separuh hidupnya, juga... tentang anak laki-laki tertua.

“Paman punya anak laki-laki? Aku tidak melihatnya?” Hayoung celingak-celinguk.

“Ah... anak itu. Suka keluyuran entah kemana. Aku agak menyerah untuknya. Chorong-ah, kemana anak nakal itu sekarang?”

Chorong menyendok nasinya, “Mm.. entahlah. Ia belum pulang dari kemarin.”

Hayoung memekik, “Eh? Selama itu?”

“Mm. Itu sih sudah biasa, unni. Semenjak Umma meninggal, kakak jadi seperti itu.”

Hayoung tertunduk, “Begitu, ya...”

Makan malam pun selesai, Hayoung pun tidur di kamar kakak Chorong untuk sementara. Kamar itu terlihat rapi (katanya Chorong baru membereskannya). Isinya sama seperti kamar cowok kebanyakan. Poster band-band UK dan Amerika, poster 2NE1, rak CD yang menggunung, meja belajar yang berantakkan lalu stick drum dan pick gitar. Orang ini pasti anak band, pikir Hayoung. Tanpa pikir panjang, Hayoung langsung melempar tubuhnya ke kasur dengan bad cover nuansa hitam juga abu-abu. Entah kenapa, hari ini lelah sekali.

 

Sambil menenteng gitarnya, Park Chanyeol berjalan gontai ke lapangan parkir komplek apartementnya. Ia menatap jam, masih pagi... gumamnya. Ia baru saja pulang dari Busan, sehabis mengikuti Busan Music Festival. Band-nya memainkan beberapa lagu, dan ia sebagai gitarist merasa sangat lelah. Sepanjang perjalanan pulang, Chanyeol memikirkan kamarnya yang nyaman... empuk...

Chanyeol mengetik passcode untuk memasuki apartementnya. Sepi. Tentu saja, ayah dan adiknya pasti sedang tertidur pulas. Chanyeol masuk, lalu melangkah menuju kamarnya. Ia mencium sesuatu yang aneh. Kenapa lampu kamarku menyala? Tch, Park Chorong.

Dengan cepat, Chanyeol membuka pintunya “Park Chorong sudah kubilang jangan suka pakai kamar—eh?” di kamarnya tidak ada siapa-siapa. Kemana anak itu, tch. Chanyeol pun mengedikkan bahu, menaruh gitarnya di sudut kamar, lalu...

“KYAAAAAAAAKKK!!!” ia kaget saat mendengar suara perempuan berteriak. Chanyeol menoleh, saat itu pula Chanyeol berteriak,

“KYAAAA!” Ia melihat seorang gadis hanya dengan jubah handuknya.

 

Kini Chanyeol melipat tangannya, alisnya berkerut, menatap tiga orang di depannya dengan kesal.

“Siapa yang mau menjelaskan padaku apa yang terjadi?” kata Chanyeol menatap Chorong, lalu orang asing itu, juga Ayahnya.

“Chanyeollie, jangan salah paham... ini..”

“Aku tidak percaya kau membawa orang asing masuk! Siapa wanita ini, huh? Pacar appa? Chorong, siapa tante ini?”

Merasa tersinggung dipanggil ‘tante’, Hayoung protes, “Y—ya! Siapa yang kau bilang tante, hah?! Aku masih 21 tahun! 21 tahun!”

Chanyeol memutar bola matanya, “What ever.”

“Chanyeol! Sopan sedikit! Wanita ini...”

Chanyeol masih dengan alis berkerut saat ayahnya juga Hayoung menjelaskan semuanya.

“Keluar.” Kata Chanyeol dingin.

“Oppa!” Chorong memekik, “Oppa tega dengan Unni? Dia tidak punya tempat tinggal!”

“Kau tega padaku??? Huhuhu...” Hayoung mulai terisak.

“Park Chanyeol!” ayahnya membentak. Chanyeol menghela napas,

“Oke, terserah. Kau boleh tinggal dengan beberapa syarat. Keluarkan barang pink mu itu dari kamarku, jangan sentuh kamarku, dan kau hanya orang asing disini. Mengerti?” Chanyeol bangkit dan masuk kamarnya. Barang barang Hayoung didepak keluar dengan kasar.

“Y—ya!”

 

Ini sudah 1 minggu setelah orang asing tinggal di rumah Chanyeol. Ia adalah satu satunya yang menolak keberadaan Hayoung di rumah. Ia sebal pada Appanya yang terlihat senang senang saja ada Hayoung di rumah (mungkin karena Hayoung bisa diandalkan untuk jaga rumah) juga  Chorong, ia senang sekali. Ia seperti kedapatan teman baru.

Ada beberapa keuntungan dan kerugian selama Hayoung tinggal. Keuntungan: gadis itu benar-benar bersih dan pintar memasak. Rumah yang sering chaos jarang dibersihkan jadi bersih dan harum. Setiap hari, mereka merasakan menu yang berbeda karena cooking skill dari Hayoung. Ia bisa diandalkan untuk urusan bantu bantu di rumah. Kerugiannya... gadis itu super berisik. Entah itu bernyanyi di kamar mandi, asyik bermain game di handphone-nya, atau bergosip dengan Chorong di kamar setiap malam. Ia juga sangat feminim dan centil. Yang paling sebal, ia suka sok manis di depan Appa. Juga aku, batinnya.

Tok! Tok!

Chanyeol yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya dikagetkan dengan ketukan di pintunya.

“Chanyeol oppa, boleh aku masuk?”

Chanyeol tahu suara sok imut itu, Oh Hayoung.

“Pergilah”

“Aigoo, kau masih tidak mau bertemu denganku, ya? Padahal aku bawa choco pie, mau tidak?”

 

Hayoung tidak bisa menahan senyumnya saat ia bisa masuk ke kamar ini lagi setelah seminggu. Ini semua berkat choco pie, Chorong memberitahunya bahwa oppa-nya itu begitu menyukai Choco pie sampai gila. Ia tidak akan menolak jika ada yang menawarkan choco pie padanya.

“Chanyeol oppa, kau punya band ya? Apa alirannya? Rock? Blues? R&B??” tanya Hayoung penasaran saat melihat foto yang ditempel dekat meja belajar. Disana ada Chanyeol dengan gitarnya juga teman-teman se-band-nya. Chorong juga ada disitu, berangkulan dengan Chanyeol.

“Stop calling me oppa, aku bukan oppamu! Iya, punya band. Buat apa kau tahu?”

“Aku suka cowok band, hehe. Main gitar ya? Hebat!”

“Please, aku sedang mengerjakan tugas kuliahku.”

Hayoung menutup mulutnya dan duduk di atas kasur Chanyeol, lalu melihat di dekat sana ada foto Sandara Park dari 2NE1, yang membuatnya geli.

“Oppa fans dari Dara, ya?”

Chanyeol blush langsung menatap Hayoung kesal, “Jika kau kesini hanya untuk menggangguku, mending keluar. Lagipula, kau tidak kuliah, apa?”

Kuliah. Banyak orang yang bertanya itu padanya. “Kuliah? Mm, tidak. Aku tidak seperti itu. Aku punya impian, aku ingin jadi artis.”

Pantas saja. Penampilannya sudah seperti artis saja.

“Kan ada University of Arts, kenapa tidak masuk sana saja?”

Hayoung menghela napas, “Inginnya, sih. Tapi ada satu hal yang...”

Riiing! Ponsel gadis itu berbunyi. “H—halo?”

 

“Auch!” Hayoung memekik saat tangannya dicubit oleh sahabatnya. Kini mereka ada di sebuah kedai tteokpokki. “Kenapa kau mencubitku, sih!”

“Dasar anak nakal! Nappasseo, nappasseo! Kemana kau seminggu ini, hah? Apa kau tahu orang tuamu mencarimu sampai gila?!” pekik Song Naeun sambil mencoba mencubit lagi sahabatnya itu.

Hayoung menepis tangan Naeun, “Geumanhae! Aku kabur, ke suatu tempat. Apartement Forest. Aku menumpang rumah orang.”

“Setidaknya kau bilang kau dimana, oh? Sampai kapan aku harus berbohong dari orang tuamu...”

Hayoung meraih tangan Naeun, “Please, Naeun, sebentar lagi, oh? Tolong bilang saja aku tidak tahu dimana... jangan bilang aku di apartement itu, oh? Chinguya, ne?”

Naeun menghela napas, “Arasseo. Kau baik baik saja, kan? Kau lebih kurus, tahu. Kau seperti anak hilang saja. Aku traktir makan es krim deh!”

“Gomawo~~”

 

Hayoung lupa diri. Ia memang begini jika sudah dengan temannya. pulang sangat larut. Awalnya mereka hanya makan es krim, tapi malah ke mall, salon, makan malam, nonton film, karaoke... bahkan Naeun mengajaknya ke sebuah klab malam. Tapi ia lupa, ia sedang menumpang di rumah orang. Rumah seorang polisi, pula. Paman, Chorong, Chanyeol, maafkan aku! Katanya sambil berlari menuju apartement. Sial memang, uangnya habis untuk hura-hura.

 

Keluarga Park berpencar. Pak Park dengan Chorong mencari dengan mobil, sedangkan Chanyeol mencari dengan jalan kaki. Mereka khawatir, sudah selarut ini Hayoung belum pulang. Mereka tidak tahu Hayoung pergi kemana, dan lupa menanyakan nomor ponsel Hayoung.

Jangan jangan ia bertemu dengan orang tuanya itu yang kejam... Chanyeol terngiang perkataan parno Chorong. Ia menelusuri radius satu kilo meter dari rumahnya mencari gadis itu. Dasar merepotkan! Batinnya. Saat itu juga, Chanyeol berheti saat melihat seorang gadis dengan kaki telanjang berjalan. Kakinya sudah kotor, ia menenteng high heels nya.

“Gadis bodoh!”

Hayoung mendongak saat melihat Chanyeol dengan wajah merah karena berkeringat dan... marah?

“P... Park Chanyeol...”

“Kenapa melepas sepatumu! Kan dingin!”

Ah, Hayoung jadi ingat. Hak sepatunya patah karena berlari terlalu lama. Tanpa banyak bicara, Chanyeol melepas sepatunya dan memakaikan sepatu besarnya di kaki Hayoung. Hayoung diam sambil menahan pipinya yang kini memerah.

“Lihat, kakimu dingin sekali. Kau bisa tidak berjalan, tahu! Merepotkan.”

 

Karena Hayoung sudah ditemukan, Chanyeol menelepon Ayahnya untuk kembali ke apartement. Kini mereka berjalan berdua menuju apartement. Malam hari, dingin, Hayoung dengan sepatu kebesarannya (juga jaket yang pria itu pinjamkan), lalu Chanyeol dengan kaki telanjangnya (untung pakai kaos kaki).

“Maaf...” ucap Hayoung menyesal.

“Ucapkan itu pada Appa dan Chorong. Mereka yang khawatir padamu.”

Hayoung cemberut, kecewa. “Jadi kau tidak khawatir, ya...”

“Lain kali jangan pergi tanpa pamit. Perempuan tidak baik jika pulang selarut ini.”

Hayoung melirik Chanyeol yang lebih tinggi darinya 10cm itu. Wajahnya sedikit memerah. Hayoung menahan senyumnya. “Arasseo, oppa.”

 

Semenjak kejadian itu, entah kenapa Chanyeol menjadi lebih terbuka dengan Hayoung. Mereka jadi banyak mengobrol, bertukar pendapat, bahkan belanja bahan makan malam bersama. Sepertinya Chanyeol sudah menerima keberadaan Hayoung. Ia juga menunjukkan sosok care dan halusnya pada gadis itu.

 

Hayoung kini sendirian. Chorong sekolah, Chanyeol ada jadwal latihan band, dan Paman bekerja. Semua berkata akan pulang terlambat. Chorong bilang ia ada kerja kelompok, Chanyeol—anak itu tidak usah ditanya lagi, kalau Paman Park ada shift malam. Hayoung merasa sendirian... kesepian. Uh... kangen rumah juga... batinnya.

Ting, tong! Bel berbunyi. Hayoung tersenyum, Ah! Itu pasti Chanyeol oppa.

Pintu terbuka. Tubuh Hayoung membeku. Matanya melebar.

“A...ayah...”

“Oh Hayoung, ayo pulang!!!”

Di belakang mereka, sudah berdiri Naeun dengan wajah sangat bersalah, “Ma...maaf... mereka mengancamku...” katanya sedih.

 

Chanyeol baru saja selesai latihan band untuk penampilan berikutnya disebuah festival. Ia melihat jam, masih belum larut... matanya pun jatuh pada kedai makanan yang menjual tteokpokki. Ia langsung teringat Hayoung. Aku belikan satu, kali ya.

Ia tahu gadis itu menyukai makanan tradisional Korea itu dengan sangat. Chanyeol menenteng satu bungkus tteokpoki sambil terseyum. Tapi, senyum itu tidak akan lama lagi. Ia melihat pemandangan yang membuat ia menjatuhkan bungkusan tteokpokki.

Ia melihat Hayoung yang berontak dari apitan dua orang bertubuh besar dengan seragam serba hitam, di depannya ada sosok pria berumur sekitar 47 tahunan. Tanpa basa basi, Chanyeol menghampirinya.

“Oh Hayoung!” Chanyeol langsung mencoba melepas pegangan dua bodyguard yang menarik paksa Hayoung.

“P—Park Chanyeol!”

Buk! Chanyeol menonjok keduanya, yang membuat gadis itu lepas. Hayoung langsung bersembunyi dibalik Chanyeol,

“Siapa kalian, hah?!”

Ayah Oh Hayoung menatap Chanyeol marah, lalu menamparnya. “Kurang ajar! Kau yang selama ini mengambil anakku!”

Chanyeol memegangi pipinya yang berdenyut. Dengan cepat, bodyguard ayah Hayoung balik menghajar Chanyeol. Mata Hayoung berkaca kaca saat melihat Chanyeol yang ditonjoki sampa memar dan berdarah.

“Ayah!!!  Stop!!!” Hayoung berdiri di depan Chanyeol yang sudah terbaring lemas.

Chanyeol mengerutkan dahi, Ayah?

“Ayah, please. Geuman! Baiklah, aku pulang! Aku mau pulang, ayah. Tolong, jangan sakiti Chanyeol.”

Sang ayah pun menyuruh bodyguardnya untuk menyiapkan mobil. Hayoung menghapus air matanya, lalu menatap Chanyeol dengan penuh penyesalan, “Maaf, Chanyeol...”

Tangan Hayoung pun ditarik oleh sang Ayah, masuk ke sebuah mobil. Chanyeol berusaha berdiri, tapi sulit,

“YA OH HAYOUNG!!!” teriaknya. “OH HAYOUNG!!!”

 

Chorong memerban Chanyeol yang kini babak belur. Tidak lama setelah Hayoung pergi, Chorong datang dan melihat kakaknya yang terbaring di jalan dengan darah yang keluar dari sudut bibirnya.

“Oppa... kenapa bisa begini...”

“Oh Hayoung...” katanya pelan, “...penipu.”

Chorong terkejut, “Oppa! Kenapa orang bilang seperti itu! Dimana Hayoung unni?”

“Pergi. Dan mungkin tidak akan kembali lagi.”

 

1 bulan berlalu. Hayoung benar-benar tidak pernah terlihat lagi. Hilang ditelan bumi. Pak Park pun akhirnya tahu kebenarannya. Hayoung bukan diusir, tapi ia kabur dari rumah. Ini semua hanya akal-akalan Hayoung saja. Hilang tanpa jejak, tapi tetap dapat tempat tinggal. Ia kabur dari rumah karena ayahnya yang mengekang mimpinya untuk jadi artis. Malam sebelum Hayoung kabur, ayahnya berniat untuk mengirim Hayoung ke Jerman untuk kuliah. Karena tidak mau, gadis itu kabur.

Diantara keluarga Park, Chanyeol lah yang paling kecewa. Ia jadi mogok makan, lebih emosional, makin jarang pulang ke rumah, dan banyak diam. Padahal, saat ada Hayoung, kakaknya itu lebih cerewet, lebih sering di rumah dan perilakunya baik. Chorong tahu perasaan Chanyeol terhadap Hayoung.

“Oppa, lihat! Ini foto Hayoung unni saat kelulusan SMA.”

“Terus kenapa?”

“Cantik, ya? Aku ingin seperti Hayoung unni!”

“Jangan, nanti jadi centil dan cerewet.”

“Tapi oppa suka, kan? Hayoung unni cantik, sih...”

Chanyeol diam sebentar lalu menjawab, “Iya, cantik.”

 

Ini adalah Seoul Music Festival Night, dimana band Chanyeol akan bermain. Wajah Chanyeol membuat teman temannya khawatir.

“Hey, kau tidak terlihat bersemangat. Ayolah, sebentar lagi kita tampil.” Ujar si vocalist.

“Mm. Aku tidak apa-apa, sungguh.”

“Sungguh? Kau yakin bisa tampil hari ini?”

“Ya. Let’s rock this night!” Chanyeol berusaha tersenyum.

“Oh yeah baby lets do it!”

Nama band Chanyeol, Flames, dipanggil untuk tampil. Teriakkan mulai terdengar. Flames memang cukup terkenal di kalangan mahasiswa. Saat sang vocalist sedang bercuap-cuap sebelum tampil, Chanyeol menatap sosok itu. Waktu seperti berhenti saat mata mereka bertemu. Oh Hayoung... dia... disini... batinnya. Ia tidak mendengar suara apapun, hanya mendengar detak jantungnya sendiri... duguen, dugeun, dugeun...

“...ini dia... FLAMES!”

Suara mulai terdengar lagi. Waktu kembali berjalan. Chanyeol kembali ke kenyataan. Chanyeol menutup matanya sebentar. Lalu, ia pun mulai memainkan gitarnya.

 

Flames berhasil membuat penonton melompat-lompat hari ini. Saat turun panggung, Chanyeol buru-buru masuk ke kerumunan penonton. Ia mencari sosok itu. Hilang. Tidak ada. Mungkin sudah pulang... katanya.

Ia merasa tangannya dipegang. Chanyeol menoleh, Oh Hayoung disisinya sekarang.

“P—Park Chanyeol... Annyeong...” katanya kaku.

 

Musik akustik dan langit malam menghiasi percakapan mereka di Seoul Music Festival Night (SMFN). Disana, Hayoung menceritakan semua. Ia menceritakan agar Chanyeol bisa mengerti. Ia juga menceritakan bahwa sudah  minggu ini ia resmi jadi mahasiswa University of Arts, major Acting. Ayahnya berubah pikiran saat anaknya kabur.

“Kau... sudah dengar semuanya... apa... kau masih membenciku?”

Chanyeol mengehela napasnya, “Kau tahu, aku tidak mudah menerima ini semua. Karena kau... kau sudah sangat berarti bagiku. Jadi, saat kau ternyata bohong seperti itu...”

Hayoung menatap Chanyeol, “A... aku memang bohong saat itu. Itu semua memang sandiwara... ta...tapi ada satu hal yang benar-benar bukan kebohongan. Perasaanku padamu...”

Chanyeol berdehem, “Apa?”

“...A...aku menyukai oppa...”

Tidak ada jawaban dari Chanyeol. Musik akustik dari panggung masih mengalun. Hayoung mengalihkan pandangannya,

“A... aku sudah jujur pada oppa... aku juga sudah minta maaf... bahkan aku datang ke konser oppa. Apa... kau masih marah?”

“Sudah kubilang kan, jangan suka pergi tanpa pamit.”

Hayoung menoleh, melihat Chanyeol yang kini tersenyum padanya.

“Oppa...”

“Sudahlah, itu masa lalu. Ayo.” Chanyeol merangkul gadis itu, lalu berjalan menuju kerumunan penonton. Dari sekarang sampai acara selesai, Chanyeol tidak melepas rangkulannya pada gadis itu. Ia tidak akan membiarkan gadis itu pergi lagi tanpa pamit.***

 


 

Long update! I'm so sorry ><

should I make double update?

 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mika_lou #1
Chapter 3: Krismi ❤
Mutingiss #2
Chapter 1: hiyaaa! ini singkat tapi sweet bangeeeett!! aku sukaa
AriesRising
#3
Chapter 4: This is so good! I rarely read ff in bahasa, but this one was written cleverly.
Well done!
Sehooney
#4
Chapter 9: yeah chorong sama d.o, bikin lanjutannya dong author atau ga bikin pairing baru lagi buat chorong hihi ^^
erikakook #5
Chapter 8: harusnya ada ceritanya chorong sama siapa gitu