2: New Neighbour

Memories of My Little Brother

=========

MEMORIES OF MY LITTLE BROTHER
CHAPTER #2: NEW NEIGHBOUR

=========

 

Sebuah kamar seluas 25 meter persegi di sudut lantai tiga menjadi rumah kedua bagi seorang Shim Changmin. Sejak lahir kondisinya yang naik turun membuatnya berkali-kali harus dirawat di rumah sakit ini. Sayangnya Changmin harus menghabiskan waktunya sendirian. Ibunya meninggal sehari setelah melahirkan dirinya dan ayahnya - yang seorang dokter bedah terkenal di Seoul - sedang berada di luar negeri, meninggalkan Changmin hanya bersama para pelayan di rumahnya. Kondisi Changmin yang lahir prematur mengakibatkan beberapa organ dalam tubuhnya tidak berkembang dengan sempurna. Belum lagi daya tahan tubuhnya yang cukup rendah dibandingkan anak-anak lain seusianya.

Seakan itu semua belum cukup, beberapa hari setelah kelahiran Changmin baru diketahui bahwa bocah itu menderita haemofilia, suatu penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan dari generasi orangtuanya. Ayahnya yang frustasi melihat keadaan anak semata wayangnya itu bertekad untuk menyembuhkan Changmin hingga memutuskan untuk melakukan penelitian di Amerika bersama dokter-dokter lainnya. Penyakit Changmin membuat bocah itu tidak bisa bermain dengan bebas. Benturan sekecil apapun membuat memar kebiruan di tubuhnya, terkadang disertai rasa sakit yang tidak umum bagi anak kecil seperti Changmin. Hampir setiap bulan Changmin membutuhkan transfusi darah untuk menstabilkan jumlah sel darah dalam tubuhnya. Seringkali bocah itu terbangun di malam hari karena merasakan sakit di sendi-sendinya sampai ia terpaksa menangis menahan sakit. Kalau sudah begitu, untuk kesekian kalinya ia dibawa ke rumah sakit dan dirawat selama beberapa hari.

Namun semangat Changmin tidak bisa diremehkan begitu saja. Setelah usianya cukup besar, Kim Youngwoon - kepala pelayan di rumahnya - mencoba memberikan pemahaman tentang penyakit Changmin kepada bocah itu. Changmin tidak boleh berlarian kesana kemari, Changmin tidak boleh terlalu lelah, Changmin tidak boleh sampai berdarah, Changmin tidak boleh ini, Changmin tidak boleh itu. Sederet larangan diterapkan oleh Youngwoon demi keselamatan majikan kecilnya. Pada awalnya Changmin tidak mengerti mengapa Youngwoon begitu panik saat menemukan dirinya terjatuh di dekat pagar dan lututnya berdarah, sampai ia melihat lututnya membengkak dan darah tidak kunjung berhenti. Changmin juga tidak mengerti bagaimana bisa muncul ruam-ruam kebiruan di kedua lengan dan kakinya padahal seingatnya ia tidak melakukan hal apapun. Tapi setelah mengetahui kondisinya, Changmin pelan-pelan mengerti apa risiko yang ia pertaruhkan dalam hidupnya. Sedikit saja ia terluka, nyawanya sendiri berada di ujung tanduk. Ia juga mengerti kenapa ia tidak pernah melihat ayahnya karena kesibukannya melakukan penelitian tentang penyakit Changmin. Sejak saat itu Changmin tumbuh menjadi anak yang optimis dan periang. Ia seperti anak anjing kecil yang lincah, jahil dan mampu membuat orang-orang di sekitarnya tersenyum. Yah, mungkin sedikit kesal bagi korban keisengan Changmin...

Saking seringnya Changmin bolak-balik ke rumah sakit, dengan bantuan dan koneksi dari ayahnya, pihak rumah sakit menyediakan kamar khusus untuk ditempati oleh Changmin. Berbeda dengan kamar rawat lainnya, kamar itu jauh lebih 'hidup'. Dinding kamarnya dicat hijau muda sesuai keinginan Changmin. Kepala rumah sakit juga memberikan sebuah rak berisi banyak buku dan mainan. Jika Changmin tidak berminat untuk bermain di ruang rekreasi - sebutan untuk ruangan tempat bermain anak-anak di rumah sakit, ia akan menghabiskan waktunya di kamar, bermain PC tablet seharian dan membaca banyak buku. Changmin sendiri tidak menuntut banyak hal. Ia hanya meminta kamar di ujung lorong agar pasien lain tidak terganggu dengan aktivitasnya bermain di dalam kamar.

---

Changmin menggeliat di tempat tidurnya saat ia mulai terbangun. Ia mengerjapkan kedua matanya, mencoba menyesuaikan diri dengan sinar matahari pagi yang masuk melalui celah jendela kamar. Setelah mengamati sekelilingnya, ia melenguh kesal. Changmin baru ingat kalau semalam ia tertidur setelah bermain tic-tac-toe dengan Yoona sambil menunggu Heechul seonsaengnim datang seperti yang dijanjikan. Tapi kalau melihat ia bangun sendirian sekarang, sepertinya perawat itu sukses membohongi dirinya.

"Yoona noona menyebalkan," desisnya kesal. Lagi-lagi ia menggeliat, menarik nafas panjang sebelum beranjak bangun dan membuka tirai jendela. Matanya menyipit silau terkena efek sinar matahari pagi, tapi dengan cepat ia tersenyum lebar. Hari yang baru baginya, berarti kesempatan baru untuk bermain. Lebih tepatnya 'balas dendam' pada Yoona dan Taeyeon yang sukses mengerjainya tadi malam.

Belum sempat Changmin membereskan tempat tidurnya, tiba-tiba pintu kamar rawatnya terbuka disusul dengan munculnya sebuah wajah namja cantik.

"Peek-a-boo!"

Changmin sontak menoleh dan berteriak girang ketika melihat dokter kesayangannya muncul dari balik pintu. Ia segera berlari menghampiri Kim Heechul seonsaengnim dan melompat ke pelukannya.

"Aigoo... Uri Changminnie wasseo... (Changminku di sini)," Heechul membalas pelukan bocah kecil kesayangannya. Sebenarnya baru pagi-pagi buta Heechul tiba di Seoul setelah mengikuti seminar di Jepang. Namun sejak kemarin ia mendapat kabar bahwa Changmin dirawat di rumah sakit, ia memutuskan untuk memotong jatah liburnya dan kembali ke rumah sakit demi menemui Changmin kecilnya itu.

"Heechul ssaem bogoshipoyo (aku merindukanmu)." Changmin menarik kepalanya agar bisa melihat wajah Heechul lebih jelas. "Semalam Yoona noona bilang akan meneleponmu, tapi ternyata ia bohong." Bibirnya merengut, tapi segera digantikan oleh senyum sumringah dan sekali lagi Changmin membenamkan kepalanya ke bahu Heechul. "Tapi ternyata ssaem benar-benar ada di sini!"

Heechul mengacak pelan rambut kecoklatan milik bocah yang masih memeluknya erat. "Mianhae (maaf), aku masih ada seminar di Jepang jadi tidak bisa segera menemuimu. Sebagai permintaan maaf, aku punya sesuatu untuk Changmin kecil kita."

Changmin mendongak, matanya bersinar memandang Heechul. "Apa itu?"

Heechul mengedik, sebagai isyarat agar Changmin mau turun dari gendongannya. Setelah Changmin menurut dan sekarang berdiri dengan kedua kakinya, Heechul berlutut di depan bocah itu dan merogoh saku jas dokter yang ia kenakan.

"Coba kita lihat ada apa di sini..." Heechul berpura-pura mencari sesuatu dan mendadak sebuah cokelat berukuran sedang muncul di depat pandangan Changmin. Langsung saja Changmin bersorak riang.

"Waa... Cokelat!" Changmin mencoba mengambil cokelat itu tapi Heechul dengan sigap menariknya dari jangkauan tangan Changmin.

"Ah, apa kau sudah mandi? Aku masih bisa mencium bau naga dari mulutmu!"

Changmin seketika menutup mulutnya dengan kedua tangan, ekspresinya terlihat menggemaskan. Baru sadar ia bahkan belum menggosok gigi dan mencuci mukanya. "Tapi setelah ini kan aku makan cokelatnya, jadi nanti saja gosok giginya?" Terdengar suaranya yang tertahan tangkupan kedua tangannya. Heechul menggeleng tegas.

"Sikat gigi, cuci muka, ganti baju, dan cokelat," tandas dokter berwajah cantik itu.

Changmin menghela nafas panjang, masih dengan tangan menutupi mulutnya dan berjalan ke kamar mandi. Heechul memperhatikan langkah kaki Changmin yang sedikit pincang dan kaki kanannya yang terbalut perban tebal. Hatinya terasa sakit melihat perban itu. Dokter Leeteuk telah menjelaskan alasan Changmin dirawat kali ini dan Heechul merasa tersiksa dengan sikap Changmin. Luka seperti itu seharusnya sangat sakit, apalagi dengan fisik Changmin yang begitu ringkih. Tapi sama sekali tidak ada keluhan atau tangisan yang muncul dari bibir kecil bocah itu. Changmin selalu menahannya sendiri, ia tidak akan mengatakan kepada orang lain kecuali jika ia benar-benar merasa sakit dan tak dapat ditahannya lagi. Sampai saat ini Heechul merasa kagum sekaligus sedih melihat kegigihan Changmin dan sifatnya yang jauh lebih dewasa bahkan dibandingkan dirinya sendiri.

Setelah giginya bersih, wajahnya sudah bersinar, rambut yang tersisir rapi dan piyama yang sudah berganti dengan piyama hijau bergambar Mickey Mouse kesukaannya, Changmin duduk dengan patuh di atas ranjangnya. Heechul mengendus tubuh bocah kecilnya dengan ekspresi lucu, sesekali menggelitik tubuh Changmin dengan hidungnya hingga Changmin kegelian, baru setelah itu ia mengangguk puas.

"Baiklah, untuk Changmin yang sewangi ini, sebatang cokelat." Mata Changmin membelalak lebar ketika sebatang cokelat teracung dari tangan Heechul. Dengan cepat ia mengambil cokelat kesukaannya dan membukanya. "Jangan dimakan habis, sisakan untuk besok," Heechul menasihati.

"Gomapseupnida (terima kasih) ssaem," ucap Changmin di sela kunyahannya.

Heechul tersenyum melihat lucunya cara Changmin membuka cokelatnya. Ia akan membuka bungkus luarnya dengan rapi, lalu berusaha membuka bungkus dalamnya serapi mungkin tanpa ada sobekan paksa sedikitpun. Pernah sekali Heechul membukakan cokelat untuk Changmin sembarangan. Hasilnya? Selama seharian penuh ia tidak mendapat sepatah katapun dari anak itu. Dengan terpaksa Heechul membelikan sebuah cokelat baru agar Changmin mau kembali memaafkannya.

Di tengah keasyikannya mengamati Changmin sesuatu muncul di pikiran Heechul.

"Ah, kau sudah berkenalan dengan tetangga barumu?"

Changmin mendongak menatap Heechul, dan menelan gigitan cokelat di dalam mulutnya sebelum menjawab. "Tetangga?"

Heechul mengangguk. "Ada pasien baru dua kamar dari sini. Kupikir kau sudah berkenalan dengannya."

"Aniyo, memangnya siapa?"

"Molla (entah), Dokter Ahn bilang ia baru masuk kemarin malam. Memangnya semalam kau tidur jam berapa?"

"Jam sepuluh." Changmin berpikir sejenak sembari menggigit bagian cokelatnya dan memutuskan untuk menyisakan cokelatnya separuh. Dengan hati-hati ia menutup bungkus dalam cokelatnya dan meletakkannya di samping tempat tidurnya. Sejurus kemudian baru ia ingat sesuatu.

"Ah, pasien ER semalam!"

Alis Heechul terangkat. "Mwo?"

"Saat aku bermain ke resepsionis, ada telepon dari ER mengatakan ada seorang anak mengalami kecelakaan. Mungkinkah anak itu yang ssaem maksudkan?" tanya Changmin.

"Entahlah, aku sendiri belum sempat melihatnya. Aku langsung menuju kemari begitu datang." Heechul berdiri dari samping Changmin dan merapikan jas putih yang ia kenakan, "Aku harus kembali bekerja. Kau," tangan kanannya menunjuk hidung Changmin, "pastikan sikat gigimu setelah ini. Aku tidak bertanggung jawab kalau kau sampai sakit gigi."

"Aku sakit gigi kan gara-gara ssaem juga yang membawakanku cokelat." Changmin menjulurkan lidahnya, membuat Heechul mendengus. "Hati-hati, ssaem! Sampaikan salamku untuk Soojung noona!"

Kali ini Heechul mendelik sebelum keluar dari kamar Changmin, meninggalkan Changmin dengan senyum evil miliknya. Ia tahu benar Heechul sudah lama menyukai seorang dokter dari departemen anastesi bernama Jung Soojung tetapi sampai sekarang masih belum mau menyampaikan perasaannya. Kadang-kadang Changmin senang menggoda Heechul tentang masalah itu.

Selesai menggosok giginya Changmin menghabiskan pagi dengan makan sarapan paginya yang sudah dibawakan ahjumma kantin untuknya dan bermain PC tablet sampai siang. Ia baru mengembalikan PC tablet-nya ke rak di seberang ranjangnya ketika terdengar suara seperti sesuatu yang pecah.

Takut-takut Changmin mengintip dari pintu kamarnya, namun ia tidak menemukan siapapun. Changmin memberanikan diri untuk keluar dan ia menutup pintu kamarnya saat suara yang mirip kembali terdengar. Kali ini ia bisa menangkap sebuah seruan bernada marah dari ruangan lain.

"Aku tidak mau! Aku tidak mau mempunyai tangan tidak berdaya ini!"

Satu hal yang dikagumi sekaligus dibenci oleh perawat dan dokter dari Changmin adalah rasa ingin tahunya yang kelewat besar. Kalau ada sesuatu yang mengusik pikirannya, ia akan dengan cepat mencari tahu apa penyebabnya, bahkan terkadang sampai membuat dirinya sendiri kelelahan. Perlahan Changmin mendekati sumber suara yang ternyata hanya berjarak dua pintu dari pintunya sendiri. Ia teringat ucapan Heechul beberapa jam yang lalu. Apa ini 'tetangga baru' yang Heechul maksud?

Suara itu semakin jelas di telinga Changmin. Sepertinya ada seorang anak yang marah sambil melemparkan barang dan seorang lainnya berusaha menenangkan anak itu.

"Yunho-ya, hentikan! Kau bisa terluka!"

"Aku tidak peduli! Tangan ini sudah tidak berguna lagi!"

"Yunho-ya!"

Tangan Changmin sudah menyentuh gagang pintu di hadapannya tapi mendadak kakinya mundur selangkah. Sesuatu terlempar mengenai pintu hingga ia terkejut dan tanpa sadar mundur selangkah. Namun kemudian ia kembali memegang gagang pintu dan membuka pintu itu agak lebar.

Tepat pada saat sesuatu melayang ke arahnya dan mengenai bahu kanannya.

Changmin menatap sesuatu itu yang sekarang tergeletak di depan kakinya. Sebuah botol melamine berukuran sedang yang masih berisi air.

Penuh.

Namun bukan itu yang membuat Changmin terdiam. Dalam sekejap bahu kanannya terasa seperti tertusuk sesuatu.

"Omo, kau tidak apa-apa, Nak?"

Changmin sedikit meringis saat seseorang meremas bahunya yang nyeri. Tetapi ia tetap berusaha tersenyum dan mendongak. Seorang pria menatapnya cemas.

"Gwaenchanseupnida (tidak apa-apa), ahjussi." Pandangan Changmin beralih ke sesosok anak laki-laki yang menatapnya dari balik bahu pria di hadapannya. Changmin terhenyak melihat mata itu. Mata yang dipenuhi kemarahan namun juga ada air mata di sekitarnya. Changmin bisa merasakan apa yang dirasakan anak itu. Sakit dan tidak terima atas kondisinya sendiri. Pandangan yang dimiliki sebagian besar pasien yang ia kenal di rumah sakit ini. Tangan kanannya berbalut gips tebal dan sepertinya tidak bisa digerakkan.

"Benar kau tidak apa-apa?" tanya pria paruh baya itu. Alis Changmin mendadak mengernyit, namun ia masih tersenyum dan kembali menatap orang di hadapannya.

"Tidak apa-apa."

Baru saja pria itu hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba beberapa orang perawat membuka lebar pintu di samping Changmin. Dua orang perawat segera menghampiri anak laki-laki di tempat tidur, disusul dengan pria paruh baya yang segera meninggalkan Changmin begitu saja. Sedangkan seorang perawat pria mematung di belakang Changmin.

"Changmin-ah, apa yang kau lakukan di sini?" Sungmin menunduk memandangi bocah kecil itu. "Kembalilah ke kamarmu, di sini agak sedikit parah."

Changmin mengangguk dan segera pergi menuju kamarnya. Sayangnya Sungmin tidak menyadari ada sedikit ekspresi menahan sakit yang tampak di wajah Changmin. Ia hanya bergegas membantu kedua rekannya untuk menenangkan pasien baru mereka yang masuk semalam.

---

Memar kemerahan di bahu kanan Changmin telah berubah menjadi ungu. Changmin menyadarinya saat ia membuka atasan piyama yang ia pakai dan melihat bayangannya di cermin kamar mandi. Beberapa kali anak itu terjatuh dalam perjalanan menuju kamarnya. Nafas Changmin yang mulai terengah-engah membuat jarak dua puluh meter saja seolah menjadi ratusan meter.

Sampai akhirnya Changmin bersandar di bawah wastafel. Tubuhnya terasa sangat lemas. Changmin sadar ia sedang berada dalam bahaya. Lemparan tadi pasti mengakibatkan pendarahan dalam tubuhnya. Pada saat-saat seperti ini ia tahu seharusnya ia menekan tombol merah di dekat tempat tidurnya untuk memanggil para dokter ataupun perawat yang sedang berjaga. Tetapi jangankan melakukannya, ia bahkan tidak punya kekuatan yang tersisa untuk kembali ke kamarnya sendiri.

Di tengah kesadarannya yang semakin lama semakin menipis, samar-samar ia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya. Dan ia tidak ingat apapun lagi setelah itu.

 


 

Sorry for the lame update >< hope you all enjoy it ^^ read and comments please :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LintangKinantZ
Prepare a new story :)

Comments

You must be logged in to comment
MaxRen13 #1
Chapter 5: Apa ff ini prnah ada di ffn? Aku serasa prnah baca..
Lanjutin ya.. Please..
LintangKinantZ #2
Ya ampun... Berapa tahun saya nggak buka FF ini?

Maafkan... Saya lanjutin kisah Changmin dan Yunho, apa kira2 masih ada yg mau baca ya?
Zheeda #3
Chapter 2: chapter 5:changmiin....nasibmu nak....

yg di ffn juga nyampe' sini kan?udah lama nunggu yg di ffn..eh g taunya dsini juga ada...
ini dilanjut kan?pengen tau nasib changmin..penasaran jg sm reaksi yuno hyung..TT
pimprime #4
ya ampun... fic ini diposting d aff jg toh, baru nemu.
lama bgt nunggu update-an fic ini d ffn. masih mau dilanjut atau tidakkah fic ini? suka bgt sm ceritanya.
keyhobbs
#5
Chapter 5: ahh...changmin,jangan sampe kenapa-napa dong, well aku new reader hehe, aku suka bnget fanfic ini, soalnya latarnya tentang kedokteran gitu,jadi d tunggu bnget ya update nya^^