5: Puzzle

Memories of My Little Brother

=========

MEMORIES OF MY LITTLE BROTHER
CHAPTER #5: PUZZLE

=========

 

"Oh, kau bocah yang waktu itu kan?"

Changmin baru beberapa langkah menuju kamar tetangganya saat seseorang keluar dari kamar itu dan menyapanya. Ia ingat pernah bertemu dengan pemuda ini saat pasien tetangga barunya mengamuk,beberapa waktu sebelum ia sendiri anfal.

"Oh, annyeonghaseyo ahjussi." Changmin membungkuk sopan pada pemuda di depannya. Pemuda itu tertawa pelan sembari menghampiri Changmin.

"Jangan panggil aku ahjussi. Siapa namamu?"

"Shim Changmin imnida," jawab Changmin dengan senyum lebar. Jungmo, pemuda di hadapannya jadi ikut tersenyum melihat wajah polos Changmin.

"Kau baik-baik saja? Aku minta maaf karena kau terkena lemparan saat Yunho mengamuk waktu itu." Jungmo berjongkok di depan Changmin. "Apakah ada yang terluka?"

Changmin menggeleng cepat. "Aniyo ahjussi, aku baik-baik saja."

Jungmo tersenyum lega, tangannya bergerak mengusap rambut Changmin yang tersisir rapi.

"Kau mau ke mana?"

"Aku mau mengunjungi tetangga baruku. Oh ya, anak yang dirawat di kamar dimana ahjussi baru keluar ini," Changmin menunjuk kamar Yunho. Jungmo mengangkat alisnya heran

"Kau mau mengunjungi Yunho? Wae?" (Kenapa?)

"Aku bosan di kamar, jadi aku mau mengajaknya bermain bersamaku.," jawab Changmin ringan.

"Ah... Begitu. Tapi sepertinya dia tidak suka bermain," ucap Jungmo sedih.

"Waeyo?"

Jungmo memandang Changmin sebentar sebelum menjawab. "Beberapa hari yang lalu dia mengalami kecelakaan hingga tangan kanannya patah dan harus digips. Karena itu dia agak uring-uringan karena tidak bisa melukis."

Changmin ber-oohh pelan setelah mendengar perkataan Jungmo. "Dia suka melukis?"

"Sangat."

Changmin berpikir sejenak. Salah satu pasien yang ia kenal dulu juga pernah kehilangan tangan kanannya karena kecelakaan dan tterpaksa hidup dengan satu tangan sebelum pasien itu keluar dan dirawat di luar negeri. Kalau pasien yang ini juga akan pergi keluar negeri, hilanglah kesempatannya untuk menambah satu orang teman lagi. Mungkin ada sesuatu...

"... yang bisa aku lakukan."

"Ne?"

Changmin mendongak ke arah Jungmo. Kedua matanya bersinar, khas dirinya jika mendapat ide untuk melakukan sesuatu.

"Apa ahjussi mau pergi?" tanyanya dengan semangat. Jungmo heran mendengarnya, tapi ia jawab juga pertanyan itu.

"Oh, aku harus mengambil beberapa baju dan makanan untuk Yunho."

"Kalau begitu biar aku yang menemaninya hari ini. Aku sedang tidak ada kegiatan kok."

Jungmo mendengus geli mendengar jawaban dari Changmin. Rasanya seperti seorang pejabat yang menawarkan diri membantu rekan kerjanya karena pekerjaannya sendiri sudah selesai. Ia usap rambut Changmin gemas hingga sedikit berantakan, menimbulkan erangan protes dari pasien kecil di depannya.

"Arrasseo (baiklah), kalau begitu kutinggalkan Yunho bersamamu. Jangan bertengkar, ne?" Jungmo berdiri dan mengibaskan debu ci lututnya sebelum berjalan meninggalkan Changmin. Tapi sebelum itu ia sempat berbalik dan berkata,

"Ah cham, sekali lagi aku katakan jangan panggil aku ahjussi."

---

Yunho hampir tidak percaya melihat ribuan potong puzzle di hadapannya. Sepertinya ia tidak akan sanggup menyelesaikan puzzle itu seumur hidupnya!

“Kau memintaku menyelesaikan ini?” Ia memandang hampa pada Changmin yang mengangguk dengan penuh semangat. “Semuanya?”

Oh!”

Yunho mengukur benda kotak itu dalam hati. Setidaknya ada dua meter panjang setiap sisi segiempat itu, ditambah lagi dengan setumpuk potongan puzzle yang belum diselesaikan oleh tetangga barunya itu. Hanya beberapa bagian di sudut-sudutnya saja yang sudah terpasang rapi.

“Jungsoo ssaem membuatkannya untukku sebagai hadiah ulang tahun bulan lalu. Katanya ini gambar foto-fotoku, tapi aku tidak bisa menangkap bagiannya.” Changmin memandangi puzzle itu dengan kepala sedikit miring. Kemudian ia menoleh kepada Yunho, sebuah senyum riang muncul di wajahnya.

Hyung, kau bisa membantuku memasangnya? Kau cukup memakai tangan kirimu sebagai tangan ketiga untukku. Heechul ssaem menantangku untuk menyelesaikannya sebelum aku pulang,” Changmin mendengus sebelum melanjutkan kalimatnya, “sebelum ini aku hampir menyerah. Tapi hyung bisa membantuku kan? Kita bisa memasang semua puzzle ini bahkan sebelum hyung keluar dari rumah sakit!”

Ada sesuatu dalam kalimat yang Changmin ucapkan yang membuat hati Yunho merasa aneh. Ia bukan anak yang mudah akrab dengan siapapun. Bahkan terkadang Jungmo, kakaknya saja tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya. Namun kali ini entah mengapa Yunho ingin mengabulkan permintaan anak kecil yang baru ia lihat beberapa  minggu saja.

"Kenapa harus aku yang keluar lebih dulu?" Yunho menyembunyikan rasa penasarannya dengan mengganti arah obrolan mereka.

"Kan hyung harus terus melukis, makanya hyung harus cepat-cepat keluar dari sini. Karena itu puzzle ini harus kita selesaikan secepatnya!"

Changmin langsung duduk di hadapan puzzle raksasa itu dan memilah setiap potongan yang menurutnya paling mudah untuk ditempelkan. Awalnya Yunho hanya memandangi bocah itu tanpa minat. Disandarkannya tubuhnya di sisi tempat tidur Changmin tanpa ikut membantu. Sementara Changmin masih asyik dengan usahanya menyelesaikan puzzle itu. Tapi sejurus kemudian ia teringat jawaban Changmin barusan.

"Dari mana kau tahu aku melukis?"

Pertanyaan Yunho yang mengandung unsur curiga membuat Changmin menghentikan aktivitasnya. Dengan hati-hati ia mengangkat kepalanya untuk memandang Yunho.

"Eh..."

"Apa Jungmo hyung yang memberitahumu?"

"Aniyo, aku hanya melihatnya." Changmin cepat-cepat menutup mulutnya dengan kedua tangan setelah menjawab Yunho. Sementara Yunho hanya menatapnya tak paham.

"Melihat apa?"

Changmin memandang Yunho takut, menimbang-nimbang apakah nanti Yunho akan marah atau tidak, sebelum menurunkan tangannya perlahan.

"Melihat tangan hyung."

"Apa?"

Changmin menunjuk tangan kiri Yunho. Tepatnya ke arah bekas bundar di pangkal ibu jarinya. "Ada lekukan di sana. Kupikir itu bekas luka atau apa. Tapi setelah waktu itu aku melihat hyung di ruang bermain hanya memandangi anak-anak yang menggambar, aku tahu hyung suka sekali menggambar. Mungkin itu bekas palet yang selalu hyung pegang di tangan kirimu. Saat hyung marah di kamar itu juga karena hyung tidak bisa melukis lagi kan?"

Yunho mengamati tangan kirinya yang tidak diperban. Ia malah baru sadar ada bekas palet cat lukis yang tertera jelas di pangkal ibu jarinya sendiri. Mungkin karena hampir setiap hari ia melukis tanpa kenal waktu. Tidak hanya dengan cat, namun juga dengan pensil dan krayon.

"Ah..." Yunho menggaruk kepalanya dengan tangan kirinya yang tidak terbalut gips. "Kupikir Jungmo hyung bicara banyak padamu. Ne, aku memang suka melukis."

"Kau bisa melukis apa?"

"Beberapa ini, dan itu." Yunho menjawab, enggan untuk bicara lebih banyak tentang hobinya. Sebenarnya bukan suka, tapi ia sangat mencintai kegiatan melukisnya. Banyak sekali yang sudah ia gambar dengan kanvas maupun pena. Di usianya yang baru delapan tahun ia sudah meraih beberapa penghargaan lomba menggambar di Seoul.

Changmin kembali mengambil potongan puzzle lain, namun gerakannya terhenti. Mendadak matanya melebar dan menoleh.

"Kau bisa menggambar diriku, hyung?"

"Apa?"

Changmin melempar potongan yang ia pegang begitu saja. "Kalau tanganmu sembuh nanti, gambar aku!" Suara nyaringnya terdengar bersemangat dengan ide dadakan yang baru lima detik lalu ia dapatkan. Namun Yunho justru bereaksi sebaliknya. Ia hanya memandangi tangan kanannya dan mendesah.

"Aku tidak bisa menggambar lagi," desisnya sangat perlahan.

"Ne?"

"Aku tidak bisa menggambar lagi!" Yunho berseru kesal membuat Changmin sedikit berjengit. "Tanganku tidak bisa digerakkan lagi! Aku tidak akan bisa menggambar apapun, jadi kubur saja keinginanmu dalam-dalam. Memegang sendok saja aku tidak bisa!"

Changmin terdiam selama beberapa detik. Ia tahu persis bagaimana perasaan Yunho sekarang. Perasaan itu pernah ia dapatkan saat Youngwoon ahjussi memberitahu dirinya tentang penyakitnya dan larangan-larangan yang diterapkan padanya demi keselamatan dirinya sendiri. Juga ancaman bahwa ia bisa saja tidak berulang tahun berikutnya. Changmin tahu persis rasanya putus asa dan frustasi.

Dengan pelan telunjuknya menyentuh ibu jari tangan kanan Yunho, berharap si empunya tidak merasa sakit.

"Hey ibu jari, bisakah kau katakan pada semua bagian tangan kanan Yunho hyung? Changmin telah memberikan sebagian semangat dan energinya padamu, jadi sebarkan mereka ke seluruh bagian tangan kananmu dan buat mereka lebih cepat untuk sembuh!"

Yunho memandang tingkah laku Changmin yang menurutnya tidak masuk akal, tapi ia diamkan saja. Sementara Changmin langsung tersenyum lebar dan mendongak kepada Yunho.

"Nah hyung, sekarang tanganmu akan jauuuuuuh lebih cepat sembuh karena aku telah mentransfer sebagian energiku ke tangan kananmu. Jadi jangan khawatir, kau akan bisa melukis lagi dalam waktu dekat!"

Suara Changmin yang sangat bersemangat tidak membuat rasa apatis Yunho hilang, namun ia masih tersenyum tipis sebagai bentuk rasa terima kasihnya bada bocah kecil ini. Changmin kembali menatap tumpukan potongan puzzle nya. Tapi sebelum lanjut ia masih sempat menyeletuk tak acuh,

"Oh, dan Jungmo ahjussi juga bercerita padaku tentang hyung yang suka melukis."

"Mwo?" (Apa?)

---

Yunho mendengus saat melihat Changmin bergelung dengan selimut dan boneka Mickey Mouse kesayangannya. Tadi saja dengan penuh semangat ia meminta Yunho untuk menemaninya (membantunya) menyelesaikan puzzle ini, tapi nyatanya hal itu tidak berlangsung lama. baru setengah jam ia duduk Changmin sudah tertidur bersandar di bahu Yunho. Bocah yang lebih tua itu terpaksa membatu selama setengah jam sebelum Jungmo datang dan memindahkan tubuh kurus Changmin ke tempat tidurnya.

 

"Kau masih mau di sini?" tanya Jungmo setelah membenahi posisi selimut Changmin. Sama seperti Yunho, ia juga merasa cepat akrab dengan bocah kecil nan jangkung itu meskipun baru beberapa kali bertemu. Sikapnya mengingatkan Jungmo pada dirinya waktu kecil; sama-sama jahil dan tidak bisa diam.

Yunho duduk mencangkung di sebelah meja mainan Changmin, matanya kembali terpaku pada puzzle di hadapannya.

"Ne hyung," ucapnya tanpa memandang Jungmo. Kakaknya menghampiri dan duduk di sebelahnya.

"Apa itu?" Jungmo ikut menunduk.

"Changmin bilang ini foto-fotonya. Dia memintaku membantu menyelesaikannya sebelum aku keluar dari rumah sakit."

"Aahh... Begitu?"

Jungmo mengamati puzzle besar itu. Yunho meliriknya sekilas sebelum berkomentar. "Tidak usah memaksa, aku tahu kau benci hal-hal seperti ini."

Kalimat itu sukses membuat Jungmo tertawa. Ia memang tidak terlalu suka dihadapkan pada hal-hal yang menurutnya terlalu sulit dipikir, ia lebih suka mengambil jalan sederhana untuk menyelesaikan masalahnya. Karena itu Jungmo melepas kuliah bisnis yang diwajibkan kedua orangtuanya dan beralih ke jurusan seni.

"Memangnya kenapa ia memintamu?" tanya sang kakak. Yunho hanya mengangkat bahunya tak acuh, lalu memindahkan sebuah potongan puzzle yang bisa ia pasang. Pandangan Jungmo beralih pada Changmin yang tertidur pulas di seberangnya.

"Dia anak yang lucu..."

---

Suara kucuran air mengusik alam bawah sadar Yunho. Beberapa kali ia mengerang dan menggeliat sebelum membuka matanya. Sejenak ia berusaha mengingat apa yang terjadi, sebelum sadar ia sudah berada di kamarnya sendiri. Baru setelah ia duduk di tempat tidurnya ia ingat bahwa tadinya ia ada di kamar Changmin, berkutat dengan potongan bongkar pasang yang terasa takkan berakhir.

"Oh, kau sudah bangun Yun?"

Jungmo keluar dari kamar mandi dan menghampirinya.

"Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Yunho heran.

"Kau tertidur saat aku keluar mengambil buku kuliahku. Aku terpaksa mengangkatmu karena tempat tidur Changmin sudah tak berbentuk akibat bocah itu terus bergerak dalam tidurnya."

"Ah..."

Yunho menoleh dan terkejut saat melihat jarum pendek di jam dindingnya mendekati angka enam. Jadi ia sudah tertidur selama tiga jam! Ini rekor tidur siang terlamanya sejak ia dirawat di rumah sakit ini. Biasanya Yunho hanya bisa tidur paling lama satu jam sebelum terbangun dengan panik karena mimpinya yang tidak terlalu bagus.

"Yunho-ya, hyung harus menemui dosen sebentar. Apakah tidak apa-apa jika kau kutinggal sebentar?" Jungmo memandangi adiknya ragu-ragu. Salahkan dosen pembimbingnya yang mengancam tidak akan meluluskan tugas akhir Jungmo jika ia tidak menemuinya hari ini juga. Ia bahkan nyaris mengumpat saat sang dosen memberi isyarat bahwa ia hanya memberi waktu selama satu bulan untuk tugas akhir Jungmo dan tidak akan memperpanjang waktu pengerjaannya. Meskipun Jungmo sudah menjelaskan bahwa ia harus menjaga adiknya yang sedang dirawat di rumah sakit, namun rupanya dosen itu tidak terlalu peduli. Kalau bukan karena ingin cepat-cepat mengakhiri kuliahnya Jungmo tidak akan sudi meninggalkan Yunho sendirian.

Yunho mendongak heran. "Eodiyo?" (Kemana)

"Hyung harus menemui dosen pembimbing. Hanya sebentar, paling lama dua jam. Bolehkah?"

Bocah kecil itu berpikir sebentar sebelum mengangguk perlahan. Jungmo menarik napas lega.

"Gomawo nae dongsaeng (terima kasih adikku), nanti aku akan membelikanmu vanilla cake kesukaanmu." Jungmo mengacak-acak rambut Yunho dengan penuh rasa sayang, senang ia bisa mengerti kesibukan kakaknya.

Hampir dua jam berlalu dan Yunho sudah merasa bosan sejak sejam sebelumnya. Ia hanya mengganti-ganti channel TV, memainkan PC Tablet milik Jungmo yang ia tinggalkan, dan membaca komik yang Jungmo bawakan dari rumah. Namun itu semua tidak bisa menghilangkan rasa suntuknya berada di kamar terus menerus sendirian.

Tiba-tiba ia teringat pada bocah kurus tinggi yang tinggal dua kamar dari tempatnya berada. Setelah berjuang keras turun dari tempat tidur tanpa menyenggol selang infusnya, Yunho berjalan menuju kamar Changmin. Tapi baru beberapa langkah sebelum mencapainya Yunho bisa mendengar kegaduhan di dalam kamar bocah kecil itu.

"Naikkan level oksigennya!"

"Berikan suntikan ephinephrine!"

"Ambil sediaan darah lagi untuknya!"

Yunho mencoba untuk mereka-reka apa yang terjadi dengan Changmin di dalam. Tentunya itu bukan hal yang baik jika mendengar urgensi dan kepanikan yang tersirat jelas dari suara-suara di dalam. Dan Yunho sangat terkejut saat mengintip dari balik pintu yang setengah terbuka.

Beberapa titik bekas darah tampak jelas di lantai dekat tempat tidur Changmin. Sementara tubuhnya mengalami kejang yang sangat hebat. Mata yang Yunho lihat selalu berkilat riang kali ini terpejam rapat, wajahnya menampakkan ekspresi kesakitan yang jelas. Darah tak berhenti mengalir dari hidung dan mulutnya. Yunho bisa mendengar jelas erangan lirih Changmin diantara semua keributan itu. Bocah itu pasti merasakan sakit yang teramat sangat. Entah bagian tubuh mana yang bermasalah, yang jelas Yunho tahu kondisi Changmin sedang dalam bahaya. Berbagai macam selang dan kabel terhubung pada tubuh kurus Changmin yang tidak berdaya.

"Changmin.."

Suara Yunho membuat semua orang di dalam ruangan itu tersadar akan keberadaannya. Sungmin, salah satu residen yang terlibat dalam kekacauan itu segera menghampiri Yunho tergesa-gesa.

"Yunho-ya, sebaiknya kau kembali ke kamarmu." Sungmin mencoba menuntun Yunho namun anak itu menolaknya.

"Apa yang terjadi dengan Changmin?"

Sungmin menoleh sekilas. Dokter Kim Heechul dan Dokter Park Jungsoo sedang berjibaku mempertahankan Changmin agar bisa selamat malam ini.

"Nanti akan kujelaskan. Sekarang kembalilah ke kamarmu," desaknya cemas. Ia tidak mau Yunho melihat Changmin dalam kondisi seperti sekarang. Sungmin khawatir itu bisa menimbulkan dampak psikologis bagi Yunho.

Dengan terpaksa Yunho mengikuti Sungmin. Langkahnya sangat berat saat meninggalkan kamar Changmin. Ada perasaan mengganjal dalam hatinya, ia ingin berada di samping bocah kurus itu...

 


 

Miaaaaaaaannnnnnn, neomu neomu mianhapnida for sooo late update! *90 degrees bow* I was to busy with my final asignment and my freelance job. But now my assignment han dooone! From now on, I'll update this story soon as possible. Sorry for your long-wait update ><

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LintangKinantZ
Prepare a new story :)

Comments

You must be logged in to comment
MaxRen13 #1
Chapter 5: Apa ff ini prnah ada di ffn? Aku serasa prnah baca..
Lanjutin ya.. Please..
LintangKinantZ #2
Ya ampun... Berapa tahun saya nggak buka FF ini?

Maafkan... Saya lanjutin kisah Changmin dan Yunho, apa kira2 masih ada yg mau baca ya?
Zheeda #3
Chapter 2: chapter 5:changmiin....nasibmu nak....

yg di ffn juga nyampe' sini kan?udah lama nunggu yg di ffn..eh g taunya dsini juga ada...
ini dilanjut kan?pengen tau nasib changmin..penasaran jg sm reaksi yuno hyung..TT
pimprime #4
ya ampun... fic ini diposting d aff jg toh, baru nemu.
lama bgt nunggu update-an fic ini d ffn. masih mau dilanjut atau tidakkah fic ini? suka bgt sm ceritanya.
keyhobbs
#5
Chapter 5: ahh...changmin,jangan sampe kenapa-napa dong, well aku new reader hehe, aku suka bnget fanfic ini, soalnya latarnya tentang kedokteran gitu,jadi d tunggu bnget ya update nya^^