3: Jung Yunho

Memories of My Little Brother

=========

MEMORIES OF MY LITTLE BROTHER
CHAPTER #3: JUNG YUNHO

=========

 

Yunho membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Seluruh badannya terasa sakit seperti baru saja tertabrak mobil.

Tunggu... Ia memang baru saja tertabrak mobil!

Yunho tersentak mengingat kejadian yang ia alami. Mobil yang melaju kencang menuju arahnya yang sedang menyeberang jalan... dan rasa sakit yang muncul saat ia berusaha menahan mobil itu dengan kedua tangannya... seseorang yang meneriakkan namanya sebelum kegelapan menguasainya.

"Yunho-ya..." Yunho bisa merasakan seseorang menyentuh rambutnya dan mengusapnya pelan. "Kau bisa melihatku?"

Sekali lagi Yunho mengerjap dan baru menyadari ada seseorang yang duduk di samping tempatnya berbaring sekarang.

"Jungmo hyung..."

Jungmo tersenyum mendengar suara lirih adiknya dari balik masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya. "Aku senang kau sudah bangun." Ia meletakkan buku diktatnya yang sejak tadi ia baca di dekat bantal dan membelai surai ikal adiknya.

"Apa yang terjadi...?"

"Kau mengalami kecelakaan, sebuah mobil menabrakmu kemarin malam." Jungmo mendekat. " Apa ada yang sakit?" tanyanya cemas setelah mengamati raut wajah Yunho yang terlihat tidak nyaman.

Yunho mencoba mengecek kondisinya sendiri. Hampir setiap sentimeter badannya terasa nyeri, tapi ada satu... tidak, dua bagian tubuhnya yang paling sakit saat ia mencoba menggerakkannya. Pandangan anak berusia delapan tahun itu terarah pada lengan dan pergelangan tangan kanannya.

"Tanganku..."

Jungmo berusaha menyembunyikan raut wajahnya yang menampakkan kesedihan di depan Yunho tapi rupanya Yunho sudah menyadari hal itu.

"Hyung, tanganku kenapa?" tanyanya.

Jungmo mencoba tersenyum namun yang muncul hanyalah sebentuk senyum pahit. "Yunho... Tanganmu mengalami luka serius di bagian pergelangan dan lengan bawahnya. Dokter bilang lenganmu patah dan harus digips selama beberapa bulan, sedangkan pergelangan tanganmu akan sulit digerakkan dalam waktu yang cukup lama. Tapi kau tidak perlu cemas, tanganmu akan kem..."

"Tanganku patah?" Yunho memotong kalimat Jungmo. "Maksud hyung tanganku patah di dua bagian? Juga pergelanganku?"

Hati Jungmo seperti tersayat mendengar kalimat bernada perih yang keluar dari bibir adiknya. "Yunho-ya...  Kau akan baik-baik saja."

"Aku tidak bisa melukis lagi?" Yunho mencoba bangun dengan menggunakan tangan kirinya. Matanya masih menatap tangan kanannya yang dibalut gips tebal. Setetes air meluncur dari manik matanya saat ia sadar tangan kanannya tidak akan bisa digunakan lagi, dalam waktu yang sangat lama.

"Yunho-ya..." Jungmo berusaha menenangkan Yunho yang mulai menangis. "Gwaenchanha, saeng, gwaenchanha..."

"Bagaimana kau bisa mengatakan baik-baik saja hyung? Aku tidak bisa menggerakkan tanganku..."

Isak keras keluar dari mulut Yunho. Jungmo mengambil segelas air yang diletakkan di samping tempat tidur Yunho dan berniat memberikannya pada adik angkatnya itu. Namun bukannya menerima,Yunho justru meraih gelas itu dengan tangan kanannya yang terluka, mengakibatkan gelas itu jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. Air mata Yunho semakin mengalir deras.

"Kenapa aku tidak bisa memegangnya?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri. Sekali lagi Yunho berusaha mengambil gelas kedua yang ada di meja di sampingnya namun lagi-lagi gelas itu hanya tersenggol dan pecah. Jungmo menahan tangan Yunho agar tidak memperparah luka yang ada.

"Yunho-ya, hentikan, kau bisa melukai tanganmu," ucap Jungmo tegas. Yunho tetap memaksa untuk mencoba mengambil sesuatu dengan tangan kanannya yang mati-matian ditahan oleh lengan Jungmo. Marah dan kesal akan paksaan Jungmo, Yunho malah mengambil diktat tebal milik kakaknya dan melemparkannya ke seberang ruangan dengan tangan kirinya.

"Aku tidak mau! Aku tidak mau memiliki tangan yang tidak berdaya ini!"

Teriakan Yunho, serta energi yang entah dari mana tiba-tiba ia dapatkan, membuat Jungmo kewalahan menahan gerakan Yunho yang membabi buta.

"Yunho-ya, hentikan! Kau bisa terluka!" seru Jungmo keras. Ia berusaha meraih tombol merah dengan tangan kirinya untuk memanggil dokter sementara tangan kanannya memegangi tubuh Yunho yang semakin meronta protes sembari menjaga agar tangannya sendiri tidak membuat kondisi tangan kanan Yunho semakin parah.

"Aku tidak peduli! Tangan ini sudah tidak berguna lagi!"

"Yunho-ya!"

Tangan kiri Yunho yang terlepas dari cengkeraman Jungmo kembali melempar kotak peralatan tulis Jungmo dan mengenai pintu kamarnya. Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh Jungmo hingga terlepas dari tubuhnya sendiri lantas langsung meraih botol air minum milik Jungmo. Sekali lagi melemparkannya untuk mengeluarkan rasa frustasi dari dalam dadanya. Ia tidak sadar pintu kamarnya telah terbuka sampai botol itu mengenai seorang anak kecil yang berdiri di sana.

Jungmo pun tidak menyadari ada seseorang di depan ruangan itu sampai ia berhasil menekan tombol merah di samping ranjang dan menoleh ke arah pintu. Ia terkejut menemukan anak seumuran Yunho tengah berdiri memandangi botol minumnya yang tergeletak di dekat kakinya.

"Omo, kau tidak apa-apa, Nak?" Jungmo segera menghampiri anak itu. Tanpa sadar ia memegang bahu kanan anak itu terlalu erat sampai anak itu mendesis kesakitan. Spontan saja Jungmo melepaskan genggamannya. Ia khawatir energinya yang berlebihan akibat menahan tenaga Yunho tersalurkan pada anak yang tidak bersalah ini. Namun ia sedikit lega melihat anak itu tersenyum dan mendongak kepadanya.

"Gwaenchanseupnida (tidak apa-apa), ahjussi." Suaranya terdengar merdu meskipun Jungmo tahu ia menahan sakit. Botol itu terisi air nyaris penuh, jika benar-benar membentur bahunya maka rasanya akan cukup menyakitkan. Sekilas Jungmo melihatnya memandangi Yunho di belakangnya dengan pandangan aneh, seperti... terluka?

"Benar kau tidak apa-apa?" tanyanya sekali lagi. Mata bening itu kembali menatapnya dan tersenyum tipis.

"Tidak apa-apa."

Jungmo menarik nafas lega. Sejenak kemudian beberapa orang perawat mendekat dan memasuki kamar ini. Langsung saja Jungmo menuju ke arah Yunho, memastikan Yunho mendapat penanganan serius. Ia masih memberontak selama beberapa saat sampai seorang residen terpaksa menyuntikkan obat penenang padanya. Jungmo mendesah pelan dan mengucapkan terima kasih kepada para perawat itu sebelum mereka meninggalkan kamar. Ia baru saja membenahi letak selimut Yunho yang berantakan ketika tiba-tiba teringat anak kecil yang berdiri di depan kamar tadi. Sayangnya Jungmo terlalu cemas pada adiknya sehingga saat ia menoleh sekarang, anak itu sudah menghilang.

"Semoga dia baik-baik saja...," ujarnya pelan sebelum mengembalikan barang-barang yang dilempar Yunho saat mengamuk tadi.

---

Yunho bisa menerima dengan baik penjelasan dari Dokter Ahn tentang kondisi tangannya yang tidak bisa digerakkan secara normal untuk waktu yang tidak pendek. Terlalu baik malah. Yunho hanya mendengarkan penjelasan itu tanpa komentar apapun keluar dari mulutnya. Menurut Dokter Ahn, gipsnya baru bisa dibuka setelah tulangnya kembali menyatu kira-kira dua bulan, dan selanjutnya dengan terapi secara rutin ia bisa menggerakkan tangannya lagi kira-kira setelah tiga sampai empat bulan. Mungkin bisa lebih cepat karena usia Yunho yang masih dalam masa pertumbuhan jadi proses pertumbuhannya pun lebih cepat. Selama itu mungkin Yunho tidak bisa menggunakan tangannya untuk melakukan kegiatan apapun, termasuk melukis.

Jungmo tahu benar adiknya tidak bisa dilepaskan dari kegiatan melukisnya. Walaupun umurnya baru delapan tahun, Yunho sudah bisa melukis dengan cukup jago. Ia mampu menggoreskan tinta dari kuasnya dengan apik. Ia juga bisa menggambar dengan pena dan pensil di atas kertas. Membayangkan Yunho tanpa melukis sama saja membayangkan Girls' Generation joget dangdut. Mustahil.

Setelah satu minggu dirawat, Yunho justru mengalami penurunan berat badan. Ia menolak siapapun untuk membantunya makan dan menggunakan tangannya sendiri. Makananpun tidak dihabiskannya semua. Seringkali ia membutuhkan waktu lama untuk menghabiskan separuh mangkuk nasi dan membiarkan sisanya tetap di tempatnya. Pasalnya jari-jari tangan kanannya masih belum bisa ia gunakan untuk memegang benda apapun.

Sama halnya dengan hari ini. Sooyoung hanya memandang Yunho yang berusaha keras menggenggam sendok di tangan kanannya. Sebersit rasa iba menyeruak dalam hatinya tatkala untuk kesekian kalinya sendok itu terjatuh ke meja di atas kaki Yunho. Jungmopun demikian. Ia hanya bisa memandangi adiknya dari sudut kamar tanpa bisa melakukan apapun. Ia tahu tidak ada yang bisa menghentikan kemauan Yunho kalau bocah itu sudah berbuat sesuatu.

Setelah hampir satu jam Yunho meletakkan sendok yang sejak tadi ia pegang dan bersandar di bantalnya. Sooyoung mencoba tersenyum sembari membereskan peralatan makan yang ia gunakan.

"Setelah ini, kau mau ikut denganku ke ruang bermain? Kau bisa berkenalan dengan anak-anak sebayamu dan bermain bersama. Ada banyak mainan di sana."

Yunho menggeleng. "Aku tidak butuh teman," ucapnya dingin.

Jungmo mendekat ke ranjang Yunho dan duduk di sampingnya. Tangannya mengusap lembut surai kecoklatan adiknya. "Kau mungkin tidak butuh teman, tapi kau butuh pergantian suasana. Kan tidak mungkin kau menghabiskan waktumu seterusnya dalam ruangan ini."

Yunho berpikir sejenak. Tujuh hari dirawat di rumah sakit ini ia memang belum pernah keluar dari kamarnya. Selama ini yang ia lakukan hanyalah diam di ranjangnya, mengutuk tangan kanannya yang tidak bisa digerakkan sama sekali. Mungkin pemandangan di luar lebih menyenangkan dibanding ruangan serba putih dengan beberapa wall sticker yang tertempel di sana.

Sooyoung mendorong sebuah kursi roda dari sudut kamar dan tersenyum saat melihat Yunho mulai merangkak berpindah dari tempat tidurnya. Ia memandang Jungmo, mencoba minta izin dari sang kakak, yang dibalas dengan anggukan samar darinya. Isyarat mengiyakan sekaligus ucapan terima kasih tanpa kata.

---

Yunho segera menyesali keputusannya menerima ajakan Perawat Sooyoung.

Ruang bermain itu terletak di dekat resepsionis bangsal anak, cukup luas dengan dinding berwarna pastel yang ditempeli banyak wall sticker dan poster. Salah satu sisinya terpasang banyak foto anak-anak, sepertinya pasien yang pernah dirawat di sana dan bermain di ruangan ini. Terdapat sebuah rumah labirin mini dengan seluncur pendek di bawahnya. Di sudut lain ada sebuah lemari yang terbuka, menunjukkan beberapa kotak putih berisi berbagai macam mainan yang tertata rapi. Ada juga meja dan beberapa bangku kecil yang sedang ditempati beberapa anak kecil. Pakaian mereka sama, piyama khas rumah sakit, menunjukkan bahwa mereka adalah pasien rumah sakit ini.

Sooyoung mendorong kursi roda Yunho hingga ke tengah ruangan.

"Anak-anak, coba perhatikan di sini!"

Seruan Sooyoung membuat anak-anak di sana menghentikan aktivitas mereka dan bergegas menghampiri Sooyoung dan Yunho. Tepatnya enam anak yang sepertinya seumuran Yunho berdiri di sekitar kursi roda Yunho, membuat bocah itu sedikit gugup.

"Anak-anak, ini Yunho, teman baru kita. Ucapkan salam, semuanya."

Alis Yunho terangkat kaget mendengar teriakan enam anak itu. Mereka memang hanya berenam tapi suara mereka seperti memenuhi ruangan itu.

"Annyeonghaseyooo, bangapseupnida (senang bertemu denganmu)!"

Yunho hanya bisa menatap cemas pada Jungmo yang bersandar di dinding. Ia hanya bisa tersenyum melihat adiknya yang kebingungan dikelilingi anak-anak sebayanya. Selama ini Yunho memang kurang bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Di sekolahnyapun ia lebih sering menyendiri di kelas, hanya ditemani pensil dan buku sketsa yang selalu ia bawa kemanapun. Ide Yunho dibawa ke ruangan ini mungkin bukan ide yang buruk. Semoga Yunho bisa cepat akrab dan berteman dengan mereka, batin Jungmo.

Sementara itu di depan ruang bermain...

"YOONA NOONA!"

Yoona yang sedang membuka ponselnya di depan pintu terkejut mendengar seruan seseorang. Saat ia berbalik, Changmin sudah berada di depannya dengan kursi roda yang ia kayuh sendiri dengan kedua tangannya.

"Aigoo, Chwangmin, sudah kubilang kau tidak boleh turun dari tempat tidur! Kenapa kau tidak menurut?" Yoona menghampiri bocah itu dan berlutut di hadapannya. Rupanya Changmin tidak memakan makan siangnya sama sekali, tampak dari piring makannya yang masih berisi makanan utuh. Hanya buah stroberinya saja yang sudah hilang. "Dan kenapa kau belum menghabiskan makan siangmu? Katanya kau mau cepat sembuh!"

Meskipun Changmin tampak kesal, ekspresi wajahnya lebih menggemaskan bagi semua dokter dan perawat di sana. Bibirnya mengerucut dan pipinya sedikit menggembung. Tangannya ia letakkan di kedua pinggangnya.

"Aku mau makan kalau Sungmin hyung mengembalikan PC tablet ku!"

Changmin baru sadar kalau PC tablet yang biasa ia mainkan tidak berada di tempat seharusnya. Sejak seminggu yang lalu ia terpaksa menggeletak tak berdaya di tempat tidurnya dan baru hari ini ia bisa mengumpulkan kekuatannya untuk keluar dari kamar. Walaupun ia harus puas dengan kursi roda karena masih belum bisa berjalan dengan kuat.

"PC tablet?" Yoona mengernyitkan dahinya.

"Ne! PC tablet ku tidak ada di kamar. Pasti Sungmin hyung yang memakainya saat aku tidur!" protes Changmin. "Aku akan makan kalau Sungmin hyung sudah mengambalikannya padaku!"

Plak! Rasanya Yoona ingin memukul dahinya sendiri. Sungmin sedang pergi ke rumah sakit lain untuk mengambil materi ujian residennya, dan pawang yang bisa menangani bocah kecil ini alias Dokter Kim Heechul tengah menangani operasi darurat. Kalau Yoona tidak bisa memaksa Changmin makan, hal itu akan membahayakan kesehatan Changmin sendiri. Sebenarnya Changmin belum diizinkan turun dari ranjangnya apalagi keluar kamar.

"Mungkin Heechul ssaem yang memakainya?"

"Aniyo (tidak), kan Heechul ssaem sudah punya sendiri," sanggah Changmin cepat. Yoona menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Eum, begini saja. Aku akan mengizinkanmu bermain di dalam sambil menunggu Sungmin datang, tapi kau tetap harus makan. Lagipula," Yoona mendekatkan kepalanya ke telinga Changmin, "ada yang menarik di dalam."

Changmin menarik kepalanya agar bisa memandang wajah perawat yang sudah ia kenal sejak kecil. "Mwonde (apa itu)?"

"Kau ingat pasien kecelakaan yang datang saat kau baru masuk ke sini? Dia ada di dalam dengan teman-temanmu." Yoona berdiri dan mendorong kursi roda Changmin masuk ke ruang bermain.

Di dalam, Yunho hanya bisa memandang anak-anak lain bermain tanpa bisa ikut diantara mereka. Empat dari enam pasien anak-anak di ruangan itu bermain dengan balok kayu sementara dua lainnya menggambar di papan putih yang terpasang di balik rumah labirin. Yunho mendesah ketika sadar semua itu hanya bisa dimainkan dengan tangan, sementara tangan kanannya saja tidak bisa bergerak normal. Melihat itu Jungmo merasa kasihan pada adik semata wayangnya. Mungkin besok ia bisa meminta perawat untuk memutar video atau membacakan cerita untuk mereka alih-alih bermain sendiri-sendiri.

"Hyung, aku mau kembali ke kamar saja."

Jungmo menunduk saat Yunho menggenggam ujung kausnya dengan tangan kiri. Ia mensejajarkan tubuhnya hingga mata mereka berdua saling menatap.

"Kau ingin menonton film? Aku bisa meminta pada perawat untuk..."

"Aniyo, aku mau istirahat di kamar saja."  Yunho memotong kalimat kakaknya. Ia tidak tahan berada di ruangan ini tanpa bisa melakukan apapun. Yang ia inginkan saat ini hanyalah menyendiri. Jungmo paham perasaan adiknya, karena itu ia memilih untuk tidak berkomentar dan berdiri untuk membawa Yunho kembali ke kamar rawatnya.

Baru beberapa langkah Jungmo mendorong kursi roda Yunho, mereka berpapasan dengan seorang perawat yang juga mendorong kursi roda dengan seorang anak yang duduk di atasnya.

"Oh, Yunho kau sudah mau kembali ke kamarmu?"

Yunho mendongak. Ia baru akan menjawab saat matanya bertemu dengan mata seorang anak yang berada di hadapannya.

"Oh? Neo (kau)?"

Ternyata Changmin yang berpapasan dengan Yunho. Dan ia mengenali sosok yang juga duduk di kursi roda di hadapannya.

"Oh?"

Yunho tahu mata biru yang bening itu. Ia pernah melihatnya saat ia mengamuk kemarin dulu.

Dan cerita mereka dimulai dari sini...

 


 

And the story for this hyung-dongsaeng will begin here. Please anticipate the stories about them!^o^

Oh yeah, comments please :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LintangKinantZ
Prepare a new story :)

Comments

You must be logged in to comment
MaxRen13 #1
Chapter 5: Apa ff ini prnah ada di ffn? Aku serasa prnah baca..
Lanjutin ya.. Please..
LintangKinantZ #2
Ya ampun... Berapa tahun saya nggak buka FF ini?

Maafkan... Saya lanjutin kisah Changmin dan Yunho, apa kira2 masih ada yg mau baca ya?
Zheeda #3
Chapter 2: chapter 5:changmiin....nasibmu nak....

yg di ffn juga nyampe' sini kan?udah lama nunggu yg di ffn..eh g taunya dsini juga ada...
ini dilanjut kan?pengen tau nasib changmin..penasaran jg sm reaksi yuno hyung..TT
pimprime #4
ya ampun... fic ini diposting d aff jg toh, baru nemu.
lama bgt nunggu update-an fic ini d ffn. masih mau dilanjut atau tidakkah fic ini? suka bgt sm ceritanya.
keyhobbs
#5
Chapter 5: ahh...changmin,jangan sampe kenapa-napa dong, well aku new reader hehe, aku suka bnget fanfic ini, soalnya latarnya tentang kedokteran gitu,jadi d tunggu bnget ya update nya^^