Can't hold it anymore

Hello Heartthrob
Please Subscribe to read the full chapter

A painful breakup. A really painful one. Berbicara memang mudah, bahwa kau harus kembali bangkit dan memulai lembaran baru dengan hati yang baru. Tapi tentu semua tak semudah kelihatannya—menghapus memori manusia tak semudah menekan Ctrl+Backspace pada keyboard komputer. Bohong jika seseorang merasa baik-baik saja usai perubahan rutinitas pasca berpisah yang tiba-tiba.

"Oh, Aecha-ya. Kau mencari Minho?" sapa Bomi, front office di kantor Seoul Warriors begitu gadis itu tiba di hadapannya. Aecha merutuk dirinya sendiri mendengar itu.

"Tidak. Aku mencari appa."

"Ah, head coach Go sedang mengevaluasi team junior dengan coach Lee, mungkin sebentar lagi selesai. Beliau melupakan sesuatu lagi?" 

"Ya, appa semakin pelupa akhir-akhir ini." Aecha menghela nafasnya, ia meraih map coklat di tasnya lalu meletakannya di meja front office. "Boleh aku titip dokumen ini padamu, unnie?"

"Kau tidak mau menunggu?"

"Tidak, aku harus ke kampus." bohong Aecha lalu tersenyum. Jujur saja ia jengah lama-lama di sini. Setiap sudutnya mengingatkannya pada Minho dan ia benci hal itu.

"Aecha-ya!" belum sempat Aecha berbalik, sebuah lengan yang melingkar di pundaknya mengagetkan.

"Yah! Kim Jonghyun! Ya Tuhan, kau mengagetkanku!" pekik Aecha, menatap rekan satu team Minho lalu mengurut dadanya. "Kau di sini? Team?"

"Aku hanya mengambil sepatuku di loker." jawab Jonghyun, ia menepuk pundak Aecha. "Aku turut prihatin, ku dengar dari Kris katanya kau dan Minho..." Jonghyun tak melanjutkan kalimatnya. "Ah, sangat disayangkan." lanjut Jonghyun, kini mengacak rambut Aecha.

"Aku baik-baik saja." Aecha tersenyum sarkastik lalu tak lama tampak ayahnya muncul dari lift di sisi ruangan.

Gadis itu berjalan menghampirinya, namun senyumnya segera lenyap melihat sosok yang berjalan di belakang ayahnya. Jonghyun yang entah sejak kapan berdiri di sebelahnya membungkuk memberi salam, sedang Aecha hanya menggigit bibirnya menatap gadis yang menundukkan kepalanya di sebelah ayahnya. Menyadari tatapan tajam Aecha, ayah Aecha membuka suaranya.

"Dia manajer baru team junior. Park Yerim. Ku rasa kau masih mengingatnya. Dia yang dulu tinggal di seberang rumah Jinki dan Minho. Yerim, ku rasa kau sudah tahu siapa Aecha." ucap ayah Aecha seraya menatap kedua gadis itu bergantian. Yerim, dengan segenap keberanian yang dimilikinya mulai mengulurkan tangannya.

"Senang bertemu denganmu lagi, Ae—"

Plak!

Ayunan tangan Aecha yang mendarat di pipi Yerim membuat semuanya sontak terdiam. Ia menamparnya, cukup keras hingga Bomi yang duduk di balik meja front office berdiri dari kursinya lalu membungkam mulutnya. 

"Ae-Aecha..." Jonghyun terperangah. Kedua tangan Aecha mengepal erat menahan ribuan makian yang siap meluncur dari bibirnya. Sedang Yerim, gadis itu masih menunduk dengan rambut yang menjuntai di wajahnya. Pipinya merah padam, pelupuk matanya mulai tergenang tapi ia hanya menggigit erat bibirnya. Yerim sadar bahwa ia pantas menerimanya, tapi ia tak pernah tahu jika Aecha akan menamparnya di hadapan belasan mata official club yang ada di lobi. Baru dua minggu ia bekerja dan kini ia dipermalukan.

~

"Aecha melakukannya? Woah, gadis itu." tanya Jinki ketika Jonghyun datang ke apartmentnya dan menceritakan kejadian yang ia lihat siang tadi. 

"Lalu?" Hyeri yang sedari tadi sibuk menyiapkan minuman di dapur kecil Jinki turut duduk dan bergabung.

"Head coach membawa Aecha ke kantornya, lalu aku tidak tahu lagi." Jonghyun menggelengkan kepalanya, meraih cangkir teh di coffee table lalu menyesapnya perlahan. 

"Bagaimana dengan Yerim?" tanya Minho, pria yang sedari tadi hanya diam di ujung sofa itu akhirnya membuka suaranya. Jonghyun tampak enggan membicarakan gadis yang satu itu, ia hanya mengangkat bahunya.

<
Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet