Breakfast

Hello Heartthrob
Please Subscribe to read the full chapter

“Good morning, sweetheart~” sapa Jinki begitu ia mendapati Hyeri yang tengah memasak di dapur kecil apartmentnya. Hyeri sedikit terperanjat, mangalihkan pandangannya dari apel di tangannya pada Jinki yang masih duduk seraya menguap lebar di sofa tempat Jinki tidur semalam.

“Good morning. Tidurmu nyenyak?”

“Badanku sakit semua. Lain kali aku akan menyusup ke kamar setelah kau tidur.” keluh Jinki seraya berjalan menghampiri Hyeri. Gadis itu hanya tertawa lalu mengulurkan tangannya untuk mengurut bahu Jinki. “Nah~ tepat disitu.” lenguh Jinki seraya merenggangkan punggungnya.

“Dasar pak tua! Bersiap-siaplah selagi aku memasak.” Hyeri tertawa, memukul lengan pria tegap di hadapannya sebelum kembali berbalik memeriksa adonan waffle-nya.

“Aku suka kau di sini.” bisik Jinki, mengecup pipi merah muda Hyeri sebelum ia menghambur menuju kamarnya.

Tak butuh waktu lama untuk Jinki selesai bersiap. Usai mengenakan sabuknya, segera ia berjalan kembali menuju dapur. Aroma manisnya waffle dan segarnya kopi pagi menyambut indera penciumannya. Dengan manis ia duduk di meja makan, memeriksa headline koran digital dari gadget seraya mengancingkan lengan kemejanya.

“Minho tidak pulang?” tanya Hyeri yang tengah mengaduk kopi di cangkir keramik favorit Jinki lalu menyajikannya ke hadapan kekasihnya. Jinki mengangguk lalu meraih cangkir kopinya.

“Jonghyun bilang semalam ia meninggalkan Minho di rumah Aecha.”

“Kau yakin Aecha tidak membuangnya ke jalanan?”

“Tadi aku menelpon Aecha, ia bilang saat ini Minho masih tertidur seperti babi. Ia memintaku menjemput Minho tapi aku sibuk. Lagipula bocah itu juga punya kaki.”

“Kau tahu, kadang kau bisa jadi sangat kejam. Itu membuatku takut.” cibir Hyeri. Jinki tertawa lalu mulai melahap sarapannya.

Pagi yang hangat di apartment Jinki yang biasanya sepi. Biasanya hanya ia seorang diri, memasak untuk dirinya sendiri, menyeduh kopinya sendiri, membaca koran sendiri bahkan mencuci semua peralatan dapurnya seorang diri. Jinki mulai lihai dengan pekerjaan rumah. Kehadiran Minho beberapa hari terakhir cukup mengurangi kejenuhannya, namun tentu kehadiran kekasihnya-lah yang benar-benar seolah menyibak mentari paginya. Sentuhan wanita memang berbeda.

“Bagaimana jika kau pindah kemari?” tanya Jinki tiba-

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet