Wind

Crown of Legilimency

“Hei... Oh! Aku ingin pergi kesekolah. Aku ingin bertemu dengan Kai, ingin bertemu guruku!” Alice merengek pada Sehun yang sedang membaca majalahnya.

            “Aku merindukan sekolahku. Walaupun ada banyak siswa yang sering membullyku, tapi aku menyayangi mereka. Dan sahabatku Kai, dia satu- satunya sahabatku, Oh... Aku ingin mencurahkan pengalaman menyedihkanku padanya lagi!”

            Sehun hanya menggeleng- gelengkan kepala. Ini baru dua hari sejak Sehun menyuruh gadis ini membolos. Dan sekarang dia sudah meraung- raung seperti singa yang minta di kembalikan ke hutan.

            Tidak. Mengurungnya adalah pilihan yang tepat. Sehun tidak mau ambil resiko kalau harus meninggalkan Alice di sekolah sendirian. Sehun sudah tau riwayat gadis ini. Terlalu banyak yang salah dengan gadis ini. Dia di benci saat dirinya sendiri tidak tau letak kesalahan yang ia perbuat. Dia di pukuli dan hanya Kai—satu- satunya orang yang mau menolongnya. Oke—ini tidak adil. Tapi semua orang kan memang membenci kriminal.

            Dan karena ayahnya adalah kriminal, semua orang juga akan menatap Alice sebagai kriminal juga.

            “Apa mr. Watson juga sekejam kau? Aaaah... Dia terlihat lebih baik darimu walaupun punya wajah kriminal.”

            Sehun lagi- lagi hanya menghela nafas saat mendengar Alice mengoceh.

            “Harusnya aku ikut Mr. Watson saja!” Alice mengerucutkan bibirnya. Bersandar di sofa yang sama dengan Sehun.

            “Mr. Watson?” Tanya Sehun ragu. “Jangan panggil dia dengan nama sekeren itu sementara dia punya nama asli Oh Bang Shil!”

            Alice memiringkan kepalanya. “Oh Bang Shil kelihatan seperti nama penjahat.”

            “Tepat!” Sehun menyeringai.

            “Nama asliku juga bukan Alice Callaghan. Itu adalah nama seniman yang di berikan ayahku. Sebenarnya aku punya nama Korea...”

            “Song Joo Hee?”

            Alice mendelik. “Dari mana kau tau?” tanyanya meledak- ledak.

            “Lebih baik untuk saat ini kau tidak menggunakan nama Alice. Kau itu memang sedang dalam bahaya. Makanya aku tidak bisa membiarkanmu keluar.”

            “Siapa yang mengejarku? Apa mereka sejenis dengan kalian?”

            “Bisa jadi...”

            “Mereka akan membunuhku?”

            “Mungkin—”

            Alice begidik ngeri mendengar jawaban Sehun. Oh God... Hal terburuk baginya saat ini adalah mati. Dan gadis itu belum mau mati. Dia belum sempat mendaftar di salah satu agensi dan memulai debut. Dan yang lebih parah, dia belum pernah berciuman. Oh itu nonsense. Tapi Alice memang tipikal gadis yang selalu berpikiran seperti itu.

            Sehun

            “Baiklah! Aku tidak akan protes lagi!” Polos sekali. Dia terlalu mudah di bodohi. Ah, benar- benar tidak menarik.

            Ting Tong! Kleeek! Suara bel berbunyi. Mataku menelisik. Alice dengan wajah ceria menghampiri pintu, dan membukanya.

            “Pesanan Jajangmyun!” Suara riang si pengantar makanan terdengar. Dan aku bisa melihat senyum cerah di wajah gadis 16 tahun itu.

            “Terima—Hei— ”

            Mustahil! Itu bukan orang biasa. Aku berlari menuju Alice yang berteriak. Lehernya di cengkeram. Oh? Siapa lagi ini? Siapa yang melacakku? Perkiraan kalau aku sudah menyembunyikan diri dengan baik adalah hal yang salah.

            “Aaaa” Alice terus menjerit. Lehernya tercekik dan pria pengantar gadungan itu menodongkan pistolnya ke arahku.

            “Jangan bergerak!” Ancamnya. Hei bajingan—Persetan dengan penjahat kelas rendah sepertinya. Aku tau, karena ceroboh, atasannya tidak mungkin mengirim bawahannya yang paling hebat. Orang di depanku hanyalah bagian dari segelintir orang yang akan mati dengan sangat mudah. Dia hanya bahan percobaan.

            “Se—hun—aaak ” Alice kesakitan. Wajahnya terlihat memohon. Aku mengambil jalan memutar dan penjahat itu mengikutiku. Tapi... Ini hanya jebakan. Aku tiga kali lebih licik dari ayahku.

            Krat! Tangan penjahat itu patah. Secara otomatis dia melepaskan pistolnya atau melemparnya dengan patahan tangannya. Dia yang kesakitan melepaskan Alice, membuat gadis itu berlari ke arahku, mencari perlindungan di belakang tubuhku.

“Hei... Kau pernah dengar? Mr. Watson mempunyai dua orang putra. Salah satunya mempunyai kekuatan aneh. Dia... Bisa membunuhmu lewat angin.”

            Alice tercengang. Tangannya yang bergetar memegang lengan bajuku. Aku tau lidahnya sudah gatal untuk tidak berbicara. Dia terlalu mainstream dan bodoh. Persis seperti seorang lelaki Cina yang lama tidak kutemui.

            “Enyahlah!” Aku mengumpulkannya, membuangnya, melebur, dan mencocokkan angin yang menjadi sumber hidupku. Pria itu jatuh—Secara periodik tubuhnya melebur dan terbawa angin—seperti kumpulan debu yang berterbangan—

“Aku pernah mengirimkan 40 anak buahku.

Mereka yang selamat bilang, kalau secara kasat mata, pemuda itu mempunyai pusaran berwarna putih di seluruh bagian tubuhnya.

Orang yang ia arahkan pada pusaran itu—akan mati—dan menghilang seperti abu.

Dia adalah pistol yang sangat jitu untuk di gunakan dalam peperangan.

Kami sudah berulang kali mencoba membunuhnya.

Tapi angin selalu bergerak mengelilinginya, seolah melindungi pemuda itu.”

 

            Alice jatuh terkulai dengan punggung yang berada di atas lenganku. Wajahnya berkeringat. Hidungnya kembang kempis dan matanya terlihat ketakutan. Aku tau dia bukan takut pria itu membunuhnya. Tapi yang lebih rinci—gadis ini takut setelah melihat caraku membunuh—cara membunuh yang sangat sadis dan licik. Lebih licik dari pasukan yang membawa pistol untuk mengepung seorang kriminal.

            Hei—Gadis—Maaf telah membuatmu melihat semua ini.

+++

            “Sudahlah! Aku tidak mau mendengarmu! Pikirkan baik- baik selagi aku masih bisa bersabar!” Seorang gadis memarahi seseorang di seberang telfonnya. Dia menekan tombol out dan baru saja menekan tombol ‘akhiri panggilan’. Tapi tiba- tiba ponselnya berdering lagi. Dan gadis itu terlihat marah, lalu dengan cepat mengangkatnya.

            “Aku tidak mau bicara denganmu lagi—Kau— ”

            “Noona—” Pria di seberang telfon memotong kalimatnya. “Bantu aku.”

            “Sehun?” Wanita itu mendelik. “Ada apa?” Tanyanya kemudian.

+++

            “Tenang saja! Dia hanya demam.” Wanita cantik berwajah malaikat itu mendudukan dirinya di sofa seberang Sehun.

            “Oh—Syukurlah—” Sehun membalas dengan datar, membuat wanita di depannya tersenyum simpul.

            “Jadi dia Alice?” Tanya wanita itu.

            Sehun mengangguk.

            “Seharusnya kau ke Insandong. Kekuasaan ayahmu berada di sana. Rival tidak mungkin bisa melacakmu.”

            Sehun diam.

            “Dan gadis itu sepertinya baru saja melihat sesuatu. Kau tau? Err—kulitnya secara periodik mengeluarkan keringat dingin. Dia beberapa kali mengigau, ‘Jangan bunuh aku’ dan ‘lepaskan’.”

            Sehun berusaha meresapi kata- kata wanita itu.

            “Noona—Semua orang akan begitu setelah melihat caraku membunuh. Apalagi dia, yang hanya seorang gadis.”

            Wanita itu mengangguk. Terlihat membenarkan perkataan Sehun.

            “Kematian karena sebuah pistol adalah hal yang ceroboh. Kau tau? Pistol adalah satu- satunya senjata paling mematikan yang bisa merenggut nyawamu dalam beberapa detik. Sekali tertembak di bagian vital, kau tidak akan bisa bertahan hidup lebih dari lima menit. Dan aku kasihan pada gadis itu. Ibunya meninggal karena kecerobohan seperti itu. Tidak lama kemudian—Ayahnya mengalami hal yang sama. Aku tidak mengerti tentang taktikmu dan tuan Oh. Tapi sepertinya itu rumit. Aku tidak mau ikut campur karena sudah tidak tercatat lagi dalam anggota kalian.”

            “Oh ya— ” Sehun membuka suara. “Bagaimana kabar Zi Tao?” Tanyanya. “Kau keluar karena melindunginya, kan?”

            Wanita yang akhirnya di ketahui bernama Yoo Ara itu tersenyum pahit. Dia membenarkan posisi duduknya, lalu menatap Sehun.

            “Aku lupa bagaimana awalnya. Kau tau? Ku rasa ini konyol. Pernahkah kau mendengar seorang bawahan mafia keluar dari kelompoknya hanya untuk beralih profesi menjadi bodyguard seorang Hallyu Star?”

            “Zi Tao melakukan itu?” Sehun terkekeh.

            “Tentu saja. Sejarah hidupnya akan habis di tangan Yoon Bo Mi.”

            “Yoon Bo Mi? Maksudmu artis yang sedang naik daun itu? Hei dia kan— ”

            “Dia gadis gila.” Ejek Ara, melempar senyum pahitnya ke arah Sehun.

+++

            “Errr! Jangan meletakkan tasku di situ! Kalau hilang kau mau tanggung jawab?” Bo Mi memarahi pria bermata panda di depannya. Pria itu terlihat kesal. Kalau saja bukan karena balas budi, dia pasti sudah membuang gadis ini ke penangkaran panda di Qiangdao.

            “Oh my—Bagaimana bisa seorang hallyu star mempunyai perangai buruk sepertimu? Dan lagi—Kau seorang gadis!” Tao melemparkan teorinya. Bo Mi mendelik dan menunjukan tatapan tidak bersahabat.

            “Aku membencimu!”

            “Aku juga!”

            “Aku lebih lebih membencimu!”

            “Aku sangat sangat sangat membencimu!”

            “Aku lebih lebih lebih lebih membencimu!”

            Mereka bertengkar. Manajer Bo Mi terlihat kewalahan menghadapi dua sejoli yang tidak pernah akur sejak pertama kali mereka bertemu itu. Oh ya—Tao bahkan tidak pernah bermimpi bisa bertemu dengan Yoon Bo Mi, apalagi dengan senang hati menjadi pengawal pribadinya. Ini bukan keinginannya. Ini sebuah tuntutan yang harus ia jalankan karena keprofesionalitasan pekerjaan.

            “Jangan memarkirkan mobilku! Kau bajingan!” Bo Mi melempar tasnya saat Tao berbalik untuk mengangkat telfon. Dia terus- terusan mengumpat dan mengata- ngatai Tao.

            “Ya—? Apa? Joo Hee menghilang? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menjaganya?” Tao tidak mempedulikan Bo Mi yang terus mengomel. Dia menjauhkan diri dari gadis galak itu dan dengan sengaja duduk di antara pohon rindang yang membuatnya sedikit terlindung dari teriknya matahari di musim panas.

            “Dia kartu As kita, Kai!”

+++

            Mr. Watson sedang berada di kawasan Dongdaemun. Dia sedang memilih sebuah gaun pengantin wanita, lalu seorang pramuniaga menghampirinya, membawa sebuah tuxedo berwarna hitam yang terlihat elegan.

            Mata Mr. Watson bersinar- sinar. Ah—Mungkin kali ini lebih baik kalau author memanggilnya Tuan Oh Bang Shil.

“Aku sudah tiga tahun tidak melihatnya. Kira- kira berapa ukuran bajunya ya?” Tuan Oh dengan nada bijak seorang ayah menunjukkan sebuah foto full body milik seorang pria kepada si pramuniaga wanita.

“Tuan—Putramu sangat tampan bahkan dari jarak sejauh ini.” Puji si pramuniaga. Tuan Oh tersenyum bangga.

“Tentu saja dia tampan.” Senyum tuan Oh tidak berhenti memudar saat memandangi foto pria berambut hitam sedikit kecoklatan di ponselnya. Dia tampan—setidaknya kesempurnaan yang di miliki putranya masing- masing adalah pengaruh dari seorang ibu yang sama. Ibu yang sangat cantik.

+++

“Ayah... Ayah...” Sehun hanya memandangi Alice yang sedang mengigau. Sehun tau gadis muda itu sangat tertekan. Oh—Ya—Dia sedang tidak bermain melodrama murahan yang sering di tonton ibu- ibu rumah tangga. Tapi memang hidupnya seperti ini. Sudah sulit sejak awal. Dan Sehun tau—Keluarganyalah yang membuat hidup gadis ini semakin sulit.

“Song Joo Hee...” Panggil Sehun pelan.

“Jangan memanggilku seperti itu. Aku tidak suka.” Alice bergumam. Menjawab panggilan Sehun dalam tidurnya.

“Kenapa?”

“Bukan kenapa—Tapi aku memang tidak suka— Itu nama pemberian Ibuku. Dan dia pergi bersama pria lain dan mati bunuh diri. Itu sangat konyol.”

Ya—Alice tidak sepenuhnya bicara. Tapi Sehun menggunakan telepatinya. Dia membaca pikiran gadis itu, seperti sedang berbagi cerita dengannya. Sehun juga tidak mengeluarkan suara. Dia bicara dengan hatinya. Hatinya yang sangat dingin.

“Apa kau akan baik- baik saja kalau bangun dan melihat kenyataan?”

Alice ngedumel, “Jangan samakan aku denganmu. Kau bukan manusia, kan?”

“Aku manusia. Hanya saja aku spesial.”

“Tadi itu aku sangat takut...” Nada suara Alice berubah memelas. Sehun menunjukkan mata sedihnya.

“Maaf—aku...”

“Tidak! Setelah aku bangun aku akan melupakannya. Sama seperti waktu ibuku meninggal dan waktu ayahku di penjara—Aku akan menangis lalu tidur, kemudian bangun dan melupakannya. Aku tipe orang seperti itu Sehun—Aku harus kuat. Aku ingin menjadi hallyu star yang tahan banting dengan makian haters.Setidaknya, walaupun aku terlalu polos dan bodoh—aku tidak boleh lemah. Maafkan aku___.”

Sehun menatap Alice yang masih memejamkan matanya.

“Kau ingin hidup?”

“Tentu saja.”

“Kehidupan seperti apa yang kau inginkan setelah bebas?”

“Apa maksudmu?”

“Apa yang ingin kau lakukan kalau kau kembali ke kehidupanmu yang dulu?”

Sehun tertegun. Setelah beberapa saat, koneksi Alice yang masih tersambung dengannya tiba- tiba terputus. Dia berbalik. Lalu sesuatu merengkuh dirinya dan membisikkan isi hati Alice lewat angin yang membelainya,

“Aku ingin bertemu Kai—dan mengatakan—Kalau aku menyukainya”

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
asahi-asa #1
Chapter 9: Cool! It's so cool! Cool!

Kyak'y yg jdi dementor kris dehh #ngarang abis!
Gmana nasib alice?
D tnggu next part'y!
nabilLaLu #2
Chapter 7: Misteri banget! Lanjut, thor *-*