Captive

Crown of Legilimency

          

“Alice! Bisakah kau membersihkan ini?” Bosku memanggilku dengan kasar. Aku nggak pernah protes. Udah biasa -_-

            “Ne...” Aku mengambil piring- piring kotor di atas meja. Lalu menatap keluar. Huuuh... Kalian nggak tau betapa sengsaranya aku karena di ikuti dua sampai tiga pengawal tuan watson setiap harinya. Mereka bahkan lebih menganggu dari preman penagih hutang yang datangnya nggak setiap hari.

            Tuhan... Aku capek.

            Ting!

            Suara nyaring itu kembali terdengar. Suara yang menandakan adanya pengunjung yang masuk ke cafe tempatku bekerja.

            “Osowoseyooo” Aku membungkuk, ku lihat seorang pria berdiri di depan pintu. Dia tampan. Tapi... Tubuhnya seperti manekin di tambah dengan kulitnya yang sangat pucat. Mirip sekali dengan tokoh fantasi yang sering kubaca dalam komik.

            Sehun

            “Osowoseyooo...” Aku datang kemari. Bukan tanpa alasan. Tapi gadis itu menyapaku dengan riang gembira. Matanya memancarkan cahaya. Mirip sekali dengan mata seseorang yang sangat kurindukan.

            “Menunya... Tuan...” Aku mengambil buku kecil itu dari tangannya. Lalu dengan dingin membukanya dan mulai berpikir untuk memesan sesuatu.

            Aku heran. Bagaimana bisa gadis ini bekerja part time tiga kali seminggu? Rotasi waktunya—kira- kira hanya dua jam yang bisa di gunakannya untuk tidur. Menghabiskan pagi sebagai pengantar susu, hampir seharian di sekolah, sebagai server, lalu pelayan cafe kecil. Aku ragu kalau dia masih SMA. Dia terlalu ambisius sampai berani melalaikan masa mudanya.

            Dan senyumnya. Senyumnya terlihat murahan.

            Bagaimana bisa kakek tua itu memilih gadis tidak berkelas seperti ini untuk dinikahkan dengan Luhan hyung?

            Dan aku 100% yakin kalau Luhan hyung akan menolaknya. Bagaimanapun caranya.

+++

            Mr. Watson sedang—agak nyantai—di ruangannya, sampai tiba- tiba seseorang mengetuk pintu dan masuk.

            “Putramu mulai mengambil tindakan. Tapi... Itu malah akan semakin membuat kelompok lain menginginkan gadis itu. Dan kelompok tuan Kim sepertinya juga sudah mulai bergerak. Kami melihatnya berada di sekitar Alice dan pengawalnya beberapa waktu yang lalu.”

            Mr. Watson terkekeh. Dia sadar tentang obsesinya terhadap rumah temannya itu membuat dirinya semakin sulit. Juga tentang merekayasa sebuah cerita dan berita, juga membuatnya semakin sulit.

            “Segera pindahkan gadis itu ke sisiku. Aku tidak mau berurusan lebih dini dengan Mr.Kim.” Mr. Watson mengambil gelas winenya.

            “Alice Song...” Bisik Mr. Watson sambil meneguk winenya.

+++++

            “Hei!” Kai melambaikan tangan. Alice tersenyum.

            “Kau dari mana?” Alice menghampiri Kai sambil membenarkan posisi tasnya.

            “Membeli makanan.” Kai menunjukkan sebuah tas plastik di kedua tangannya.

            Membeli makanan? Jam 2 Pagi? Hei, itu bukan masalah karena Kai selalu memakai waktu siangnya untuk tidur dan malam untuk hidup. Dia tidak mengalami yang namanya insomnia atau apa, tapi dia memang kalong—sejenis kelelawar yang biasa keluar di malam hari.

            “Nona... Kita harus pulang.” Pengawal menganggunya lagi. Kai membulatkan matanya, menatap Alice dengan pandangan ambigu. Yah—tidak seambigu tiga orang tidak di kenal ini yang tiba- tiba memberondong Alice dan membawanya pulang.

            “Siapa?”

            Alice mengedikkan bahunya.

            “Sejak kapan kau punya pengawal?”

            Kai... itu pertanyaan yang tidak bisa di toleransi. Bahkan Alicepun tidak pernah mencatat orang- orang ini ke dalam list orang yang ia kenal. Semua orang tau kalau Alice terlalu payah dalam mengobservasi dan membuat kesimpulan yang tepat untuk hal ini. Dia hanya paham tentang kehidupannya yang semakin sulit dengan beberapa rekayasa yang dia sendiri belum sempat mengetahuinya.

            “Ah... Kita bicarakan di sekolah.” Alice berbalik. Mengikuti arah beberapa pengawalnya. “Mungkin aku buronan Kai.” Suara Alice sedikit pelan. Tapi Kai masih bisa mendengarnya dengan jelas. Pemuda itu tidak merespon dan masih menatap punggung teman gadisnya itu dengan pandangan yang—sulit diterjemahkan.

            Seorang pemuda mengamati Kai terlebih dahulu sebelum dia memutar kunci mobilnya, dan melaju mengikuti arah mobil yang ditumpangi Alice.

            Alice

            Aku terserang hybrid. Oh.. Ayolah... Kenapa otakku menerima sugesti yang seharusnya kutampik? Aku masih belia dan masih sering ingusan. Aku bahkan menangis sendirian selama tiga hari setelah mendengar berita dari mr. Watson tentang ayahku. Harusnya sekarang aku juga masih sedih. Tapi otak jalangku melepas partikel- partikel sedih itu dan membuat sebagian otakku yang lainnya mati rasa. Ah... Masa bodoh. Tabiatku memang aneh dan aku nggak bisa menyangkalnya. Oke... Akhirnya aku bisa naik mobil lagi.

            “Eh? Mau di bawa kemana aku? Mobil ini sudah melewati apartemen (kumuh)ku.” Aku membuka jendela. Angin berhembus kencang, lalu secara otomatis, si pengemudi menutup jendelanya lagi.

            Mataku berputar. Aku melihat dashboard mobil dan tercenggang. Ngapain mereka membawaku ke Kangwondo?

            “Apa- apaan ini?”

            Mereka menurunkanku di sebuah gedung apartemen yang bisa dibilang yah... Cukup mewah mungkin—. Aku melihat beberapa pengawal memasuki gedung itu bergantian. Mereka seolah memberiku jalan, dan membuatku ditatap oleh beberapa orang yang kebetulan lewat di jam tiga dini hari ini.

            “Silahkan Nona!” Kata salah satu pengawal, seperti menyuruhku untuk masuk ke dalam gedung apartemen.

            “Ah! Alice Song!” Seseorang yang jelas- jelas kukenal telah menyambutku. Seorang berwajah kriminal dengan beberapa orang tidak berkepentingan berada di belakangnya. Aku membungkuk, memberi salam, lalu menatap pria paruh baya itu dengan tatapan menelisik. Oh God! Dia akan tau kalau aku sangat sangat nggak menyukai perlakuannya.

            “Kami sudah membawa barang- barangmu kemari. Kau harus pindah dari apartemen kumuh itu.”

            Tunggu! Membawa barang- barang? Gila! Gila! Aku menjemur pakaian dalamku di dalam kamar. Dan mereka bilang, mereka membawa barang- barangku? Apartemenku sangat berantakan dan aku yang kolot ini harus dengan jujur mengatakan kalau aku juga menaruh beberapa pakaian dalam sembarangan di atas lantai. Ini gila! Bagaimana bisa ada pria yang memungutinya? Ini lucu kan? Perputaran memori di otakku seperti tidak mengandung ritme yang berarti.

            Dan pada akhirnya, aku berhasil menyadari beberapa cekikikan pengawal yang melihat ekspresi bodohku.

            “Tapi paman... Aku... Apa aku dijadikan tawanan?”

            Wah! Pertanyaan yang seharusnya tidak kulontarkan! Bodoh sekali aku ini.! Aku jelas- jelas adalah seorang tawanan yang di sandera karena tidak sanggup membayar hutang.

            “Hahahaha” Pria tua itu tertawa. Jelek sekali... Aku nggak tau betapa bangetnya aku kalau melihat wajah ayahku dan dia saat bersama. Aku ngomong apa sih?

            “Alice... Paman tidak akan melakukan i....”

            “Biar aku yang membawanya, Ayah!” Seseorang memotong kalimat si paman. Mr. Watson mendelik. Aku mengigil karena mendengar suara dinginnya.

            Saat berbalik. Aku melihat sosok yang tidak asing bagiku... Itu adalah—Si manekin yang ada di cafe. Dia pelanggan keji yang bahkan nggak mau membalas segala keramah- tamahan yang sudah ku beri label gratis.

“Eoh? Benarkah? Kau mau melakukannya? Oh Sehun?”

Ayah dan anak itu saling bertatapan dengan tidak wajar. Aku nggak tau bagaimana perasaanku bisa mengatakannya. Yang pasti... Tatapan si anak terlihat kejam, sedangkan si Ayah, lebih menyembunyikan ekspresinya di balik tawa kriminalnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
asahi-asa #1
Chapter 9: Cool! It's so cool! Cool!

Kyak'y yg jdi dementor kris dehh #ngarang abis!
Gmana nasib alice?
D tnggu next part'y!
nabilLaLu #2
Chapter 7: Misteri banget! Lanjut, thor *-*