Chapter 3

Possessive

~possesive~

 

Incheon Airport, 11.00 am

 

Akhirnya sampai juga aku di Seoul, seperti biasa appa terlalu berlebihan membawa anak buahnya sebanyak ini untuk menjemputku. Bisa dibayangkan, 10 orang pria berbadan besar hanya untuk mengawalku dari bandara menuju rumah, ini sangat berlebihan. Apa dia pikir aku masih anak-anak?

 

Haahh...

 

Ku hirup udara yang sudah lama tidak kurasakan, tak ada yang berbeda sejak 2 tahun yang lalu. Semuanya masih sama, dari mulai udara yang tidak terlalu nyaman dihirup, tempat yang penuh sesak dengan orang dan kendaraan hilir mudik kesana-kemari yang hanya menambah penat saja.

 

Kulangkahkan kakiku memasuki rumah bercat putih dengan ornamen-ornamen khas Eropa. Inilah rumahku, tempat aku dan appa tinggal. Dulu tempat ini tempat yang paling menyenangkan untukku, tapi itu dulu, bukan sekarang.

 

"Kau sudah pulang, Wonnie?" Ya, itu appaku, well ternyata dia di rumah, dia menyapaku dengan raut mukanya yang sulit ditebak sambil menyunggingkan senyumnya. Ya seperti appa yang kukenal.

 

"Ne, aku baru sampai. Tumben appa dirumah, appa tidak kerja?" Sedikit basa-basi mungkin, Ya setidaknya ada yang bisa aku bicarakan untuk 5 menit kedepan.

 

"Hari ini anak kesayanganku pulang, apa salah kalau aku ingin meluangkan waktu bersamanya, eoh?"

 

Ini pasti bohong kan, hari ini bukan tanggal 1 April kan? Siapapun tolong beritahu aku bahwa tidak ada kamera dari televisi manapun yang datang untuk memberiku kejutan. Appa memelukku? Apa tidak salah? Setelah sekian lama dia membuangku sekarang dia memelukku. Mungkin ini yang namanya mimpi di siang bolong.

 

"Kau istirahatlah dulu, nanti malam ada acara yang harus kita ikuti". Dilepaskannya pelukan itu dan appa pun pergi berlalu meninggalkanku yang masih mematung. Kulihat punggung itu semakin menjauh. Punggung itu telah berubah, bukan punggungnya tapi hati dari pemilik punggung itu telah berubah.

 

~possesive~

 

"Yesungie, kenapa kita harus ikut pesta penyambutan? Apa itu penting? Tapi kan kalo ingin berkenalan dengan rekan kerja bisa mungkin di tempat lain, tak usahlah membuat pesta. Ne..ne.. terserahlah yang penting tidak merepotkan. Ne, jam 8 malam di Hotel Appa kan? Ne ini masih banyak berkas yang harus di pelajari, oh iya jangan lupa dengan apa yang aku minta tadi siang ya, aku tutup telponnya, bye” 

 

Kibum menutup telponnya, dilihatnya berkas-berkas yang menumpuk yang harus dia pelajari sebagai presdir Kim Corp. yang baru. Sebenarnya bukan hal yang sulit untuk mengendalikan perusahaan mendiang appanya itu, dengan otaknya yang jenius ia pasti dapat langsung mengendalikan perusahaan yang sedang mengembangkan sayapnya itu. Kibum menekan smartphonenya menekan nomor telpon yang sangat familiar untuknya.

 

“Wookie eonni, apa kau sedang sibuk? Ani, aku hanya minta catatan kesehatan dari umma dan appa. Aku tidak menerima penolakan eonnie, ne. Bye" dia mematikan smartphonenya. Ditautkan tangannya di dagunya, senyuman itu terukir di wajahnya yang manis. Tidak itu bukan senyuman, ia menyeringai! Seorang Kim Kibum menyeringai. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang dipikirkan seorang Kim Kibum.

 

'Kringg.. Kring..'

 

Suara telpon di ruangan itu berbunyi, dengan santainya Kibum mengangkat telpon yang berdering dengan nyaringnya.

 

"Suruh mereka masuk," hanya itu yang Kibum katakan.

 

Beberapa menit kemudian masuklah dua orang pria dengan jas berwarna hitam.

 

"Tuan Lee Hyukjae, Tuan Lee Donghae, kenalkan saya Kim Kibum, silahkan duduk,” dengan wajah angkuhnya kedua orang itu duduk di depan meja Kibum.

 

“Tidak perlu bertele-tele kalian pasti tau maksud saya mengundang kalian kesini. Saya sudah tau kinerja kalian selama ini, dan pastinya kalian tidak pernah gagal. Saya mengajukan kerjasama, bagaimana kalau kita menjadi partner, otte?" Gadis itu membuka pembicaraan pada kedua pria tersebut dengan gesturenya yang anggun dan angkuh disaat yang bersamaan.

 

"Anda tahu kami ini professional jadi kalau terjadi pelanggaran perjanjian kami tidak segan-segan untuk memburu balik Anda, anak kecil." Salah satu pria berjas hitam itu mengambil suara, dengan sedikit penekanan pada akhir kata yang diucapkanya.

 

Pria itu adalah Lee Hyukjae, pria dengan postur badan yang memiliki tinggi dan berat yang ideal, rambutnya disemir pirang, dengan anting-anting hitamnya.

 

"Jangan panggil saya anak kecil Tuan, Anda tahu sedang berhadapan dengan siapa?" Kibum mencondongkan badannya agak ke depan, mengeliminasi jarak pandang antar ketiganya. Ditampilkannya senyum terbaiknya. Cukup lama Kibum diam dengan posisi itu sampai akhirnya Kibum melangkahkan kakinya ke buffet di dekat pintu.

 

Kibum mengambil pisau buah yang tergeletak di pinggir buah-buahan yang ranum itu. Dengan wajah stoicnya Kibum mendekati kedua orang yang masih duduk di depan meja kerjanya. Tanpa rasa ragu Kibum memeluk namja yang menantangnya tadi dari belakang dengan cekatan tangan kananya mengarahkan pisau buah di leher namja itu.

 

"Saya juga pemain profesional, sekali Anda melakukan kesalahan, atau berbalik mengkhianati saya, Anda tau bukan hanya pisau ini yang melukai kulit putih ini. Tapi nyawamu juga bisa melayang, Tuan" Gadis itu membisikkan kata-kata tepat di telinga pria itu, sesekali pisau di tangannya  ia eluskan ke pipi dan leher pria tersebut.

 

Grep..

 

Tangan gadis yang digunakan untuk memegang pisau itu dipegang erat-erat oleh lelaki yang duduk disebelahnya.

 

"Jangan pernah menggertak kami nona kecil, kami bisa saja membunuhmu saat ini juga". Tatapan mata pria ikan itu menajam, sama sekali tidak ada ketakutan atau pun keraguan di pandangannya. Seringai itu muncul kembali di wajah gadis itu.

 

Woossh! Jleeb!

 

Pisau yang sedari tadi dipegang gadis itu telah menancap di dinding ruangan itu, melewati sisi kanan kepala pria yang memegang tangan Kibum dan memberikan bekas sayatan di pipi namja itu.

 

“Sial cepat sekali gerakannya, padahal cengkramanku cukup kuat untuk gadis kecil seperti dia, nampaknya aku meremehkan dia,” pikir namja itu sambil menghapus darah di pipinya dengan punggung tangan kanannya.

 

"Jangan pernah bermimpi untuk membunuh Kim Kibum semudah itu, Tuan Lee Dong..hae" sambil melepas pelukannya gadis itu mendekati lelaki yang disebut Lee Donghae itu. Secepat kilat tangan gadis itu sudah mencekik leher pria itu.

 

"Aku, Kim Kibum tidak akan pernah menarik perkaataan yang sudah terucap, termasuk pada orang sepertimu" dicekiknya leher pria itu. Namja itu mulai tersengal-sengal, ia makin sulit menarik nafasnya.

 

Sementara itu Lee Hyukjae yang sedari tadi duduk di sebelah ternyata tidak dapat bergerak lagi bibirnya terasa kelu, badannya membeku, suasana di ruangan itu seakan berubah mencekam, dia seperti terhisap ke dalam dunia lain.

 

“Sial, perasaan macam apa ini.. gadis ini.. Sial aku tidak dapat berkutik lagi.. aura ini bukan aura anak ingusan. Tapi aura pembunuh!! Sial !! nampaknya kami harus berhati-hati dengannya,” batin namja itu.

 

Kibum melepaskan cengkraman tangannya yang mencekik leher Donghae. Masih dengan seringai manisnya dia duduk kembali di kursinya. Nafas tersengal dari Donghae terus terdengar. Hyukjae tidak dapat melakukan apa-apa, ia hanya diam membatu.

 

"Ehmm.. kita sudahi perkenalan kita, mari kita bekerjasama ne?" Suara gadis itu memecah keheningan yang terjadi. Sontak kedua namja itu serasa kembali ke dunianya.

 

“Sial, nampaknya kita terjebak dengan manusia setengah iblis,” pikir Hyukjae.

 

“Gilaa, dia bukan manusia tapi iblis bertubuh gadis kecil, cih tidak ada kata mundur lagi kalo sudah seperti ini,” batin Donghae.

 

"Bagaimana apa kalian mau bekerjasama?" Dipasangnya muka memelas yang membuat orang melihatnya pasti tidak bisa menolaknya.

 

Dua pria itu saling berpandangan. Raut wajah mereka menggambarkan keraguan. Mereka mengalihkan tatapan pada gadis yang ada di depannya. Dengan penuh ketakutan yang amat sangat mereka menganggukkan kepalanya.

 

"Baiklaah, aku meminta kalian untuk melakukan tugas ini, baca dan pahami. Aku bukan orang yang suka menunggu kalian harus ingat itu" Gadis itu menyodorkan beberapa berkas kepada mereka berdua.

 

Dengan ragu Donghae mengambil berkas itu, tanpa aba-aba mereka membungkukkan badan dan meninggalkan ruangan itu.

 

"Satu pekerjaan selesai, kita lihat apa yang terjadi selanjutnyaa. Let's enjoy the show"

 

~possesive~

 

At the Hotel 08.55 PM

 

“Yesungie apa kau yakin mereka semua rekan appa dan umma?” ucap Kibum sambil meneguk jus mangga yang sedari tadi dia pegang.

 

“Mereka bilang mereka mengundang orang-orang yang bekerjasama dengan perusahan baik dalam saham maupun dalam penjualan, aku rasa semua rekan umma dan appamu, jangan khawatir nona muda” ucap Yesung sambil menepuk-nepuk kepala gadis itu.

 

“Hentikan itu, aku bukan anak anjing, Yesungie” balas Kibum dengan nada khas anak manja sambil menepis tangan Yesung.

 

“Ahahhaha.. kamu ini memang lucu, sedikit-sedikit serius sedikit-sedikit manja ahahhaha..”goda Yesung.

 

"Aku mau berkeliling, siapa tahu bertemu mainan bagus," gadis itu berlalu sambil memicingkan matanya.

 

Saat sedang berkeliling, tiba-tiba Kibum merasakan ada seseorang yang menarik tangannya dan tanpa aba-aba orang itu memeluknya. Kibum memberontak mencoba melepaskan dirinya dari pelukan orang itu. Tetapi naas orang itu lebih cekatan dari apa yang ia sangka. Tubuhnya telah terkunci oleh sesosok orang yang sekarang mulai mendekatkan kepalanya ke telinga Kibum.

 

"Siapa yang mengijinkan kau berpakaian seperti ini, eoh Kim Kibum?" ucap namja yang sekarang memeluk Kibum.

 

 

 

~TBC~

Makasih buat yang udah luangin waktu buat baca dan komen ff ini..

RCL please :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
wonmayy #1
Chapter 4: jujur akku ga jelas sm crita nyx,,
terlalu brtputar2..

*mianhe
KyuriKimELF #2
Chapter 4: lanjut thor...
hub kyubum thu apa sbner.a mreka kya dket bnget...
d tngu sibum moment.a
bluerobot
#3
omg what is this. Im like 'whattt gosh playing with cutter and burning people omg' lol
Pegaxue #4
Chapter 1: Aku masih binggung kenapa Kibim sadis bangetTT TT
Semangat author-nim^^
sapphirewing #5
Wait.. Is this the end or there will be a continuation? I hope it's not the end >.<