Chapter 2

Possessive

Matahari menunjukan semburat jingga kemerahannya di ufuk timur, hari ini adalah hari yang sangat berbeda untuk seorang Kim Kibum. Untuk pertama kalinya dia akan tampil di depan seluruh kolega bisnis sang appa sebagai penerus tunggal kerajaan bisnis Kim Corp.

Di sampirkannya blazer berwarna biru donker itu ke bahunya, di pakainya lip gloss yang tipis di bibir mungilnya.

"Sempurna!" gumamnya.

Kini gadis itu terlihat lebih dewasa tapi tetap terlihat manis dengan berhiaskan jepit rambut kupu-kupu di rambutnya.

"Yesungie, ayo kita berangkat, aku tidak mau telat disaat yang penting seperti ini," ujarnya pada seseorang yang sedari tadi memandanginya dengan decak kagum.

"Apa yang lagi yang kau tunggu? Kau mau lihat seorang Kim Kibum yang sangat sempurna ini terlambat hanya karena kau terus-terusan memandangiku dengan tatapan menjijikan seperti itu, eoh?" gadis itu berkata seraya mendorong orang itu dari belakang menuju mobil yang telah terparkir di depan rumahnya.

"Ahaha, aniyo kau ini memang manis Bummie. Tidak salah umma mu menitipkan kau pada kami selama di inggris sana". Pria yang dipanggil Yesungie itu berkata dan membalikan badannya sambil melapas tangan gadis itu. Dipegangnya kedua pundak gadis itu.

"Jangan pernah gegabah dalam mengambil keputusan Bummie, aku ingin kau memikirkan kembali keputusanmu. Aku tidak mau membuat banyak masalah," ucap pria itu.

"Kau meragukan Kim Kibum eoh?" ujar sang gadis sambil melepaskan tangan pria itu

"Kajja, aku tidak mau terlambat". Gadis itu melangkah pergi mendahului yesung.

 

~possessive~

 

Riuh suara orang-orang yang ditujukan pada gadis mungil yang sekarang telah duduk di singgasana sang presdir.

"Ternyata dia masih sangat muda, apa tidak apa-apa kita berikan jabatan presdir pada dia?"

"Ah.. Manisnyaa seandainya anakku bisa mendapatkan hatinya, aku pasti bahagia menjadi appa dari anak itu"

"Apa kau yakin dia baru berusia 19 tahun, aku ragu dia bisa menjalankan kerajaan bisnis ini"

"Aku yakin dia akan merengek, setelah tau betapa kejamnya dunia bisnis ini."

"Hebat sekali, masih sangat muda tapi sudah mengambil alih pekerjaan appanya"

"Gila, permainan macam apa ini. Menyuruh anak yang lebih cocok memanggilku umma dari pada menyebut nama depanku, cih"

Pujian, cercaan, keragu-raguan terdengar riuh diantara para pengusaha- pengusaha yang sekarang telah duduk di tempatnya masing-masing.

"Naneun Kim Kibum imnida, mulai hari ini saya akan mengambil perusahaan Kim Corp. Sedangkan untuk Park Corp., saya mempercayakannya kepada Kim Jongwoon untuk mengurusnya, terimakasih."

Kalimat itu terucap dengan lantang dari gadis itu, yang kini tengah membungkuk hormat. Tanpa disadari beberapa pasang mata mulai menatapnya dengan tajam.

Braak!

"Aku tidak setuju!" Suara gebrakan meja menggema di ruangan yang sekarang mulai sepi.

"Aku tidak setuju, perusahaan Park diambil alih oleh anak haram itu!" Ujar suara orang tadi kembali memekakkan telinga setiap orang yang berada di ruang rapat itu.

Ditatapnya pria itu dengan tatapan datar dari gadis itu, "Terserah Anda mau tidak setuju pada keputusan saya, tapi Anda harus mengingat sayalah pemegang hak waris tunggal dari Park Corp. Bukan anda Mr. Park Jiyong," dibalasnya ucapan itu dengan penuh penekanan pada saat menyebutkan namanya.

"Well, ini keputusan final dari saya, dan saya tidak pernah sudi untuk mendengar penolakan dari anda sekalian. Cukup sekian rapat hari ini masih banyak tugas kita untuk membuat perubahan disini, terima kasih," dengan senyum sinis nya kibum meninggalkan ruangan yang sudah ribut dengan hal-hal yang tidak penting menurutnya.

"Yesungie, aku minta data-data dari seluruh perusahaan Kim dan perusahaan Park, mulai dari siapa yg bekerja sama, sampai pada pemegang saham, dan jangan satu lagi, aku ingin catatan kematian dari umma dan appa, lakukan dengan cepat," ujarnya dengan tatapan dinginnya.

 

~possesive~

 

Aku mulai memasuki ruangan yang mengungkung kebebasan appaku selama ini. Kulihat sekeliling, ku hirup bau ruangan ini.. Masih kurasakan kehadiran appa, apa tadi appa melihat apa yang sudah kulakukan? Kuharap appa bahagia disana.. Aku berjalan lalu kuelus papan nama yang bertuliskan nama appaku, Kim Yongwoon. Kududuki kursi hitam yang sedari tadi terdiam dengan angkuhnya. Appa, apakah ini yang kau lihat setiap hari? Pandangan ku tertuju pada foto yang berada di samping laptop, disana terpampang 4 orang yang tersenyum dengan tulus. Kuelus foto itu sampai tiba-tiba..

Brak!

Pintu ruang kerja ku terbuka, kulihat pria yang tadi berada diruang rapat. Dia mendekati dengan tatapan yang seraya mencemoohku.

"Ada perlu apa Mr. Park Jiyong? Anda nampaknya terburu-buru sekali, sampai sampai lupa mengetuk pintu," aku mencoba menyapanya dengan sedikit penekanan pada tiap kata yang terucap dari mulutku.

Braak!

Dia menggebrak meja kerjaku, kutatap wajah kesal itu. Wajah itu penuh kebencian dan keputusasaan.

"Dasar kau gadis jalang! Beraninya kau menempatkan anak haram itu menjadi presdir di Park Corp. Dasar kau anak siaal!" Ditunjuknya mukaku dengan tangannya yang bergetar karena menahan marah.

Kutatap tajam matanya. "Anda jangan pernah mengucapkan kalimat itu lagi didepan ku Jiyong-ssi," sahutku sinis.

Aku memang tidak mudah terpancing emosi tapi hati ini terasa sakit saat dia menyebut Yesung oppa adalah anak haram.

"Ahahaha, memang benar kan dia anak haram, anak dari selingkuhan nenekmu! Sampai kapan pun aku tidak akan menerima keputusan ini. Tidak akan pernah!" dilontarkannya kata-kata kasar itu tanpa ada rasa bersalah diwajahnya. Hmm berani juga dia, nampaknya aku harus memulai permainan menarik ini hari ini. Dengan lihai tangan aku mengambil cutter yang tergeletak di ujung meja. Masih dengan ejekan-ejekannya yang memekakan telinga, pria menyebalkan itu terus berceloteh di depanku. Bosan, itu yang kurasa. Kunaikan tuas cutter itu naik turun naik turun berulangkali, begitu terus, hingga..

Prang! Dilemparnya benda yang sedari tadi kupandangi foto keluargaku! Ini sudah kelewatan.. Tanpa basa-basi aku melompat keatas meja dan mendorong badan pria itu ke dinding yang ada di belakangnya. Memang tubuh mungilku berbanding terbalik dengan tubuh pria itu yang lebih tinggi dari pada aku. Kutahan lehernya dengan lengan kiriku, sedangkan tangan kanan \ku masih bermain dengan cutter.

Kreek... naik turun kreek… naik turun.. Hanya suara cutter yang sekarang terdengar di ruangan ini. Kumainkan cutter itu didepan muka pria yang sekarang telah berubah pucat.

"Jangan pernah membangunkan singa yang sedang teridur pulas, tuan" aku membisikan kata-kata itu di dekat telinganya dan sedikit menggodanya dengan menjilat telinga itu.

Badan pria itu bergetar,

"Hahaha, baru segini sudah menciut, berani-beraninya merusak pemandanganku,cih!" batinku. Perlahan kugoreskan cutter itu ke wajah pria itu dengan perlahan. Cairan merah yang kental itu mulai mengalir.. Ingin rasanya kutorehkan lagi goresan indah di bibirnya yang hina karena telah menghina orang yang kucintai..

Pria itu memberontak, sedikit kutekan lenganku hingga kepala nya membentur dinding. Jangan remehkan aku, memang badanku kecil tapi begini-begini aku sudah menyandang sabuk hitam karate dan taekwondo. Muka pria ini makin pucat, heem nampaknya sedikit bermain dengannya akan menghilangkan rasa bosanku.

Ku torehkan lagi cutter itu di lehernya, cairan merah itu membuncah keluar. Dia mengerang.

"Ini peringatan untuk mu Jiyong-ssi. Sekali lagi Anda mengatakan 'hal itu' lagi bukan tidak mungkin cutter ini akan menjadi alat pencabut ajalmu," kujatuhkan cutter tersebut tepat di dekat kakinya.

Kulepaskan lenganku dari lehernya. Kulihat dia merosot jatuh dengan nafas terengah-engah. Wajahnya masih pucat. Kudekati wajah pria itu. Kudekatkan bibirku di pipinya yang sudah berubah merah darah. Sedikit kujilat darah yang ada di pipi itu dan dengan satu hentakan kutekan kepalanya ke dinding.

"Kuperingkatkan sekali lagi jangan pernah menampakkan mukamu lagi di depanku! Ingat itu Jiyong-ssi," sambil tersenyum kujauhkan mukaku dari pria itu. Darah sudah membasahi kemeja sebelah kanannya.. Kulihat lekat-lekat pria itu, dengan wajah ketakutannya.

"Dasar kau anak setan!" Hmm ternyata masih bisa bicara apa aku perlu menorehkan luka di lidahnya agar dia berhenti bicara? Pria itu sekarang mencoba untuk mengambil besi yang biasa digunakan Appa untuk mengorek-ngorek perapian. Dengan sigap kuinjak tangannya. Dia merintih kesakitan. Sedikit kugoyangkan kakiku rasanya ingin kuhilangkan daging yang berada di kakiku itu. Setelah kurasa cukup aku mengangkat kakiku dan dengan secepat kilat kutendang wajahnya..

Akhhhh..

Pria itu jatuh melintang, rintihan pria itu seakan menjadi candu bagiku. "Ahahha, ternyata memang kau gadis jalang, lahir dari rahim tikus laknat". Cih, pria sialan, rupanya dia ingin lebih dari sekedar bermain.

Setelah aku liat pria itu mulai mengambil pecahan kaca yang pada foto yang tadi dia lemparkan, ku tendang berkali-kali wajahnya. Darah mulai mengalir dari hidungnya. Mungkin hidungnya patah. Ku tendang membabi buta seluruh badan dari pria itu. Mati kau tikus laknat. Kuambil cutter yangtergeletak di lantai. Kuambil tangan pria itu yang masih berusaha menggapai pecahan kaca. Ku torehkan luka di telapak tangannya.

Ku torehkan gambar kupu-kupu. Aku bergegas mengambil korek api gas yang teronggok disamping perapian. Kubakar tangan pria itu yang telah kulukis. Pria itu meringis tanpa dapat membalas. Seharusnya dia masih bisa menggunakan kakinya untuk mempertahankan diri, ya aku tak terlalu memikirkan itu, mungkin dia terlalu ciut untuk melakukan itu.

"Jiyong-ssi, ingat ini hanya peringatan untukmu, jadi jangan berani macam-macam ne?" kutepuk-tepuk pipinya. Badannya kembali bergetar.

"Oh iya, kau tidak perlu repot-repot untuk mendatangiku tiap hari untuk mengingatku, cukup liat tanganmu kau pasti ingat aku. Lebih baik sekarang cepat pergi dari sini aku tidak mau mengotori ruangan appaku lebih dari ini." Ujarku sambil berlalu keluar ruangan kerja, setelah sebelumnya kuambil selembar foto yang tergeletak diantara sepihan kaca.

"Yesungie tolong bereskan tikus di dalam aku tidak mau ruangan appa menjadi kotor karena tikus busuk itu." Kulangkahkan kakiku menuju beranda kantor ini.. Ingin secepatnya menghirup udara segar.

"Bummie tolong jangan berbuat yang dapat merugikan dirimu sendiri, biarlah Park Jiyong yang mengurus Park Corp. Aku tidak pantas untuk mengurus perusahaan ummamu," perkataan Yesung oppa menghentikan langkahku.

"Harusnya kau lebih tau mengapa aku menyerahkan Park Corp. padamu, seorang KIM tidak akan dengan mudah percaya kepada orang lain selain KIM itu sendiri." Ku langkahkan kaki ingin secepatnya pergi dari tempat ini.

Umma Appa apa yang aku lakukan sudah benar?

 

~possesive~

 

Kututup semua program yang masih terpampang di layar laptopku, kulihat wallpaper laptopku. Seorang wanita yang manis dengan rambut yang terurai panjang dan jepit kupu-kupu yang selalu menghiasi indahnya surai kelamnya. Dia sedang membaca buku dibawah pohon ek yang rindang, angin membelai rambutnya.

Ya dia sempurna,

Akankah aku dapat merengkuhmu dalam pelukanku? Kuelus layar laptop, hingga suara operator membuatku terhenyak. Ahh penerbanganku akan berangkat ternyata. Kututup laptop itu dan memasukannya ke dalam tas, kulangkahkan kakiku ke menuju gerbang keberangkatan, Korea, I'm coming. I hope I can see u again my angel Kim Kibum.

 

~posessive~

 

Gadis itu terus membolak balik berkas-berkas yang sedari tadi menumpuk di depannya, sesekali juga dia mengetik sesuatu di laptopnya yang sedari tadi bertengger di paha mulusnya.

"Ini aneh, berkas-berkas ini terlalu sempurna untuk orang seperti appa. Ini terlalu aneh, seakan semuanya sudah diatur rapi. Terlalu rapi malah," gumamnya sambil mulai menutar-mutar bolpen dengan lincahnya hanya dengan satu tangan.

"Tunggu, ini tidak mungkin!". Dia mulai mengetik kan sesuatu pada laptopnya lagi. Tidak lama mata indah yang sedari tadi menari-nari melihat layar laptop mengalirkan cairan beningnya yang menghiasi mata onyxnya yang indah.

"Umma, appa, aku pernah berjanji tidak akan pernah melepaskan orang yang paling kucintai. Maaf kalau aku tidak bisa menjaga kalian. Hanya ini yang bisa aku lakukan, menemukan tikus laknat yang berani membunuh kalian.."

Bolpen yang sedari tadi dipegangnya dia genggam erat sehingga terbelah dua, lalu memuncratkan tintanya mengenai tangan dan beberapa berkas didepannya.

 

~possesive~

 

Sialan binatang jalang! Binatang jalang macam apa yang berani melakukan ini pada kalian? Aku tidak akan membiarkan mereka berkeliaran seenaknya, tidak akan pernah. Asal kalian tau saja berani menantang Cho Kyuhyun sama dengan MATI.

3 days ago

Ini tidak mungkin, umma tidak mungkin meninggalkan kami, umma orang yang tidak pernah melanggar janjinya. Aku tidak percaya umma pergi tanpa mengatakan sesuatu pada kami. Ini tidak mungkin. Lusa adalah hari penobatan Bummie, mereka sudah janji untuk datang. Umma dan appa kenapa kalian meninggalkan kami seperti ini. Ini terlalu janggal, aku harus menyelidikinya.

"Wookie noona sudah dapat apa yang aku minta? Ne.. Aku akan kesana..jangan biarkan Bummie tau tentang ini ne?" Aku menutup telpon dan bersiap-siap untuk memeninggalkan negara ini untuk ke Korea.

Tbc~

aneyong... ketemu lagi sama author gaje makasih buat yang udah baca dan ngesubsribe ff abal ini..

happy reading

don't bash and flame please author cinta damai laugh

RCL please..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
wonmayy #1
Chapter 4: jujur akku ga jelas sm crita nyx,,
terlalu brtputar2..

*mianhe
KyuriKimELF #2
Chapter 4: lanjut thor...
hub kyubum thu apa sbner.a mreka kya dket bnget...
d tngu sibum moment.a
bluerobot
#3
omg what is this. Im like 'whattt gosh playing with cutter and burning people omg' lol
Pegaxue #4
Chapter 1: Aku masih binggung kenapa Kibim sadis bangetTT TT
Semangat author-nim^^
sapphirewing #5
Wait.. Is this the end or there will be a continuation? I hope it's not the end >.<