Chap II

Over The Rainbow

Jiae menarik napasnya, ini benar-benar diluar apa yang dia bayangkan. Bisa lolos dalam audisi dan masuk kedalam perusahaan ini membuatnya semakin yakin bahwa keadaan akan menolongnya bertemu dengan pria yang ia cari selama ini. Ayahnya.

 

Suara riuh para peserta lainnya memenuhi ruangan atrium ini. Jiae kembali duduk di dalam ruang auditorium itu, namun kali ini peserta yang datang tidak sebanyak kemarin, dan dirinya merasakan tidak ada tekanan di ruangan ini, sangat berbeda saat kemarin seluruh tubuhnya bergetar dan dia ingin meledak karena ketakutan. Benar-benar seorang pecundang.

 

Gadis bernama Soojung yang kemarin berada satu panggung bersamanya tepat duduk di sebelahnya. Ia yakin kali ini mereka bukanlah saingan, sekarang mereka satu tingkat dan mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi artis.

 

'Hai' Jiae mencoba membuka percakapan dengan gadis yang berada di sebelahnya, sementara ujung podium itu masih gelap dan tidak ada tanda-tanda pengumuman disana, jadi Jiae memutuskan untuk berbincang-bincang sejenak dengan gadis itu.

 

Soojung masih tetap diam, tidak mengacuhkan panggilan Jiae. Jiae memajukan bibir bawahnya, mencibir sikap sombong Soojung. Gadis itu lalu melirik kearahnya dengan tatapan dingin.

 

Dan setelah itu Jiae mulai melupakan keinginan untuk bertegur sapa dengan Soojung, ia pikir Soojung memang bukan orang yang mau berbaur dengan yang lainnya.

 

Suara dentuman microphone menjadi awalan seorang pria dengan cardigan berwarna coklat susu mulai berbicara.

 

'Selamat pagi' ia tersenyum. Benar-benar terlihat seperti sosok yang ramah.

 

'Kenalkan, nama saya Kim Youngwoon' pria itu membenarkan suaranya lalu kembali berbicara.

 

'Kalian adalah orang-orang terpilih yang sangat beruntung. Disini kita akan melakukan pelatihan untuk persiapan kalian di dunia hiburan' pria itu memamerkan senyumannya dengan gigi putih yang berderet rapi.

 

Jiae mulai tidak konsentrasi dengan pembicaraan pria itu, ia tidak peduli apa yang akan dirinya lakukan disini, ia hanya ingin bertemu dengan ayahnya segera.

 

Dan setelah percakapan yang memakan waktu beberapa menit mereka diminta untuk menyerahkan aplikasi yang telah dipersiapkan oleh para calon pelatihan. Dan setelah itu mereka di bawa ke ruangan yang terlihat seperti dormitory untuk tempat mereka tinggal selama pelatihan.

 

Jiae menarik koper yang ia bawa dari rumah pamannya, kali ini Jiae benar-benar sendiri, ia tidak lagi mengandalkan siapa-siapa. Bahkan tidak ada yang ia kenal disini.

 

Beberapa pintu tersusun berhadapan di dinding panjang, membentuk sebuah koridor lurus yang luas. Gadis itu melangkahkan kakinya, mencari nomor kamar yang akan ia tempati. Dan setelah berjalan melewati beberapa pintu Jiae berhenti dan melihat kertas yang di pegangnya dari tadi, mencocokkan nomor yang di dapatnya dengan nomor yang berada di atas pintu kamar itu. Jiae mengangguk yakin. Gadis itu kemudian meletakkan telunjukknya di tembok kamar. Menelusuri daftar nama yang akan menempati ruangan itu. Dan di urutan kedua gadis itu mendapati namanya. Ia lalu melangkah masuk, sebuah ruangan dengan tempat tidur bertingkat yang jaraknya sangat dekat satu sama lain langsung menyambut pemandangannya. Jiae menghembuskan napanya, setidaknya tempat ini lebih baik dibandingkan rumahnya yang dulu.

 

Jiae meletakkan kopernya di sudut ruangan, mulai menentukan dimana ia akan tidur dan membuatnnya merasa nyaman. Beberapa saat kemudian, disaat gadis itu sedang memutar kepalanya melihat-lihat keadaan ranjangnya pintu kamar kembali terbuka. Seorang gadis berambut panjang yang ikal masuk dan tersenyum.

 

Oh Hayoung. Jiae dengan mudah mengingat nama gadis itu. Gadis yang terlihat begitu tergila-gila dengan Baekhyun di saat pria itu audisi.

 

'Ah annyeonghaseyo..~ kita berbagi kamar' gadis itu membungkukkan tubuhnya di ikuti Jiae yang membalas salam nya.

 

'Ah ya, silahkan' Jiae tersenyum, ia senang mendapat teman sekamar yang ramah, setidaknya Hayoung bisa menjadi orang yang menemaninya di tempat ini.

 

Dan tidak lama kemudian seseorang yang lain kembali datang.

 

Jiae membulatkan matanya terkejut. Gadis dengan kemeja dan celana denimnya, gadis yang selalu menolak perkenalannya, gadis yang mempunyai aura sombong di sekeliling dirinya. Jiae mendesah, bagaimana gadis itu bisa satu kamar dengannya? Mengapa ia seperti tidak melihat nama gadis itu saat ia mencari di daftar nama. Hari yang buruk menurutnya.

 

Soojung langsung masuk tanpa menegur siapapun, ia lalu meletakkan tasnya di ranjang atas kemudian menatap Hayoung dan Jiae yang kebingungan dengan kedatangannya.

 

'Ada yang salah?' Soojung bertanya dengan tatapan dingin. Kedua gadis itu hanya menggelengkan kepalanya cepat, tidak ingin masuk kedalam perdebatan di hari pertama.

 

Dan setelah semuanya selesai mereka tinggal berempat dalam satu kamar, bersama Choi Junhee, gadis itu masuk dengan langkah ragu untuk pertama kali ke dalam kamar dan hanya karena Soojung memberikan tatapan tajamnya. Gadis itu langsung keluar dari kamar, dan beberapa saat kemudian ia kembali masuk.

 

'Aku sudah melihat namaku dan aku berada di ruangan ini. Benarkah?' Junhee membenarkan kacamatanya. Soojung menatapnya datar. Bagaimana mereka tahu bahwa ini ruangan yang benar untuk Junhee sedangkan mereka sudah mendapatkan kertas berisi nomor kamar masing-masing. Tentu saja gadis itu sendiri yang mengetahuinya.

 

Hayoung maju ke depan pintu dan megambil kertas yang berada di genggamannya. 'nomor 03. benar disini, silahkan masuk' Hayoung tersenyum, sedangkan Soojung kembali naik ke atas tempat tidurnya seolah tidak peduli dengan gadis yang baru saja ketakutan dengan dirinya.

 

'Mengapa kau begitu canggung? Kita teman sekarang' Hayoung menepuk bahu gadis itu pelan, sedangkan Jiae mencoba untuk tersenyum kepadanya, mencoba membuat gadis itu merasa nyaman, mencoba membuat keadaan baik-baik saja.

 

Jiae ingat bagaimana gadis itu bernyanyi saat audisi, gadis dengan kacamatanya kemarin, terlihat sangat ramah dan juga lemah. Tapi disaat ia bernyanyi dengan gitarnya, semuana berbeda, ia seakan mempunyai kekuatan yang datang entah darimana. Begitulah pandangan Jiae kepadanya.

 

*

 

Pagi ini adalah hari pertama murid-murid kiriman dari perusahaan hiburan itu untuk bersekolah. Jiae memperhatikan sekelillingnya, beberapa gadis terlihat sudah mulai akrab dan berbincang-bincang, membicarakan tentang pelatihan yang akan mereka dapatkan di sekolah ini dan juga di perusahaannya. Perusahaan hiburan tentu saja mereka tidak akan mau menanam modal untuk seorang artis yang hanya terlihat baik diluar. Walaupun sebenarnya sekolah ini memberikan toleransi yang cukup besar kepada artis yang sudah debut, sehingga mereka bisa mendapatkan izin beberapa minggu untuk promosi tanpa masalah. Memang disitulah poin pentingnya.

 

Jiae melihat Soojung mendekat kearahnya. Bukannya ia membenci gadis itu, hanya saja ia merasa terintimidasi dengan wajahnya yang dingin setiap kali mereka bertemu. Soojung duduk di meja yang berada di hadapan Jiae. Dan walaupun begitu Jiae merasa bahwa Soojung bukanlah gadis yang jahat. Ia hanya tidak bisa bergaul dengan baik dengan sekitarnya. Berbeda dengan Hayoung yang dengan mudah bisa berinteraksi dengan orang lain.

 

Hari ini Soojung bisa merasakan bahwa keadaannya semakin baik, walalupun sebenarnya gadis itu merindukan rumahnya, mengkhawatirkan kondisi Sooyeon, hanya saja untuk saat ini hanya hal ini lah yang bisa ia lakukan. Yang bisa membuatnya hidup lebih baik tanpa membebani siapapun. Soojung menyandarkan tubuhnya ke kursi, dan tidak lama kemudian pandangannya terarah kepada seorang gadis yang berada di dalam mobil waktu itu. Gadis yang memperkerjakan pria hidung belang sebagai supirnya. Gadis itu menyadarinya dan ikut terkejut dengan kehadiran Soojung di sekolah ini.

 

'Kau? Anak wanita murahan itu?' gadis itu menghampiri meja Soojung, membuat Jiae yang sedang asik dengan buku bacaannya mendengar percakapan mereka yang terdengar tidak bersahabat. Jiae mencoba untuk menyimak setiap ucapan yang dikatakan gadis itu tanpa reaksi yang mengundang orang lain untuk mendengar.

 

'Sedang apa kau disini? Bagaimana bisa kau bersekolah di tempat ini? Apakah ibu mu memasang tarif yang mahal?' gadis itu mulai tertawa, meremehkan Soojung. Dan walaupun Jiae tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi ia merasa bahwa gadis itu keterlaluan.

 

Soojung menahan tubuhnya agar tidak menyerang gadis itu. Pagi ini, disaat hari pertamanya di sekolah baru, disaat semuanya terasa lancar. Soojung tidak berpikir untuk menghancurkan keadaan dengan membuat keributan. Walapun rasanya ia ingin meledak dan menerkam gadis kangnam yang berada di hadapannya.

 

'Bomi!' gadis itu menoleh ke arah sekumpulan gadis lain yang berada di belakangnnya.

 

'Ayo, sebentar lagi akan masuk kelas, kelas mu bukan disini kan' gadis lain itu yang meneriakinya dengan aksen santoori yang kental dengan rambut diikat dua, terlihat seperti anak sekolah dasar yang baru belajar.

 

Gadis bernama Bomi itu lalu melangkah pergi sambil mendecakkan lidahnya, kecewa tidak bisa melanjutkan ejekkannya kepada Soojung. Sedangkan Soojung masih tetap pada posisinya. Sebenarnya Jiae penasaran dengan apa yang terjadi, hanya saja dia tidak berani menanyakan hal itu kepada Soojung, dan mereka juga baru bertemu, terlihat tidak sopan tentu saja.

 

*

 

kelas berikutnya, perkenalan dasar tentang menari. Disini Jiae melihat begitu banyak orang yang bisa menggerakkan tubuhnya dengan baik. Jongin salah satunya, pria itu seakan menjadi sosok yang bukan dirinya disaat dia masuk kedalam tempo suatu musik.

 

'Menari bukan sekedar menggerakkan tubuh secara acak' seorang wanita dengan rambut di kuncir tinggi dan pakaian olahraga berjalan bolak-balik di hadapan mereka sambil menjelaskan dasar-dasar tarian.

 

'Tapi bagaimana kalian bisa masuk ke dalam tempo dan mengikutinya, lalu menyatu dengan nada' gadis itu menutup matanya dan kembali menatap para murid.

 

Jiae menghembuskan napasnya berkali-kali, ia bosan, gadis itu benar-benar tidak peduli apa yang dia dapatkan disini, ia berada disini bukan untuk menjadi artis. Jadi sekali lagi, ia mengabaikan setiap pelatihan yang di dapatkannya.

 

'Luhan, kedepan dan berikan contoh menari yang benar' beberapa murid langsung merubah tatapannya ke arah Luhan, pria itu sedikit terkejut saat namanya di panggil namun tetap berjalan ke depan dengan tenang dan santai. Jiae mengenal pria itu, disaat audisi dia menunjukkan kemampuan bernyanyinya. Dan gadis itu tidak tahu bahwa Luhan juga pintar dalam berdansa.

 

Dan tepat saat Luhan berada di hadapan mereka, guru itu menekan tombol play untuk musik yang akan mengiri Luhan menari, dan detik kemudian semua mata seakan tidak berkedip menatap pria itu. Luhan memang tidak sehebat Jongin dengan ekspresinya, tapi dia setidaknya mengerti bagaimana menggerakkan langkahnya dan menciptakan tarian yang bagus.

 

Jiae merasakan bahwa matanya tidak berkedip saat melihat penampilan itu, entah karena gerakan Luhan yang hebat atau karena pikirannya yang melayang kemana-mana. Gadis itu terdiam dengan tatapan kosongnya.

 

'Kau!' wanita itu menatap Jiae. Ia lalu menghampiri mejanya.

 

'Sejak tadi kau hanya terdiam dan tidak melakukan apa-apa, aku anggap kau mengerti, jadi silahkan maju dan perlihatkan kepada kami' Jiae menelan ludahnya, ia mengutuk dirinya, mengapa dia harus berurusan dengan tarian setiap kali. Ia benar-benar tidak bisa menari.

 

Semua murid yang berada di kelas itu kembali menatapnya, ia lalu menatap Soojung yang berada di hadapannya, tapi itu sama sekali tidak membantu, gadis itu memang tidak bisa memberikan bantuan apa-apa.

 

Jiae melangkah kedepan dan menggigit bibirnya, Luhan yang masih berada di depan kelas memperhatikan ekspresi Jiae. Ia tahu gadis itu panik dan tidak bisa melakukan apa-apa.

 

Guru itu kembali memutar lagu yang bertempo cepat, membuat jantung Jiae berlomba-lomba berdetak dengan kencang, ia menundukkan kepala dan menatap matanya, mulai menggerakkan kakinya secara tidak yakin, entah gerakan apa yang tercipta dihadapan mereka, Jiae tidak peduli, dirinya pasti terlihat seperti orang bodoh saat ini.

 

Luhan terus memperhatikan gerakan yang dibuat oleh Jiae, pria itu tidak bisa menilai bahwa gerakan itu jelek, hanya saja Jiae akan mendapatkan nilai yang tidak baik untuk usahanya.

 

Jiae merasakan ada dorongan di kedua tangannya, dan tubuhnya berputar dengan sendirinya. Ia merasa tubuhnya menari tanpa kendali. Ia lalu membuka matanya dan mendapatkan luhan sudah berada di belakangnya, menggegam tangan gadis itu dan membuat gerakan yang seirama dengan musik.

 

'Menari adalah bagaimana kita membuat dua gerakan ini terlihat menyatu' pria itu merubah posisinya, sekarang tubuhnya tepat berada di hadapan Jiae. Luhan menatap mata Jiae sambil tersenyum, Jiae mencoba mengabaikan pandangan itu.

 

'Kalian lihat, gadis ini tidak bisa menari dengan benar, tapi dengan gerakan yang tepat kita terlihat seperti seorang profesional' ucapan Luhan membuat orang-orang yang memperhatikan mereka tertawa. Jiae memajukan bibirnya, ia merasa bahwa pria itu memang membantunya, setidaknya ia tidak merasa seperti orang bodoh yang menari sendirian, tapi kalimat terakhir yang diucapkan oleh Luhan tetap membuat gadis itu terlihat seperti pecundang.

 

Tapi bagaimanapun Jiae berterimakasih atas sikap itu, walaupun dirinya tetap mendapat tawa dari teman-temannya di kelas setidaknya ia berhasil lolos dari guru menarinya.

 

*

setelah pelajaran seni berlalu, Jiae kembali bertemu dengan Hayoung, setidaknya hanya gadis inilah yang dapat membuatnya tidak merasa sendiri di tempat yang asing baginya.

 

'Siapa mereka?' Jiae menunjukkan jarinya kepada sekumpulan orang yang sedang mengantri makanan. Jiae ingat, mereka adalah gadis-gadis yang menghampiri Soojung pagi tadi. Hayoung mengikuti arah jari Jiae dan menganggukkan kepalanya.

 

'Oh, mereka adalah anak yang berlatih di perusahaan kita, mereka senior disini, kau tahu mereka sepertinya sempat ingin debut beberapa kali, dan seperti itulah gadis lain datang dan mereka menggantimu seenaknya. Gadis dengan rambut pirang itu bernama Bomi, dan disebelahnya yang berkuncir dua bernama Park Sooyoung, dan satunya lagi bernama Kaeun' Jiae mengerutkan keningnya mendengar penjalasan Hayoung. Bagaimana gadis ini bisa mengetahui orang-orang yang berada di sekolah ini disaat mereka berdua adalah murid baru.

 

'Woah, dari mana kau tahu semua itu?' Jiae menatap gadis itu sambil meneguk susu dari gelas kertas di tangannya.

 

Jiae kembali teringat kejadian tadi pagi, Bomi, benar, gadis itu yang menghampiri Soojung pagi tadi. Dan gadis dengan aksen santoori yang kental itu adalah Sooyoung, dan mereka bersama temannya yang tidak terlalu banyak bicara, Kaeun.

 

Hayoung tersenyum 'temanku yang memberitahu' Jiae menatap Hayoung sambil menyipitkan mata, ia lalu menyunggingkan senyumannya.

 

'Teman? siapa? Oh pria itu. Siapa namanya? Byun Baekhyun' Jiae mulai menggoda Hayoung yang terlihat memanas dan wajahnya merah.

 

Dan detik kemudian Jiae menahan nasi di mulutnya yang akan keluar karena terkejut melihat sosok yang berada di hadapannya.

 

Soojung meletakkan nampan berisi beberapa makanan di atas meja. Gadis itu langsung melahap makanannya tanpa mempedulikan reaksi yang diberikan dua orang dihadapannya.

 

'Soojung?' Jiae menepuk dadanya, tersedak oleh makanan yang sedang ia cerna. gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap Jiae. Sedangkan Hayoung sibuk mencari air untuk Jiae yang tersedak.

 

'Kenapa? Ada yang salah?' Jiae menelan ludahnya. Memang tidak ada yang salah dengan Soojung, hanya saja ia tidak menyangka bahwa gadis itu akan bergabung satu meja makan saat makan siang dengan dirinya, menurutnya itu suatu kemajuan yang baik. Dia memang menyangka bahwa Soojung adalah gadis yang baik.

 

'Ah tentu saja tidak. Silahkan makan kembali' Jiae menahan senyumannya bersama dengan Hayoung yang juga terlihat kebingungan dengan kehadiran Soojung.

 

*

 

Setelah melewati hari yang melelahkan di sekolah, mereka kembali kedalam asrama mereka, mengerjakan sesuatu yang lain, dan setelah makan malam mereka kembali mendapat pelatihan.

 

Junhee merebahkan tubuhnya, mengisi hari dengan lagu-lagu yang berasal dari pemutar musiknya. Ia menatap langit-langit asramanya. Apa yang membuatnya berada disini kembali ia pikirkan. Ia begitu mencintai pria itu. Pria yang berjanji akan datang padanya satu tahun yang lalu. Hingga akhirnya Junhee memutuskan bahwa dirinyalah yang harus mengejar sosok itu. Dan ia yakin tidak ada yang sia-sia saat ini.

 

'Apa yang kau dengarkan?' Junhee membuka matanya, merasakan seseorang hadir disampingnya. Ia lalu mendapati Jiae tersenyum ke arahnya.

 

'Ah, ini' gadis itu lalu memberikan sebelah headset itu kepada Jiae dan mulai mendengarkan lagu yang dimainkan dari playlistnya.

 

'Aah.. Dark Circle?' Jiae membulatkan matanya mendengar lagu yang ia dengar. Dark Circle, grup band terkenal yang sedang berada di puncak ketenaran akhir-akhir ini. Berisi tiga personil L.joe, Daehyun, dan Park Chanyeol.

 

Junhee tersenyum dan mengangguk.

 

'Kau penggemar mereka juga?' Junhee terdiam mendengarkan pertanyaan gadis itu

 

'Tenang kau pasti akan segera bertemu dengannya, mereka satu entertainmen dengan kita bukan? Nanti disaat kita mendapatkan kesempatan untuk debut kau pasti akan bertemu dengan mereka' Junhee menyunggingkan senyumannya mendengar semangat yang diberikan gadis itu.

 

Tapi Jiae tidak benar-benar mengerti apa yang gadis itu maksud. Mengapa dia berada disini, hadir dengan penampilan ini. Semua itu adalah karena Dark Circle. Karena Park Chanyeol lebih tepatnya.

 

*

Hari-hari berikutnya pelatihan semakin ketat, mereka membuat poin yang bisa didapatkan jika kau melakukannya semuanya dengan baik. Daftar hadir, ketepatan dalam kelas, sering menunjukkan kemampuan disaat guru meminta atau pelatih yang berada di perusahaan. Sedangkan Jiae tidak mendapatkan poin yang memuaskan, apalagi untuk kelas tari.

 

Kali ini Jiae menatap guru vokal yang berada di hadapannya, ia mulai bertanya-tanya apakah itu ayahnya? Tapi disaat pria itu muncul harapannya langsung pudar, pria itu masih terlihat muda dan Hijau, namanya Kim Sunggyu, pria dengan mata segaris yang sangat ramah.

 

'Bernyanyi adalah bagaimana menguasai lagunya, mengerti makna di balik liriknya, masuk dan rasakan apa yang ingin mereka ceritakan' pria itu memutar tangannya di hadapan dada, seperti ingin menyampaikan sesuatu yang dalam.

 

Jiae melihat kesekelilingnya. Ia dapat melihat Soojung yang terlihat fokus dengan apa yang pria itu katakan, gadis itu terlihat mempunyai determinasi yang kuat untuk berada disini, sangat berbeda dengan dirinya. Gadis itu terlihat mempunyai ambisi yang besar untuk menjadi penyanyi hebat. Dirinya tentu punya kekuatan itu, tapi untuk tujuan yang berbeda. Jadi ia kembali tidak peduli dengan apa yang pria itu sampaikan di depan kelas.

 

Baekhyun, dan Luhan juga seakan mengerti dan mengikuti kelas ini dengan baik. Mungkin hanya dirinya lah yang tidak serius.

 

Sunggyu membetulkan suaranya dan menatap beberapa murid yang berada di hadapannya, dia kemudian melihat seorang gadis dengan tatapan kosongnya, entah apa yang sedang ia pikirkan.

 

'Oke.. Im Jiae coba nyanyinkan suatu lagu mengikuti nada yang kuberikan' Jiae mengedipkan matanya berkali-kali, terkejut dengan ucapan pria itu. Mengapa semua guru selalu melihat kearahnya seperti dia adalah sasaran empuk untuk dijadikan lelucon.

 

Soojung menatapnya, tapi tidak ada yang dapat gadis itu berikan.

 

Jiae membenarkan suaranya dan mulai bernyanyi. Sunggyu memainkan nada dari sebuah Lagu yang sudah sering ia dengar. Tidak sulit baginya, hanya saja ia tidak tahu dengan suaranya yang pas-pasan.

 

Sunggyu berkali-kali mengerutkan jidatnya. Merasakan ada sesuatu yang salah dari suara Jiae.

 

'Oke. Berhenti' Jiae menahan napasnya dan menatap pria itu.

 

'Im Jiae, aku melihat hasil nilai mu dan aku mengerti mengapa kau tidak mendapatkan nilai yang baik untuk setiap pelajaran.' pria itu menyandarkan lengannya di kepala piano. Jiae menghembuskan napasnya. Ia tahu bahwa dirinya tidak bisa melakukan apa-apa dengan benar.

 

'Kalian dengar. Suaranya tidak buruk. Hanya saja, kau membawakannya tanpa perasaan, tanpa ekspresi sehingga terdengar bukan apa-apa' Jiae tidak mengerti apa yang terjadi, mungkin karena dia tidak pernah menginginkan semua ini, ia hanya ingin bertemu dengan ayahnya.

 

Sunggyu mulai mengambil nada lagi dan menatap Jiae.

'Kali ini nyanyikan dengan benar dan aku akan memberikanmu nilai yang baik' ia lalu tersenyum dan melajutkan permainannya.

 

Tapi setelah menarik napasnya dan mendengar apa yang pria itu mainkan tubuh Jiae bergetar. Dan ia seakan ingin berontak.

 

Somewhere over the rainbow.

 

Nada itu jelas mengisi pendengaran Jiae. Gadis itu menahan napasnya, matanya memerah. Dan pikirannya langsung terbang secara acak. Tempat yang indah, bersinar, warna-warni, seorang wanita dengan senyuman terindahnya. Dan Jiae merasa pikiran itu membuatnya gila.

 

'aku tidak bisa!' Sunggyu terkejut dengan apa yang Jiae katakan. Ia lalu kembali menatap gadis itu.

 

'aku tidak bisa!' Jiae berlari keluar kelas. Soojung dan beberapa teman-teman sekelasnya terkejut melihat tingkah gadis itu. Begitu juga Luhan dan Baekhyun yang tentu tidak mengerti mengapa Jiae langsung berlari keluar seakan ketakutan.

 

Keadaan menjadi hening, semuanya heran dengan tingkah Jiae. Soojung menahan napasnya dan sedetik kemudian dia keluar mengejar gadis itu.

 

'Jiae!' Soojung berteriak mempercepat langkahnya setengah berlari, tapi Jiae terus melangkah cepat sambil mengeratkan tangan di kedua telinganya.

 

'Im Jiae!' Jiae terus berlari dan dengan satu tarikan yang diberikan Soojung berhasil membuat gadis itu berhenti.

 

Mata nya berair. Soojung memperhatikan raut wajah itu. Jiae terlihat kertakutan. Soojung tidak mengerti apa yang terjadi dengan gadis dihadapannya. Guru itu hanya memintanya bernyanyi namun Jiae memberikan sikap seakan dia tidak peduli dengan hal ini.

 

'Ada apa denganmu? Kau sudah masuk ke tempat ini dan kau bertingkah seenaknya' Jiae terus memberontak, matanya kehilangan fokus dan berputar secara perlahan. Ia memutar tangannya agar lepas dari cengkraman Soojung. Tapi hal itu sia-sia, kekuatan Soojung tetap mengunci dirinya.

 

'Jiae dengarkan aku' Soojung mencengkram bahunya dan mengguncangkan tubuh Jiae sekali lalu menatap gadis itu. Membuat gadis itu tersentak dan diam tiba-tiba.

 

'Kau pikir mengapa mereka menerimamu disini? Dengan kemampuan yang kau tunjukkan saat audisi tidak ada yang menyangka kau akan berada disini' Soojung menatapnya lekat-lekat. Sedangkan gadis itu sudah seperti kehilangan nyawanya. Tatapan matanya kosong dan pelupuk matanya sudah berlinang.

 

'Kau tidak mengerti apa-apa. Jangan menilaiku' Jiae membalas semua ucapan Soojung dengan nada yang lemah.

 

Soojung menelan ludahnya, Gadis itu melepaskan cengkramannya terhadap Jiae, membuat tubuh yang sedari tadi bertumpu di kedua tangannya sedikit limbung karena hempasan itu. Soojung mencoba membiarkannya bertanggung jawab dengan keadaannya sendiri.

 

'Aku memang tidak tahu. Tapi tunjukkan bahwa kau memang pantas berada disini!' Soojung pergi meninggalkannya, tubuhnya bergetar. Ia tidak tahu apa yang terjadi, hanya saja lagu itu. Ia tidak bisa mendengarnya. Tubuhnya nyeri. Air mata terus mengalir dan Jiae bahkan tidak bisa menghentikannya.

 

Jiae tidak mengerti mengapa lagu itu harus hadir kembali dalam hidupnya.

 

Jiae tidak bisa mendengarnya. Dia tidak bisa mengingat kenangan disaat dia bersama lagu itu. Tidak bisa.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
shafaanis #1
keren. ini sangat keren.
aku akan dukung lo...

fighting!!!
amusuk
#2
menarik, saya lagi craving baca friendship sekarang ^^
semangat!