Chapter 6

Ghost

Aroma kopi tercium diseluruh ruangan. Pria berkemeja biru tua duduk dikursi dekat pintu. Pandangannya tersebar tak menentu. Bibirnya cemberut. Ia menopang dagu dengan kedua tangannya diatas meja dan membiarkan minuman pesanannya dingin begitu saja. Bosan rasanya.  Menunggu seseorang bukanlah kegiatan yang mengasyikan. Inginnya segera pergi dari sini jika seseorang tidak menyuruhnya tetap menunggu.

“Taecyeon-sshi” wanita yang ditunggunya akhirnya tiba dengan senyuman yang dipaksakan

Taecyeon tersenyum simpul kemudian mempersilahkan wanita tersebut duduk dihadapannya. Tidak perlu basa-basi wanita itu langsung duduk dan membicarakan pokok permasalahannya.

“Taecyeon-sshi, kau tahu dimana Seulong?” matanya nanar dan Taecyeon melihat itu

“dia tidak memberitahuku dimana ia tinggal” Taecyeon sedikit tidak enak memberikan jawaban yang tidak memuaskan, tapi bagaimana lagi, dia memang tidak tahu dimana Seulong tinggal.

“benarkah? Bisakah kau tanyakan padanya sekarang?” tangannya bergetar sangat jelas terlihat

Taecyeon mendelik kearah lain “aku sudah bertanya waktu itu dia tidak memberikan alamatnya. Sepertinya sekarang juga sama” sesungguhnya Taecyeon merasa iba, tapi kalaupun ia tahu dimana Seulong, dia tidak ingin memberi tahukan kepadanya mengingat fakta yang ia dapatkan dari curahan hati Seulong

Wanita itu menghembuskan nafasnya kecewa. Ia memijat pelan kepalanya yang terasa berat. Taecyeon makin merasa iba. Ia juga jadi kebingungan sendiri, anatara ingin membantu wanita dihadapannya atau menepati janjinya pada Seulong. Akhirnya ia memilih untuk membiarkan semuanya berjalan sebagaimana alurnya, mungkin akan lebih baik bagi semuanya. Ia tidak perlu melarang wanita itu bertemu Seulong. Ia hanya perlu menghindarkan Seulong dari pandangan ibunya.

Tanpa mendapat informasi yang cukup. Wanita itu pamit dan keluar dari kedai kopi. Disaat wanita itu benar-benar menghilang dari pandangan matanya, ponsel didalam saku celananya bergetar.

yobseo?” Taecyeon memulai pembicaraan tanpa melihat siapa yang menghubunginya

“Taecyeon-ah, akhirnya kau mengangkat telepon hyung. Aku tau kau tak akan tahan memusuhi hyungmu yang tercinta ini” Seulong terkekeh. Taecyeon merasa menyesal mengangkat teleponnya

“ya hyung, rumahmu dimana? Kau janji memberikanku alamat rumahmu kalau aku mengangkat teleponmu” seperti mengingat sesuatu yang membahagiakan nada bicaranya berubah menjadi lebih ceria dibanding saat ia mengangkat telepon

“kau merindukanku? Ingin bertemu denganku? Tenang saja, besok aku ke Seoul, jadi siapkan kamar favoritku, oke?”

“b-bbesok?” matanya membulat sempurna

“ne, wae?”

“tapi kamar favoritmu ada yang menempati” Taecyeon berusaha menstabilkan nada bicaranya

“kemudian disebelahnya saja”

Taecyeon menelan ludah. Ia bingung memikirkan jawaban yang harus ia berikan. Masalahnya kamar favorit Seulong ditempati oleh ibunya. Jika Seulong tidur dikamar sebelah, maka ada kemungkinan besar Seulong bertemu dengan ibunya.

“seluruh kamar hotel penuh, kau tidur dirumahku saja” ia pikir ini jawaban paling tepat walau rasanya berat. Takut-takut mendapat informasi rumahnya berhantu.

“baiklah” Seulong dengan mudah menyetujuinya tanpa ada rasa curiga

 

-Ghost-

 

“Sohee-ya. Dimana kau?” beberapa saat setelah perbincangannya dengan Taecyeon terputus, Seulong ingin segera memberi kabar pada Sohee.

“aku didekat jendela ruang tengah” katanya dingin

Seulong berpindah dari kamarnya menuju tempat dimana Sohee berada. Ia melihat Sohee membelakanginya, artinya Sohee mengadapkan dirinya didepan jendela. Seulong hanya berdiri didepan pintu kamarnya tanpa mendekat.

“Sohee-ya. Besok aku pergi ke Seoul, kau ikut denganku dan tunjukan padaku dimana jasadmu”

Sohee menyetujuinya tanpa membalikan badannya. Menyembunyikan wajahnya. Seulong berbalik kekamarnya lagi, mengemas barang-barang yang harus ia bawa. Hanya butuh waktu 10 menit, semuanya sudah terkemas rapi. Seulong memutuskan untuk beristirahat lebih awal malam ini.

 

-Ghost-

 

“Seulong hyung” Taecyeon berteriak ketika mendapati Seulong keluar dari stasiun kereta api dengan pakaian kasual dan ransel dipunggungnya. Ia melambai-lambaikan tangannya

“ayo” Seulong menghampiri Taecyeon dan menyeretnya keluar menuju rumah.

Chansung menyetir untuk mereka. Seulong dan Taecyeon duduk bersebelahan. Selama perjalanan, Taecyeon mengeluh tentang masalah-masalah yang terjadi didalam pekerjaannya. Seulong mendengarkan dengan perhatian, sesekali tertawa atau berkomentar dan memberi saran. Merekapun sampai ditempat tujuan.

“Taecyeon-ah, boleh kupinjam mobilmu?”

“untuk apa? Tadi kau menyuruhku membawamu kerumah, mau kemana sekarang? Istirahat dululah” Taecyeon menarik lengan Seulong dengan paksa. Awalnya Seulong menolak, tapi setelah dipikir-pikir, hari ini cukup melelahkan.

 

Seulong keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidurnya. Jarum jam dinding menunjukan pukul 9 lewat 25 menit. Ia berjalan menuju tempat tidurnya dan mematikan lampu. Tiba-tiba ia ingat alasannya pergi ke Seoul

“Sohee-ya,” Seulong menyalakan lampu tidur disamping kasur “dimana?” tanyanya kemudian sambil melihat kesekeliling

“apa?” Sohee muncul tiba-tiba didepan meja, samping kasur

“bisa kau ceritakan ciri-ciri tempat itu?” tanyanya saat menemukan sosok Sohee

“yang aku ingat, kecelakaan itu terjadi di sebuah jembatan”

“jembatan mana?”

“aku tidak tahu jelas namanya,” bola matanya naik keatas. Ia menggembungkan pipinya yang chubby dan memanyunkan bibirnya sambil berpikir. Seulong yang daritadi memperhatikan Sohee seperti terpesona melihat wajah Sohee diantara cahaya remang lampu tidur. Sohee mendesah “aku tidak ingat”

“begitukan?” tanya Seulong salah tingkah. Ia mengalihkan pandangannya kearah pintu

“lalu, besok kita cari bersama, siapkan dirimu” lanjutnya

“baiklah” jawab Sohee dingin, lalu menghilang

 

-Ghost-

 

Pagi hari yang cerah di kota Seoul, Taecyeon dan Seulong duduk berhadapan dimeja makan. Keduanya ditambah Chansung menikmati sarapan pagi yang disiapkan oleh pembantu rumahtangga. Taecyeon yang sudah berpakaian rapi siap menuju kantor, begitu juga dengan Chansung. Berbeda dengan Seulong yang hanya menggunakan pakaian kasual seperti kemarin.

“Taec, boleh kupinjam mobilmu?” Seulong membuka pembicaraan

“untuk apa hyung?”

“biasa” jawabnya datar

“kau berurusan lagi? Ya Tuhan” nada bicara Taecyeon sama datarnya

“bagaimana lagi”

“kau hanya perlu mengabaikannya”

“sudah terlanjur. Lagipula yang sekarang berbeda dengan yang sebelumnya, tidak semenyeramkan hantu jaman joseon, tidak menyebalkan seperti hantu yang bunuh diri, dan tidak menyusahkan seperti hantu yang hilang ingatan, dia cantik dan lucu”

Taecyeon tersendak, ia batuk-batuk dan meneguk air minumnya “Ya Tuhan, kau tidak jatuh cinta pada hantu itu kan?” tanyanya sambil tertawa mengejek

“yang benar saja. Tidak mungkin lah” jawab Seulong ketus

“apa masalah hantu itu?” tanyanya penasaran sambil melanjutkan makannya

“dia ingin kaka tirinya dan ibunya menemui jasadnya. Dia koma karena kecelakaan” jawab Seulong datar

“oh berarti ada kemungkinan dia hidup hyung” ia melirik Seulong dan tersenyum menyeringai

 

-Ghost-

 

Seulong memegang kunci mobil yang Taecyeon berikan kepadanya. Ia berjalan menuju garasi mobil, membuka kunci dan menyalakan mesinnya. Pagar penghalang antara garasi dan jalanan terbuka secara otomatis. Seulong pergi meninggalkan rumah mencari jembatan tempat Sohee mengalami kecelakaan. Sohee duduk disamping Seulong dengan tatapan lurus kedepan. Tanpa ada suara. Perjalanan terasa begitu lama. Tidak suka dengan suasana hening, Seulong memulai pembicaraan.

“kau kenapa? Ada yang salah?” tanyanya

“tidak” jawab Sohee singkat masih dengan ekspresi datar dan pandangan lurus kedepan

“kau berubah” serunya, berharap Sohee menceritakan apa yang dirasakannya. Tapi usahanya gagal, Sohee tetap bergeming tanpa suara.

Seulong sudah melewati beberapa jembatan tapi hasilnya nihil. Jawaban yang ia dapat dari Sohee sangat singkat dan mungkin menyebalkan seperti “bukan ini” “aku tidak tahu tempat ini” “sepertinya bukan”. Seulong ingin menyerah. Ia lelah, dari tadi pagi sampai siang yang terik ini usahanya belum ada hasil.

“masih ada jembatan lain?” Sohee tidak seperti sebelum-sebelumnya yang hanya menjawab seadanya kini bertanya. Ia melihat ekspresi frustasi Seulong

“ada, kita dalam perjalanan menuju jembatan Dongho, sebentar lagi kita sampai”

Sohee mengangguk. Ia melihat kedepan dan langsung terkejut

“ya, disini tempatnya. Rumah sakitnya tidak terlalu jauh dari sini” ujarnya semangat. Seulong melirik sekilas kearah Sohee. Wajah Sohee berubah cerah, matanya berbinar, terukir senyum kecil dibibirnya. Seulong pun ikut tersenyum.

 

-Ghost-

 

Seulong berjalan mengikuti perintah Sohee setelah sampai di rumah sakit. Raut wajahnya terlihat cemas. Ia menaiki lift menuju lantai 3. Tanpa ada kendala sedikitpun, ia sudah sampai didepan ruangan Sohee.

Ia benar-benar tegang. Sohee menyuruhnya masuk, tapi ia masih diposisinya. Menghadap kedepan pintu dengan sedikit kaca, ia bisa melihat seseorang berbaring didalam sana. Ia sedikit bergetar. Namun Sohee terus mendesaknya masuk.

Seulong akhirnya membuka pintu. Ia masuk dan berjalan mendekati tubuh Sohee yang berbaring kaku dengan mata tertutup dan selang-selang dihidungnya. Ia melihat Sohee kasihan. Berharap Sohee segera sadar

“aku terlihat menyedihkan bukan?” tanyanya. Ia berdiri disamping tubuh aslinya. Matanya menatap dingin pada tubuhnya sendiri. Ia mengendus

“iya,” jawab Seulong singkat “maka dari itu kau harus cepat sadar Sohee. Kau harus sadar” lanjutnya sambil menatap Sohee. Sohee tidak membalas tatapan dari Seulong. Ia menghindar, dengan tetap menatap tubuh aslinya

Pintu ruangan Sohee bergerak. Artinya seseorang memasuki ruangan Sohee.

“kau siapa?” tanya seorang wanita muda berpakaian putih dan dibalut jas khas rumah sakit. Ia terkejut melihat seseorang memasuki ruangan pasiennya. Ini kali pertamanya ia melihat orang lain masuk selain para suster maupun dokter. Seulong membalikan badannya kearah sumber suara. Ia bisa melihat keterkejutan wanita itu.

“aku-“ wanita tadi memperhatikan wajahnya. Ia sedikit salah tingkah “keluarganya”

“benarkah?” mata wanita tadi membulat. Kemudian ia tersenyum cerah. Ia mendekati Seulong dan senyumannya semakin mengembang. Seulong membalas senyumannya.

“sudah 3 tahun aku kebingungan. Aku tidak tahu siapa dia dan keluarganya. Tapi akhirnya keluarganya datang juga”

“terimakasih sudah merawatnya” Seulong tersenyum formal. Kemudian keduanya membicarakan keadaan Sohee selama 3 tahun koma.

 

-Ghost-

 

Seulong menjalankan kendaraannya menuju rumah. Hari sudah mulai gelap. Ia merasa lega sudah bertemu jasad Sohee. Saatnya menyusun cara untuk bertemu dengan sang penyanyi bernama Jiyong.

“aku pulang” teriaknya setelah sampai dirumah

hyung, sini makan. Kau dari mana saja?” ucap Taecyeon menyambut hyungnya tersebut sambil terus mengunyah makanannya

“dari rumah sakit” jawab Seulong dingin

“kau sakit? Sakit apa?”

“tidak. Aku sudah bertemu jasadnya”

“benarkah? Bagaimana dia?”

“bagaimana apanya?”

“wajahnya? Cantik?”

Seulong mengendus kesal. “Kurasa semua wanita didunia ini cantik, tidak ada yang jelek” katanya. Taecyeon terkekeh sambil tetap menyantap makanannya. Seulong pun ikut makan bersamanya.

Taecyeon dan Seulong selesai makan malam. Mereka berjalan menuju ruang tengah untuk menonton TV, Seulong yang megajaknya. Kali-kali Taecyeon tahu tentang seseorang yang bernyanyi dilayar TV yang merupakan kaka tiri Sohee. Ia memilih acara musik

hyung, kemarin aku bertemu teman lamaku, Minjun. Dia bersama seorang penyanyi yang baru debut” ucap Taecyeon setelah melihat sekelompok idol sedang bernyanyi sambil menari

“ooh. Siapa penyanyi itu?” Seulong hanya fokus melihat TV, berharap Jiyong muncul dengan segera

“Jiyong, mereka berteman. Temanku akan debut didalam agensi yang sama dengannya”

“hmm” responnya singkat.

Mereka menikmati acara tersebut tanpa suara, sampai akhirnya Jiyong muncul

“kau tahu orang itu?” tanyanya menunjuk Jiyong

“ya. Dia Jiyong, temannya temanku yang aku ceritakan tadi”

Seulong menganga, kemudian dia tersenyum bahagia. “benarkan? Bisakah kau pertemukan aku dengannya?” Seulong mengayun-ayunkan lengan Taecyeon sambil memasang wajah memohon. Taecyeon bingung dengan perubahan sikap Seulong yang asalnya diam dan santai menjadi berlebihan.

“untuk apa?”

“menyelesaikan masalah Sohee”

 

-Ghost-

 

Taecyeon dan Seulong duduk manis disudut ruangan kedai kopi. Kedai kopi yang mereka kunjungi sama seperti saat Taecyeon bertemu Omma Seulong. Mereka menikmati kopi pesanan masing-masing. Tinggal setengah gelas kopi milik Seulong. Sedangkan kopi Taecyeon sudah habis diteguknya. Mereka berada di kedai kopi ini bukan tanpa alasan. Ya, mereka menunggu Minjun, teman sang penyanyi.

mian terlambat” Minjun sedikit membungkukan badannya saat ia tiba. Ia tersenyum pada dua orang dihadapannya. Nafasnya tersenggal-senggal, seperti habis berlari. Taecyeon dan Seulong berdiri balas membungkukan badannya

“tak apa, silahkan duduk” Seulong mempersilahkan Minjun duduk disampingnya

“perkenalkan Minjun, ini Seulong, tetanggaku sewaktu kecil”

annyeong Seulong-sshi, Minjun imnida” Minjun mengulurkan tanggannya

“aku sudah tau,” Seulong tersenyum “Seulong imnida” ia membalas uluran tangan Minjun

“Minjun-ah, Seulong hyung ingin meminta bantuanmu” ujarnya ketika mereka selesai memperkenalkan diri masing-masing. Ia hanya ingin mempersingkat waktu dan segera kembali kekantor, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Ia rasa sudah terlalu lama mereka ada di kedai kopi ini. Mengingat Minjun terlambat datang.

ne? apa itu?” Minjun sedikit terkejut, pasalnya ia baru saja berkenalan dan belum benar-benar kenal

“begini, kudengar kau dekat dengan Jiyong. Bisa bantu aku untuk bertemu dengannya?” ucap Seulong langsung pada pokok permasalahan

ne?” Minjun terdiam. Dia memutar otaknya mencerna kalimat yang diucapkan Seulong. Ia bertanya-tanya, untuk apa Seulong ingin bertemu dengan Jiyong? Apa dia sasaeng fans yang menghipnotis Taecyeon agar mau membantunya? Berbagai pikiran negatif berpunculan dibenaknya. Wajahnya tidak mampu menyembunyikan kecurigaannya. Sehingga dengan mudah terbaca oleh pria disampingnya

“aku bukan seseorang yang jahat yang ingin menjatuhkannya atau melukainya. Justru aku ingin membantunya” ucap Seulong seolah dapat membaca pikiran Minjun

ne? ah aniyo aku tidak berpikir seperti itu” Minjun berbohong, ia jadi salah tingkah

“lalu? Bisakah kau membantuku?” tanya Seulong tegas. Seperti mendesak Minjun agar membantunya

“dia hyungku, aku mengenalnya sejak kecil. Aku mempercayainya. Dia bukan orang jahat” Taecyeon meyakinkan

“ini tentang hidup seseorang,” Seulong bersuara lagi “kau tau Sohee? Adik tiri Jiyong? Aku bertemu dengannya,” lanjutnya. Minjun terkejut. Ia menatap kedua bola mata Seulong. Seulong tersenyum tenang tanpa melihat ekspresi terkejut milik Minjun. Ia mengangguk seolah mengerti keterkejutan serta kebingungan pria disampingnya itu “aku bisa melihat arwah, aku bertemu dengannya dan ia memintaku untuk membawa Jiyong dan ibunya menemui jasadnya, Sohee koma. Kau pasti tidak percaya. Tapi itu nyata” Seulong balas menatap Minjun. Wajah Minjun pucat. Tangannya bergetar. Taecyeon menepuk pundak Minjun menenangkan. Ia khawatir Minjun tiba-tiba pingsan

Tanpa mengeluarkan suara apapun, Minjun mengambil ponsel disaku celananya dan mengotak-atik layar ponsel ditangannya. Ia menempelkan ponselnya ditelinga kanannya. Matanya tertutup rapat. Ia mengatur nafasnya yang tadi sempat tersendat-sendat karena keterkejutannya. Kini nafasnya lebih teratur dan tenang

yobseo? Jiyong-ah dimana kau?”

“…”

“oh. Lalu kapan kau pulang?”

“…”

“benarkah?” Minjun terkejut

“…”

aniyo. Kemudian kita bertemu di café dekat gedung YG minggu depan”

“…”

ne” Minjun menutup sambungan. Ia menatap Seulong dan Taecyeon bergantian

“Jiyong sedang tidak di Seoul. Dia sedang di luar kota, minggu depan dia pulang” nada bicaranya terdengar lebih tenang dari sebelumnya. Ia memasukan kembali ponselnya kedalam saku celana

Seulong mengangguk “kemudian, aku tinggal menyusun rencana untuk memberi tahu Ommanya dan kembali lagi ke Seoul minggu depan,” Seulong menarik nafasnya dalam. Kemudian ia menatap Minjun dan menepuk bahunya “terimakasih Minjun-sshi sudah mau membantuku, ani maksudku membantu Sohee” ia tersenyum tulus

Minjun mengangguk “tidak perlu berterimakasih, hanya ini yang bisa kulakukan” Minjun balas tersenyum, kemudian ia pamit pergi. Setelah kepergian Minjun, Taecyeon pun pergi dari kedai kopi meninggalkan Seulong sendiri. Oh mungkin bersama Sohee

Sohee merasa senang dengan semua kemudahan yang Seulong dapatkan hari ini. Tapi dia juga merasa sedih. Ia takut lebih tepatnya. Takut untuk berpisah dengan Seulong

Seulong mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi untuk mencatat. Ia mencatat langkah-langkah yang akan ia lakukan selanjutnya. Mempersiapkan kalimat apa yang harus ia ucapkan. Sohee memperhatikannya dalam diam, seperti saat pertama ia melihat Sohee. Tatapan yang Sohee lemparkan hanya berupa tatapan dingin tanpa ekspresi. Wajahnya yang putih pucat tanpa warna membuatnya semakin terlihat ‘mati’. Seulong mengabaikan tatapan Sohee walau ia tahu Sohee sedang menatapnya. Ia memesan secangkir kopi favoritnya lagi. Ia meneguknya perlahan. Setelah ia pikir semuanya selesai. Ia meninggalkan kedai kopi

 

Sohee-ya sebentar lagi semuanya selesai. batin Seulong ketika ia berjalan keluar. Ia mengepalkan tangannya kuat.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
minminhyo
#1
Chapter 6: wow..saya semakin tidak sabar utk mengetahui endingnya!!! teruskan usaha ya author-nim!!
minminhyo
#2
Chapter 5: ceritanya semakin menjadi lebih complicated...wahhh kesiannya sama sohee huhuhu harap2 cintanya berbalas!!!
minminhyo
#3
Chapter 4: aww,sohee sdah jatuh cinta sama seulong!!!!!
ceritanya semakin menarik!!!
minminhyo
#4
Chapter 3: daebak!!!! ceritanya sungguh sweet...harapnya sohee masih hidup mesti ceritanya lebih best but its ok this storyline is great
update soon!!!
minminhyo
#5
Chapter 2: wow,cerita kamu sangat menarik bagi saya harap teruskan usahanya heheheh