I Just Can’t Life Without You Chapter 4

I Just Can't Live Without You

 

“Ya Hyung! Bicarah dengan jelas! ” aku sensitif hyung membawa-bawa omma. Firasat aku mengatakan ada hal buruk yang terjadi. Lalu perlahan Donghae hyung mengangkat wajahnya.

“Omma meninggal Jung-ah...” Aku shock mendengar berita itu. Tidak mungkin!

“Andwae hyung andwae! Bangun hyung! Aku tahu kau pasti masih mengigau! Omma.. Omma lagi asik berlibur di Amerika hyung! Omma lagi bersenang-senang hyung!”

“Mianhae Jung-ah.. Mianhae” Tiba-tiba saja badan Donghae hyung melemas dan dia jatuh pingsan di hadapanku. Eunhyuk hyung langsung membawa Donghae hyung ke kamar. Aku melihat ke arah hyung lainnya yang masih menatapku dengan tatapan simpati. Lalu Leetuk hyung mendekatiku dan memelukku

“Hyung. Tolong jelaskan padaku kalau Donghae hyung sedang mengigau. Dia sedang bermimpi. Omma masih hidup kan hyung! Katakan hyung” Aku tak tahan memberondong Leetuk hyung dengan pertanyaan.

“Sabar Jung-ah.. Tabahkan dirimu. Omma mu sudah tidak ada” Leetuk hung menepuk-nepuk bahuku simpati. Aku bagaikan tersambar petir. Omma..

“Omma..Omma..” Akupun menangis histeris di pelukan Leetuk hyung. Kenapa omma? Kenapa kau meninggalkanku. Aku masih ingin melihatmu di sampingku omma. Aku ingin omma melihatku di panggung sebagai penyanyi. Omma!

“Relakan omma mu Jung-ah” Tiba-tiba saja tubuhku melemas dan semuanya berubah menjadi gelap...

 

“Jung-ah ! Jung-ah! Kajja! Omma sudah membuatkan puding cokelat untukmu!” Omma?? Apa ini mimpi. Dari kejauhan Omma memangil-manggil namaku. Tangannya terlihat  memegang piring berisi puding. Aku mengucek-ngucek mataku. Apa ini benar? Omma ada di hadapanku! “Jung-ah kajja! Apa kau ingin hyungmu yang menghabiskannya?” Itu benar omma!

“Ommaa!!” aku berlari menghampiri omma. Kemudian aku memeluknya erat. Omma kau benar-benar ommaku kan.. “Ommaa.. Bogopshida.. jangan pergi kemana-mana lagi. Aku dan hyung merindukanmu” Lalu kurasakan tangan halus omma membelai rambutku.

“Omma tidak akan kemana-mana Jung-ah. Omma ada disini. Di dekatmu.”

“Omma bohong! Omma janji tidak akan lama pergi ke amerika menjemput appa. Tapi kenapa lama sekali?” Aku protes kepada omma tanpa melepaskan pelukanku.

“Omma harus mencari appa mu Jung-ah. Omma harus mencarinya.. ”

“Cepatlah kembali omma.. cepatlah kembali..”

“Nde, Jung-ah Omma akan kembali. Aku mencintaimu Jung-ah. Jaga dirimu baik-baik. Titip salam untuk hyungmu. Katakan aku juga mencintainya. Omma mohon kalian untuk selalu tersenyum bahagia untuk omma. Sampai bertemu Jung-ah..” Tiba-tiba saja tubuh omma menipis menjadi bayangan. Lalu aku melepaskan pelukanku.

“Omma.. jangan tinggalkan aku! Omma!” Seketika aku terbangun. Nafasku tersengal-sengal. Mataku basah oleh air mata.

“Jung-ah. Gwencanha?” Terlihat Eunhyuk hyung di hadapanku.

“Hyung  Omma ku, hyung. Aku bermimpi bertemu omma..”  Lalu aku merasakan tangan Eunhyuk hyung melingkar di tubuhku.

“Relakan omma mu Jung-ah. Biarkan dia bahagia”

“Omma.. Omma..” Aku sudah kehilangan appa. Kenapa omma juga meninggalkan aku dan Donghae hyung! Omma kau jahat!!

 

 

Tepat 1 minggu hari dimana aku mengetahui kepergian omma. Hari-hari ku lalui dengan sepi. Liburan hampir usai. Aku tidak berminat menghabiskan liburanku dengan apapun yang menyenangkan. Aku tidak lagi menyanyi di cafe. Tidak lagi mengunjungi dorm. Yang kulakukan hanya berdiam diri di kamar. Saat akhir pekan beberapa hyung mengunjungiku. Menanyakan kabarku dan mencoba menghiburku. Beruntungnya aku memiliki hyung seperti mereka.

Keadaan Donghae hyung lebih parah dariku. Aku dengar dari hyung lainnya, kalau suasana hati Donghae hyung sejak kejadian itu sangat buruk. Beberapa jadwal harus di cancel saat emosi Donghae hyung sedang tidak stabil. Hyung lainnya sangat mengkhawatirkan hyung ku.beberapa kali Donghae hyung mengunjungiku. Yang kami lakukan hanyalah menangis bersama. Donghae hyung selalu menyalahkan dirinya kenapa dia tidak bergerak cepat mencari omma. Andwae hyung. Itu bukan salahmu. Inilah takdir yang sudah ada. Omma sudah tiada dan takkan kembali lagi.

“Sun-ah!” Terlihat dari kejauhan seorang namja berambut gondrong yang diikat asal dan memakai kacamata, Shin Woo hyung. Hari ini Shin Woo hyung mengajakku bertemu di cafe biasa. “Aku turut berduka cita atas kematian omma mu Sun-ah. Bagaimana keadaanmu sekarang?  ”

“Gomawo hyung. Ne, aku sudah baikkan. Kenapa hyung memanggilku kesini?”

“Sebelumnya aku mau minta maaf. Ini memang bukan saat yang tepat, aku menanyakannya. Tapi, aku hanya mengingatkan akan mimpimu” Aku mengerutkan dahi tanda tidak paham. “Ini tentang impianmu. Kau masih ingin bernyanyi bukan? Langkah awal menjadi penyanyi! Audisi pencarian bakat menyanyi sebentar lagi ” Aku kembali ke masa lalu. Alasan utamaku menjadi penyanyi adalah karena aku ingin membanggakan omma. Saat aku bernyanyi di panggung aku akan meneriakkan nama omma. Tapi, kehilangan omma membuat aku tidak tertarik lagi memenuhi impian itu.

“Mianhae hyung. Aku sudah tidak tertarik lagi”

“Mwo? Itu kan impianmu. Bernyanyi di atas panggung dan membagikan kebahagian ke semua yang mendengarkan nyanyianmu” Perlahan aku mencoba menjelaskan alasan mengapa aku mundur.

“Hyung. Selama ini aku ingin menjadi penyanyi hanya untuk omma ku. Aku ingin bisa membawa nama omma di atas panggung. Dan sekarang omma ku sudah tiada. Aku sudah tidak mau lagi penyanyi ataupun menyanyi lagi. Mianhae sudah mengecewakanmu hyung”. Terlihat Shin Woo hyung menghela nafas kecewa.

“Baiklah kalau itu pilihanmu. Tapi, bisakah kau fikirkan ini baik-baik. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Masa depanmu ada di tanganmu. Tapi, bila suatu saat kau butuh bantuanku. Bila aku biasa maka akan ku tolong.” Aku terdiam mendengarkan perkataan Shin Woo hyung. Ya aku tahu kesempatan tidak akan ada dua kali. Tapi... Bila tak ada omma di belakangku, apa jadinya aku? “Baiklah sebenarnya aku hanya ingin membicarakan ini saja. Pikirkan semuanya baik-baik. Ingat kesempatan ada di tanganmu. Mianhae aku harus pergi dulu. Sampai nanti Sun-ah!”

“Ne hyung. Hati-hati.” Setelah kepergian Shin Woo hyung aku merenung. Apa yang di katakan Shin Woo hyung benar. Itu semua adalah impianku. Menjadi penyanyi dan menyebarkan senyum melalui lagu-lagu yang ku nyanyikan. Dulu omma bilang dia sangat menyukai suaraku dan omma selalu memujiku. Sebelumnya Omma tidak pernah mengizinkan aku menjadi seorang penyanyi sejak omma ke hilangan Donghae hyung yang disibukkan dengan trainee di SM E. Setelah di tinggal oleh Donhae hyung, omma tidak mau kehilanganku juga. Omma tidak ingin orang lain menikmati suaraku. Omma ingin, hanya omma lah yang mendapatkan hak khusus mendengarkan suaraku. Omma ingin aku selalu ada di sampingnya untuk menemaninya. Tapi, setelah aku bilang aku ingin menyanyi untuk membagikan kebahagiaan kepada orang-orang yang mendengarkan suaraku, omma mengizinkanku. Omma bahkan mendukungku menjadi penyanyi. Omma selalu mengingatkan janjiku untuk meneriakkan kata omma saat pertama kali aku debut dan tampil di umum. Sejak saat itu aku selau berjuang untuk bisa ikut trainee dan memulai debut. Pekerjaanku menyanyi di cafe juga merupakan langkah awalku untuk menggapai impian yang aku ingin capai. Tapi.. kepergian omma membawa serta impian itu.

“Aku mohon. Jangan hentikan langkahmu sampai disini. Aku yakin kau mampu! ” Tiba-tiba dihadapanku mucul seorang yoeja berambut sebahu dan berbando merah. Aku bertanya-tanya siapakah yoeja yang tiba-tiba mucul di hadapanku  “Mianhae aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu. Namaku Shin Hyo Ra...”

 

Shin Hyo Ra pov.

Sejak kejadian penamparanku oleh Jung In, aku menjadi di benci oleh beberapa temanku. Ternyata Jung In menyebarkan berita bohong kalau aku perempuan jalang yang merebut namjachingunya. Dasar perempuan gila! Berkali-kali aku menerima pesan ancaman dari orang misterius. Aku tahu pelakunya sudah pasti Jung In. Aku malas meladeninya. Toh aku memang benar dan dia yang salah.

Ada satu hal lagi yang membuatku tambah frustasi. Aku sudah bosan mendengar rekaman suaranya. Aku ingin melihat performnya langsung! Ya namja yang bernama Sun itu sudah hampir satu minggu menghilang begitu saja. Padahal suara dia benar-benar bisa mengubah moodku dalam sekejap. Saat aku tanya kepada staff lain di cafe itu, mereka tidak ada yang tau kenapa Sun sering absen. Hal ini benar-benar membuatku gila!

 Hari ini aku kembali mengunjungi cafe tempat biasa Sun perform. Aku berharap sekali semoga Sun sudah kembali menyanyi disana. Saat aku tiba disana tidak terlihat adanya kehadiran Sun-ah. Aku lelah menunggunya . Aku malah menenggelamkan wajah ke tas ku yang ku letakkan di meja. Namja babo! Kenapa menghilang disaat seperti ini.

“Sun-ah!” Tiba-tiba terdengar suara seorang namja dari kejauhan. Sun-sshi? Aku langsung menoleh ke namja yang ternyata adalah Shin Woo.Mataku pun mengikuti langkanya. Terlihat di meja seberang Sun yang sedang terlihat sedang menunggu Shin Woo. Aihh.. Akhirnya aku bisa melihatnya. Tapi... Kenapa wajahnya tampak berubah. Tidak ada lagi senyum hangat yang menghiasi bibirnya. Ini bukan namja bersuara emas yang ku kenal yang memiliki senyuman sehangat mentari. Kemana perginya senyuman itu ?

“Aku turut berduka cita atas kematian omma mu Sun-ah. Bagaimana keadaanmu sekarang?  ” Omma Sun meninggal?? Pantas saja wajah ceria Sun-ah tergantikan dengan ekspresi putus asa.

“Gomawo hyung. Ne, aku sudah baikkan. Kenapa hyung memanggilku kesini?” akupun memutuskan untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

 

Setelah pembicaraan selesai dan Shin Woo-ah sudah pergi . aku bertekad untuk mengubah pendirian Sun-sshi. Dari pembicaraan itu terlihat jelas betapa putus asanya Sun atas kepergian omma nya. Dan aku rasa aku harus menarikya dari lubang yang bernama keputus asaan itu..

Ku beranikan diriku menghampirinya. Aku tak peduli bila dia mengabaikanku. Aku tidak mau ia terjerumus terlalu dalam..

“Aku mohon. Jangan hentikan langkahmu sampai disini. Aku yakin kau mampu! ” Aish betapa malunya akuu.. Sun tampak tidak mengerti apa yang sedang aku lakukan. Aku mencoba menjelaskannya  “Mianhae aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu. Namaku Shin Hyo Ra...” Aku menahan nafas sejenak. Harap-harap cemas menunggu tanggapannya. Yap. Perlahan-lahan wajahnya yang tegang mengendur. Syukurlah dia tidak memaki-maki ku.

“Hyo Ra.. Maaf mengecewakanmu. Tapi aku sungguh tidak ingin menyanyi lagi” Bagaimana ini. Aku tahu membuatnya mengubah keputusannya akan sangat sulit. Shin Woo saja yang menjadi temannya tidak bisa mengubah pendiriannya, apalagi aku yang bukan siapa-siapa. Aku memutar otakku 360 derajat untuk mencari jawaban yang tepat.

“Aku memang bukan siapa-siapamu. Maaf aku ikut campur, aku turut berduka atas kejadian yang sudah menimpamu. Tapi, bila itu memang impianmu aku yakin Ommamu pasti mendukungmu 100%. Aku yakin dia akan senang kalau kau berhasil mencapai impianmu.” Dia tampak terkejut aku mengatakan hal itu. Semoga saja dia tidak meledak.

“Hmm.. Ya memang omma ku mendukung impianku sejak dulu. Tapi, aku hanya ingin saat aku menyanyi omma ku lah yang ada di sampingku. Dan kepergiannya membuatku menjadi tidak ingin meneruskannya”

“Kau ingin dia senang bukan? Omma mu pasti akan senang disana bila melihatmu berhasil dan sukses” Sun terdiam sejenak mencerna kata-kataku.

“Aku tidak tahu harus bagaimana.. Selama ini akau melakukan semuanya demi ommaku. Tidak pernah kepada lainnya”

“Bagaimana kalau sekarang kau melakukannya karena dirimu. Ya tentunya juga untuk ommamu dan juga kau lakukan untuk para penggemarmu” Jantungku melambat satu sekon. Tiba-tiba saja dia tersenyum singkat. Namun, senyuman itu tampak mati, tak bernyawa.

“Penggemarku? Sayangnya kau salah. Aku tidak memiliki penggemar” Orang ini kenapa sok merendahkan diri sih! Siapa juga yang nggak melting denger suara merdunya!

“Aku..Aku menyukai suaramu. Aku penggemarmu. Sebagi penggemarmu aku mohon dengan sangat agar kau mau kembali menyanyi. Kau tahu? Suaramu itu ajaib. Entah kenapa suaramu mebuat hatiku lebih tenang. Suaramu benar-benar di penuhi magic! Aku mohon kembalilah. Oh ya! Apa kau tahu? Di Jepang banyak orang yang memiliki benda keberuntungan. Dan bagiku suara mu lah yang menjadi benda keberuntunganku ” Aku tidak bisa menghentikan ocehanku sebelum dia mengubah pendiriannya!

“Hmm.. Benda keberuntungan ya? Kalau aku punya itu pasti Omma ku. Omma ku adalah benda keberuntungan itu. Dengan tidak adanya omma di sisi ku aku rasa aku sudah kehilangan semua keberuntungan yang ku punya”

“Bagaimana denganku! Aku mau menggantikan omma mu. Aku mau menggantikannya menjadi benda keberuntunganmu yang baru” Babo ya! Apa yang barusan ku katakan!! Aisshh mulut ini benar-benar menyebalkan!!

Dia tersenyum lagi! Kali ini lebih lebar dari sebelumnya.

“Terima kasih sudah mau menjadi benda keberuntunganku. Tapi ku rasa aku tak pantas menerimamu menjadi benda keberuntunganku. Aku rasa kau terlalu ‘beruntung’.”

“Siapa bilang! Pegang omonganku! Aku Shin Hyo Ra benda keberuntungan Sun, akan membawa banyak keberuntungan kepada Sun. Kalau kehadiranku hanya membawa sial bagimu. Kau boleh membuang ku  kapan saja! ” Sekilas aku melihat jam tanganku. Ah sudah telat! Aku sudah janji kepada omma akan menemaninya belanja. Dan aku sudah telat hampir 30  menit! “Sun-ah! Mianhae aku lupa. Aku memiliki janji. Nanti kita bertemu lagi! Samapi nanti!!” Lalu tanpa aba-aba aku berlari sepanjang jalan menuju rumah. Aku yakin saat aku sampai aku  akan mendengar omelan omma. Aiss Hyo ra Babo!!

 

TBC

 

 

Waaaa... chapter 4 nih!

moga cepet update nya yaaa!!

Baca terus sampai tuntas ya!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet