When the Last Teardrop Falls

When The Last Tear Drop Falls

 

 

But my destination still unknown, oh yeah

Sudah dua hari ini Yoona terbaring di rumah sakit akibat terserang radang usus besar. Sebagian jadwal aktivitasnya terpaksa diundur karena kondisinya yang memang tidak memungkinkan. Banyak orang mengirimkan ucapan semoga lekas sembuh lewat media jejaring sosial dikarenakan pihak manajemen merahasiakan rumah sakit tempat ia dirawat. Hal ini sengaja dilakukan agar Yoona benar-benar bisa beristirahat total. Meskipun begitu, beberapa teman dekat yeoja itu tetap diperbolehkan untuk menjenguk dan menjaganya.

Di hari kedua ia berada di rumah sakit, ayahnya masih setia menungguinya. Meskipun ia menempati kamar VVIP dengan berbagai fasilitas yang memadai, namun Yoona tak sampai hati melihat ayahnya harus menginap di rumah sakit untuk menjaganya. Dari kemarin ia telah membujuk ayahnya untuk pulang dan kembali esok paginya, namun bujukan itu tidak ditanggapi oleh lelaki paruh baya yang sangat disayanginya itu. Dan pagi ini ia mendapati ayahnya baru saja keluar dari kamar mandi dengan kelelahan yang tergambar di wajahnya.

“Appa, pulanglah. Appa pasti lelah. Masih ada Seulong oppa yang bisa menungguiku.” Ucap Yoona begitu ayahnya kembali duduk di samping ranjangnya. Ayahnya tersenyum dan membelai lembut wajah putri bungsunya itu.

“Tidak apa-apa sayang, Appa tidak lelah. Appa akan menungguimu sampai dokter menyatakan kamu sembuh dan boleh pulang.” Yoona merasa terharu dengan segala pengorbanan yang telah dilakukan lelaki itu untuknya. Selama hidupnya, lelaki itu telah berperan ganda bagi dia dan Seulong. Sosok ibu yang tak pernah diketahui olehnya berhasil digantikan oleh keberadaan ayahnya seorang. Seulong dan Yoona ditinggal pergi oleh ibu kandungnya ketika Yoona baru berumur sepuluh hari. Entah alasan apa yang mendasari ibunya melakukan hal itu, dan memang Yoona tidak pernah ingin tahu.

“Baiklah appa. Oh iya, Seulong oppa kemana? Aku belum melihatnya pagi ini.” Tanya Yoona. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan dan mencari sosok kakak satu-satunya itu.

“Tadi pagi-pagi sekali dia pulang, katanya mau menaruh pakaian kotor ke laundry apartemen dan mengambil beberapa baju bersih untuk dibawa ke sini. Kamu tentu tahu kalau kakakmu itu pecinta kebersihan.” Jawab Tuan Im.

“Ne, aku sangat tahu itu appa. He’s the real cleanest boy that I have ever know, hehe.” Ujar Yoona dengan setengah bercanda. Tuan Im ikut tertawa kecil mendengar candaan putrinya itu. Yoona tetaplah Yoona, seseorang yang senang bercanda bagaimanapun kondisinya.

“Bagaimanapun ia tetaplah kakakmu, Im Yoona.” ujar Tuan Im lembut.

“Aku tahu itu, appa. Bukankah itu jelas tertulis di catatan sipil negara? Hmm, seandainya boleh, aku ingin bertukar kakak dengan …” ucapan Yoona terpotong oleh pintu kamarnya yang terbuka. Dari balik pintu muncul seorang namja bersetelan jeans biru dan kaus putih. Wajahnya yang putih bersih sedikit tertutupi oleh topi biru yang dipakainya. Baik Yoona maupun Tuan Im memperhatikan namja itu yang kini tersenyum canggung.

“Annyeonghaseyo Tuan Im, annyeong Yoona-aa.” Sapa namja itu sambil membungkuk sopan yang segera dibalas oleh bungkukan kecil Tuan Im. Sementara Yoona hanya bisa mengangguk sebagai balasan sapaan namja itu. Yoona menelisik namja yang kini ada di ruangannya. Ia merasa tidak lagi asing dengan postur dan suara namja itu. Sebelum ia sempat menyuarakan dugaannya, namja itu melepas topi yang dipakainya. Seraut wajah yang familiar menyapanya, sekaligus membentuk lengkungan tipis di wajah cantiknya.

“Annyeong Donghae oppa.” Begitu mengetahui kalau namja itu adalah Donghae, Tuan Im beranjak dari kursinya dan menawarkan namja itu untuk menggantikan posisinya. Namun tawaran itu ditolak dengan halus oleh Donghae.

“Tidak perlu Tuan Im, aku hanya bisa berkunjung sebentar. Pagi ini aku ada agenda.” Tuan Im tersenyum maklum. Lain halnya dengan Yoona. Senyumnya perlahan memudar dan tergantikan oleh segaris tipis kekecewaan.

“Oh iya, aku ke sini bersama seseorang. Dia juga ingin menjenguk Yoona. Sebentar, aku akan memanggilnya.” Perkataan Donghae membuat Tuan Im dan Yoona mengerutkan kening, menebak-nebak siapa yang datang bersama Donghae. Tidak perlu waktu lama untuk mengetahui jawabannya. Seseorang yang dibicarakan oleh Donghae kini telah berada di dalam ruangan bersama mereka.

Setelan skirt dress berwarna biru muda melekat indah di tubuh seorang yeoja yang berdiri di samping Donghae. Rambutnya dibiarkan tergerai lurus tanpa hiasan rambut apapun. Sapuan make up tipis tampak menyempurnakan penampilannya. Yoona membeku sesaat begitu melihat dan mengenalinya.

“Annyeonghaseyo Im sajangnim, Yoona-ssi.” Sapa yeoja itu sambil membungkuk dalam kepada ayah Yoona.

“Annyeonghaseyo agasshi. Keundae, nuguseyo?” tanya Tuan Im pada yeoja itu.

“Ah, jusonghamnida. Naneun Son Eun Soo imnida, Donghae chingu.” Jawab Eun Soo sambil memperkenalkan dirinya. Perkenalan yang dirasa tidak perlu oleh Yoona. Kini yeoja yang masih terbaring di ranjang itu menatap mata Donghae seakan meminta penjelasan. Donghae mengelak dan berusaha mengacuhkan tatapan Yoona.

“Maaf Tuan Im, tapi pagi ini aku ada agenda dengan Eun Soo-ssi. Kami harus berangkat sekarang. Kalau sempat, saya akan datang lagi. Dan …” arah mata Donghae beralih ke Yoona “cepatlah sembuh Yoona-aa. Aku pamit. Annyeong.” Pamit Donghae yang segera ditahan oleh Yoona.

“Oppa!” Donghae menatap yeoja itu dan menunggunya kembali berbicara. “Kemarilah, ada yang ingin aku katakan.” Nada suara Yoona seakan merajuk padanya. Donghae tidak bisa menolak karena di sana ada Tuan Im, ayah Yoona yang ia hormati. Maka namja itu berjalan menghampiri Yoona dan mendudukkan diri di atas ranjang.

“Wae geureyo?” tanya Donghae. Yoona tidak menjawab. Yeoja itu malah meminta Donghae untuk mendekat dan membisikkan sebaris kalimat yang langsung membekukan persendian Donghae begitu mendengarnya.

“Nan bogoshipposoyo, oppa.”

 

Will there be a time when I'll fall in love again?

Setelah lima hari dirawat, Yoona dinyatakan sembuh oleh dokter dan diperbolehkan pulang. Di hari kepulangannya, kedelapan member SNSD menjemputnya dan memberinya kejutan kecil yang telah disiapkan di ruang tamu keluarga Im. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, kedua mata Yoona ditutup rapat oleh secarik kain merah. Ia tidak dibolehkan untuk membuka penutup itu sebelum ada perintah dari Taeyeon.

“Eonnie, kenapa mataku harus ditutup seperti ini? Aku ingin melihat indahnya kota Seoul setelah lima hari terkurung di kamar rumah sakit. Ayolah eonnie, jebal.” Pinta Yoona yang mendapat gelengan tegas dari Taeyeon. Tentu saja gelengan itu tidak dilihatnya.

“Andweyo. Penutup itu akan kulepaskan begitu kita sampai di suatu tempat. Setelah itu kamu bebas menikmati kota Seoul-mu sepuas-puasnya. Arraseo?” jelas Taeyeon yang menyiratkan ketegasan dalam suaranya. Yoona tidak berani membantah, namun dia mulai mencari cara lain. Yaitu meminta dukungan Seohyun, maknae SNSD yang terkenal tidak tegaan itu.

“Hyunnie, bantulah aku. Tolong bujuk Taeyeon eonnie untuk membuka penutup ini.” Pinta Yoona dengan wajah memelasnya. Seohyun bergerak-gerak gelisah. Sebenarnya ia ingin membantu Yoona melepas penutup di matanya, namun ia tahu kalau perintah Taeyeon tidak bisa dibantah.

“Mianhaeyo eonnie, aku tidak bisa. Aku telah berjanji pada Taeyeon eonnie.” Jawab Seohyun sambil menundukkan kepalanya. Meskipun Yoona tidak bisa melihat rasa bersalah yang tergambar di wajah Seohyun, namun ia tahu pasti kalau yeoja itu benar-benar merasa bersalah dari nada suaranya.

“Hufht, Yuri eonnie…” bujuk Yoona, kali ini pada Yuri yang memang dekat dengannya.

“Mian Yoongie, aku tidak bisa.” Jawab Yuri sambil menggeleng. Yoona berusaha membujuk eonniedeulnya yang lain, namun jawabannya sama. Mereka tidak bisa membantah perintah Taeyeon karena telah berjanji sebelumnya. Yoona mendesah pelan. Taeyeon yang melihat usaha gigih Yoona dalam membujuk member lainnya hanya bisa menatap nanar. Sebenarnya ia juga merasa bersalah, namun apa boleh buat. Ia harus melakukan apa yang menjadi tugasnya dalam kejutan kecil ini. Kejutan atas kepulangan dan kesembuhan Yoona.

“Sabarlah Yoong, sebentar lagi kita akan sampai.” Ujar Jessica sambil mengusap tangan yeodongsaeng tersayangnya itu.

“Ne, Sica eonnie.” Ujar Yoona sambil mengangguk patuh dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang didudukinya. Ia mencoba untuk tidak berpikiran negatif pada member lainnya dan membayangkan berbagai kemungkinan menyenangkan yang sedang dilakukan oleh mereka untuknya.

Tak lama kemudian minibus yang ditumpangi kesembilan yeoja cantik itu dan seorang laki-laki yang ternyata adalah manajer mereka berhenti di suatu tempat. Yoona mendengar pintu minibus dibuka dari luar dan sesuatu meraih tangannya, menuntunnya turun dari minibus itu.

“Apakah kita sudah sampai, Taeyeon eonnie?” tanya Yoona dengan salah satu tangannya meraba-raba udara kosong di depannya. Satu tangan lainnya berada dalam genggaman seseorang yang ia yakini sebagai Yuri, membantunya berjalan ke arah yang benar.

“Ne, kita sudah sampai Yoong. Tinggal beberapa langkah lagi dan aku akan membuka penutup di matamu. Ikuti saja aba-aba dari Yuri.” Jawab Taeyeon. Yoona memiringkan kepalanya sedikit. Ia merasa suara Taeyeon berada agak jauh di depannya. Ia bermaksud untuk menebak dimana mereka sekarang, namun aba-aba dari Yuri memaksanya kembali berkonsentrasi pada langkah kakinya.

“Ayo Yoong, tinggal beberapa langkah lagi. Ya, maju ke depan, err sekitar dua langkah, eh tidak, satu langkah lagi. Ya, begitu. eh, tidak tidak, agak serong sedikit ke kiri, ya seperti itu. Tunggu tunggu, berhenti dulu Yoong. Nah, sekarang aku harus menempatkanmu dimana ya?” ujar Yuri yang sedari tadi sibuk memberi aba-aba pada Yoona. Ia membuka bibirnya tanpa suara, berusaha mengatakan sesuatu pada seseorang yang berada satu meter di depan mereka.

“Sekarang aku harus kemana, eonnie?” tanya Yoona setelah menyadari tidak ada lagi aba-aba dari Yuri. Tangannya tetap meraba-raba dan tidak menemukan apapun di sekitarnya. Udara yang semakin panas menandakan ada banyak orang yang kini mengelilinginya.

“Err, tetap di sini Yoong. Ya, kamu tetap di sini. Sebentar lagi Taeyeon eonnie akan membuka penutup matamu. Eh, bukan, aku yang akan membukanya. Siap Yoong?” tanya Yuri. Yoona masih kesulitan mencerna perkataan Yuri sebelumnya, namun begitu dia mendengar Yuri akan membuka penutup matanya, ia segera mengangguk bersemangat.

“Ne, eonnie, aku siap!” Tak lama ia merasakan kedua tangan Yuri yang tengah membuka ikatan penutup kepalanya dan disusul dengan hilangnya sensasi kain yang melekat di area matanya.

“Sudah Yoong, kamu boleh membuka mata sekarang.” Perintah Yuri. Yoona mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya, berusaha mengumpulkan cahaya. Awalnya cahaya itu terasa menyilaukan baginya, namun setelah kedua matanya terbiasa, ia melihat pemandangan yang membuatnya terharu dan bahagia.

“Selamat datang kembali Im Yoona!” teriak semua orang yang berada di ruangan itu. Ruangan bercat putih gading yang tidak terlalu luas dengan karpet menutupi hampir seluruh lantainya itu penuh dengan orang-orang yang dikenal dekat dengan Yoona. Kedelapan member SNSD, ayahnya, kakak laki-lakinya, serta beberapa member Super Junior (Leeteuk, Ryeowook, Kyuhyun, Sungmin, Eunhyuk, dan Yesung). Dan di sana, tepat di tengah semua orang yang mengelilinginya, berdirilah seorang namja dengan kue krim berukuran sedang di tangannya. Wajahnya sedikit tertutup oleh topi hitam yang dipakainya, namun Yoona tidak akan salah mengenali identitas namja itu.

“Donghae oppa? Kaukah itu?” tanya Yoona yang langsung membuat semua orang yang awalnya ribut menjadi diam. Diam yang tidak mengenakkan.

“Aniyo Yoona-ssi. Aku bukan Donghae oppa.” Jawab namja itu tenang dan membuka topinya. Saat itulah Yoona melihat siapa sebenarnya dia. Ia membelalakkan mata begitu menyadari kesalahan yang dilakukannya.

“Jonghyun-ssi?” tanya Yoona retoris.

“Ne, ini aku, Lee Jong Hyun. Maaf kalau aku mengecewakanmu.” Jawab Jonghyun. Sebersit kekecewaan terdengar dalam suaranya begitu ia tahu kalau yeoja yang dicintainya tidak pernah mengharapkan kehadirannya barang sekalipun. Yoona tersenyum tulus dan menggeleng.

“Ani, aku tidak kecewa. Aku berterima kasih kau mau datang. Dan maaf kalau tadi aku salah mengenalimu sebagai Donghae oppa. Seharusnya aku sadar kalau Donghae oppa tidak setinggi ini.” Perkataan Yoona kontan mengundang gelak tawa semua orang. Dan yeoja itu bersyukur telah berhasil mencairkan suasana. Meskipun ia harus bersiap menghindar dari Eunhyuk yang akan mencincangnya setelah mendengar candaannya tadi mengenai soulmate tercintanya.

“Ya! Yoona-aa! Awas kau! Berani-beraninya kau menghina Donghae di depanku!” teriak Eunhyuk sambil berlari mengejar Yoona yang sudah terlebih dulu berlari keluar ruangan.

“Aissh, lagi-lagi dua orang itu, ckck.” Gerutu Taeyeon saat melihat Yoona dan Eunhyuk berkejaran seperti dua anak kecil. “Ya, Hyeoyon-aa, cepat hentikan mereka!” perintah yeoja itu pada Hyeoyeon yang mendelik kaget begitu mendengar perintah tersebut. Tanpa mengatakan apapun, akhirnya Hyeoyeon berlari menyusul keduanya.

“Ya! Hyukkie-aa, berhenti!” teriak Hyeoyeon. Mendengar namanya disebut tanpa penghormatan seperti itu, Eunhyuk berhenti mengejar Yoona dan berputar menghadap Hyeoyeon.

“MWO? Kau memanggilku apa tadi? Hyukkie-aa? Hei, aku ini lebih tua darimu, Kim Hyeoyeon! Dan yang paling penting aku ini namjachingumu. Mana bisa kau memanggilku seperti itu?” tanya Eunhyuk dengan nada tidak percaya. Bukannya gentar dengan sikap Eunhyuk yang mendadak berubah seperti monster, Hyeoyeon justru mendekati namja itu.

“Umurmu memang lebih tua dariku, tapi tingkahmu seperti anak kecil. Dan apa kau bilang tadi? Kau mengaku sebagai namjachinguku? Kuterima saja belum, ckck.” Cibir Hyeoyeon yang langsung mendapat amukan sesi kedua dari Eunhyuk.

“MWOYA? Belum kauterima? Ya! Kau … aissh, kau benar-benar membuatku gila Kim Hyeoyeon!” teriak Eunhyuk gusar. Namja itu lupa pada Yoona dan hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Kau salah telah mengirim Hyeoyeon untuk menenangkan Eunhyuk, chagiya.” Bisik seorang namja ke telinga Taeyeon. Yeoja itu segera menoleh dan mendapati seraut wajah yang selalu membuatnya salah tingkah jika berada di dekatnya.

“Leeteuk oppa?! Sejak kapan kau ada di sampingku?” tanya Taeyeon bingung.

“Sejak kau terlahir ke dunia ini, Taeyeon-aa.” Jawab Leeteuk dengan rayuan mautnya. Muka leader SNSD kini memerah seperti tomat matang mendengar rayuan namja di sampingnya itu.

“Oppa! Berhenti merayuku! Dan aku tidak merasa salah telah meminta Hyeoyeon untuk menenangkan Eunhyuk oppa. Yah, setidaknya Eunhyuk oppa tidak lagi membuat Yoona berlari mengelilingi halaman rumahnya. Dia baru saja sembuh dan aku tidak mau Eunhyuk oppa membuatnya kembali berada di rumah sakit menyebalkan itu.” jelas Taeyeon yang tidak ingin disalahkan begitu saja.

“Ne, ne, arrachi.” Ujar Leeteuk mengalah. Dan keributan yang berlangsung di halaman rumah Yoona tidak berhenti begitu saja. Eunhyuk masih saja beradu argumen dengan Hyeoyeon, sementara Leeteuk tengah melancarkan jurus rayuan mautnya pada Taeyeon, dan yang lainnya heboh mengerubuti kue yang awalnya dibawa oleh Jonghyun. Hanya Tuan Im dan Jonghyun yang tidak ikut ambil bagian dalam memperparah keributan itu. Keduanya tengah menatap objek yang sama meskipun posisi mereka berjauhan. Seorang yeoja yang menunduk kelelahan dengan raut wajah gembira. Kedua pipinya bersemu merah dan bibirnya sesekali masih menderaikan tawa melihat kekonyolan Eunhyuk dan Hyeoyeon. Hingga sedetik kemudian pandangan yeoja itu terkunci pada sepasang mata yang terus memperhatikannya.

Jonghyun tersentak begitu menyadari Yoona kini tengah memandangnya. Ia terlambat untuk mengalihkan tatapannya karena saat ini namja itu larut dalam kejernihan bola mata yeoja yang telah lama dipujanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet